Aljazair (1): Pengantar

in Negara Islam

Last updated on October 20th, 2017 03:07 pm

Aljazair adalah negara di barat laut benua Afrika yang berbatasan dengan Laut Mediterania, secara resmi dikenal sebagai “Republik Demokratik dan Populer Aljazair”. Aljazair adalah negara terbesar kedua di benua Afrika setelah Sudan. Gurun Sahara, gurun yang sangat luas, menjadi sebagian besar wilayah Aljazair, yakni sekitar sembilan per sepuluhnya wilayah Aljazair. Dataran pesisir terletak di dekat laut Mediterania, dipisahkan oleh pegunungan Sahara. Mayoritas penduduk Aljazair tinggal di bagian utara negara itu, mereka hidup di dekat pantai yang langsung menghadap laut Mediterania. Aljir, yang terletak di sepanjang pantai Mediterania, adalah ibu kota negara dan kota terbesar. Nama Aljazair diambil dari bahasa Arab, al-Jazā’ir (pulau-pulau), mengacu pada pulau-pulau kecil yang tersebar di lepas pantai dekat ibu kota.

Peta Aljazair. (Source: http://www.worldatlas.com/webimage/countrys/africa/lgcolor/dzcolor.htm)

Sebagian besar orang Aljazair berasal dari bangsa Arab dan suku Berber, atau keturunan campuran Arab dan Berber. Orang Berber adalah orang pertama yang mendiami wilayah barat laut Afrika. Pada akhir abad ke-7, orang-orang Arab Muslim mendatangi Afrika Utara, menaklukkan daerah tersebut dan mengenalkan agama Islam dan bahasa Arab. Saat ini, mayoritas warga Aljazair adalah Muslim dan berbicara bahasa Arab. Kelompok minoritas Berber menerima Islam namun mempertahankan bahasa dan adat istiadatnya. Selain bahasa Arab, bahasa Prancis juga banyak digunakan di Aljazair.

Wanita suku Berber. (Source: http://www.chicamod.com/2016/12/13/heres-everything-know-berber-tribe/)

Dari sejak pertengahan abad ke-19 sampai dengan kemerdekannya pada tahun 1962, Aljazair adalah koloni Prancis. Perjuangan meraih kemerdekaan Aljazair adalah peperangan paling berdarah sepanjang sejarah. Perang selama delapan tahun untuk kemerdekaan menyebabkan kehancuran besar dan membuat para orang Eropa yang tinggal di Aljazair lebih memilih untuk pergi.

Kota Aljir di masa kini. (Photo by David Astley. Source: http://www.trekearth.com/gallery/Africa/Algeria/Coast/Alger/Algiers/photo312077.htm)

Pada awal kemerdekaan, perekonomian Aljazair termasuk dalam kategori terbelakang, dan sebagian besar aktivitas ekonominya berbasis pada pertanian. Pemerintah Aljazair pada waktu itu berusaha keras untuk memodernisasinya. Saat ini, Aljazair adalah salah satu negara kaya di Afrika, terutama karena cadangan minyaknya. Pada awal 1990-an, persaingan antara fundamentalis Islam dan militer membuat negara tersebut jatuh dalam perang saudara. Meski perang saudara terus berlanjut, upaya pemerintah untuk perdamaian membuahkan hasil pada awal tahun 2000an.

Gurun Sahara. (Photograph by Brent Stirton, National Geographic. Source: http://travel.nationalgeographic.com/travel/365-photos/tassili-n-ajjer-algeria/)

 

Aljazair di masa Kuno

Aljazair, dulunya merupakan negara kerajaan yang bernama Numidia. Numidia didirikan oleh pemimpin suku Berber yang bernama Masinissa (berkuasa pada 202-148 SM). Cucu dari Masinissa, yang bernama Jugurtha, ditundukkan oleh kerajaan Roma pada tahun 106 SM. Di bawah pemerintahan Romawi, Numidia menjadi wilayah yang makmur. Perkebunan besar di Numidia menghasilkan begitu banyak biji-bijian dan minyak zaitun sehingga kawasan ini dikenal sebagai lumbung Roma. Numidia dikelola dengan menggunakan sistem militer Roma, jalan-jalan dibuat, dan kota dibentengi oleh sistem garnisun yang berfungsi untuk melindungi penduduk kota dari serangan suku-suku nomaden. Seiring dengan berjalannya waktu, Numidia terus berkembang, kota-kota besarnya, seperti Timgad dan Tipasa, tumbuh menjadi miniatur kota Romawi.

Teater Roma di kota Timgad, Aljazair. Bukti nyata peradaban Roma yang pernah singgah di Aljazair. (Photo oleh Tan Yilmaz, source: https://thisisafrica.me/lifestyle/timgad-ruins-algeria/)

Di kemudian hari, Legiun Romawi ditarik untuk mempertahankan perbatasan daerah kekuasaan Roma lainnya. Perginya orang-orang Romawi dari daerah tersebut membawa banyak perubahan bagi Numidia. Pada abad ke-3, sebuah sekte minoritas Kristen dari Afrika Utara yang bernama Donatis, mengagas sebuah pergerakan untuk kemerdekaan Numidia. Di masa sebelumnya, Donatisme dianggap aliran sesat, dan para pengikutnya dianiaya oleh orang-orang Romawi. Donatisme adalah sekte Kristen fundamental yang beranggapan bahwa gereja harus dipimpin oleh orang yang benar-benar bersih, orang yang tidak pernah melakukan dosa sama sekali. Donatisme beranggapan bahwa gereja pada waktu itu sudah dipimpin oleh para pendosa, dan sakramen-sakramen yang dilakukan mereka tidak sah.[1] Santo Agustinus, tokoh Kristen, penulis yang juga orang Aljazair asli, hidup pada abad ke-4 dan ke-5, dalam salah satu tulisannya juga sempat menyinggung mengenai kesesatan Donatisme.

Monumen melengkung Trajan peninggalan Roma. (Photo by Zedam Nabil. Source: https://thisisafrica.me/lifestyle/timgad-ruins-algeria/)

Pada abad ke-5, suku Vandal, salah satu suku yang berasal dari Jerman, menyerang dan mengalahkan wilayah Numidia, dan kemudian mereka mendirikan kerajaan. Hampir satu abad kemudian para pejuang Vandal ini ditumbangkan oleh tentara kaisar Bizantium, Justinianus, yang mempunyai mimpi mengembalikan kejayaan Kekaisaran Romawi. (PH)

Bersambung ke:

Aljazair (2): Masuknya Islam, Kebangkitan Serta Kekalahannya

Catatan: Artikel ini sebagian besar diadaptasi dan diterjemahkan secara bebas dari artikel: “Algeria.” Microsoft® Encarta® 2009 [DVD]. Redmond, WA: Microsoft Corporation, 2008.

[1] “Donatist”, dari laman: https://www.britannica.com/topic/Donatists, diakses pada 26 September 2017

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*