Mozaik Peradaban Islam

Allamah Thabathabai: Filosof dan Mufasir Muslim Kontemporer (6): Karya-karya

in Tokoh

Last updated on February 18th, 2019 09:57 am

Proses penulisan Tafsir Al Mizan berlangsung selama 18 tahun, dan baru selesai tepat di salah satu malam Lailatul Qadar, yaitu pada tanggal 23 Ramadhan 1392 H/1972 M. Inilah mahakarya yang kelak akan menjadi salah satu eksiklopedia ilmu-ilmu Islam yang monumental. 

Allamah Thabathabai. Photo: hanat.iki.ac.ir

Menurut Thabathabai, motivasinya mengajarkan filsafat adalah untuk membantu siswa yang tiba di Qum ‘dengan koper penuh masalah’. Banyak masalah itu yang berkenaan dengan pemikiran Barat kontemporer, khususnya doktrin materialisme. Karena itu, Thabathabai menerima undangan para pelajar untuk mengisi kajian rutin tiap minggu guna memberikan analisis logis dan sanggahan atas pemikiran materialis.[1]

Lingkar diskusi ini kemudian menjadi cukup terkenal dan dihadiri oleh banyak tokoh yang kemudian memainkan peran penting dalam Revolusi Islam Iran. Tapi, apakah upayanya menangkal pengaruh ideologi Marxisme di Iran berhasil? Hamid Algar menulis, selain disebabkan kekalahan blok Soviet, kemunduran gerakan kiri di Iran juga tak lepas dari menguatnya kajian filsafat Islam sebagai alternatif pijakan dalam revolusi. Pada puncaknya, ide-ide filsafat yang muncul dalam rangkaian diskusi Thabathabai, dicatat oleh Prof. Murtadha Muthahari dalam beberapa jilid buku berjudul Ushul-e Falsafeh va Ravish-e Ri’alizm (Prinsip-prinsip Filsafat dan Metode Realisme).[2]

Sebagai akibat prioritas besar yang dicurahkan oleh Thabathabai ke bidang filsafat, dia hanya memiliki sedikit waktu untuk mencurahkan perhatian pada ‘teori gnosis/irfan’ yang juga menjadi bidang keahliannya. Dia pun tak pernah menulis buku atau risalah khusus mengenai masalah ini, ataupun mengajarkan kelas apapun tentangnya. Bahkan, menurut Hamid Algar, rencana Thabathabai untuk mengajar syarah terkenal Qushairi terhadap Fushush Al Hikam karya Ibn Arabi pun tidak terlaksana. Meski begitu, dia tetap mendorong sejumlah penelitian mengenai karya-karya irfan, seperti penelitian mengenai Iqbal al-A‘mal karya Ibn Thawus, Jami AlSa’adat karya Ahmad Naraqi, dan yang paling empatik adalah Risala-yi Sayr-o-Suluk—sebuah risalah perjalanan spiritual yang berhubungan dengan leluhurnya, Sayyid Mahdi Bahr al-‘Ulum Thabathabai. Pada tahun 1368-1369 H/ 1949-1950 M, dia juga mengampu kelas-kelas akhlak — suatu subjek yang dapat dianggap memiliki jalinan praktis dengan irfan.[3]

Demikianlah, sejak datangnya Allamah Thabathabai ke hawzah Qum, studi filsafat menjadi salah satu bidang ilmu yang cukup luas diminati oleh para siswa. Selain filsafat, salah satu aspek fundamental lain dalam studi Islam yang penting untuk diperbaiki adalah silabus tafsir Alquran dan ilmu-ilmu rasional (ulumi-i aqli).  Untuk itulah – disamping filsafat – dia juga mengajarkan beberapa mata pelajaran terkait segera setelah tiba di Qum. Maka, pada 1374 H/1954 M dia mulai bekerja untuk menulis dua puluh jilid Tafsir Al Mizan.[4] Inilah mahakarya yang kelak akan menjadi salah satu eksiklopedia ilmu-ilmu Islam yang monumental.

Proses penulisan Tafsir Al Mizan berlangsung selama 18 tahun, dan baru selesai tepat di salah satu malam Lailatul Qadar, yaitu pada tanggal 23 Ramadhan 1392 H/1972 M.[5] Meski bukan satu-satunya, karya itu bisa dikatakan sebagai puncak pencapain Thabathabai dalam perjalanan karir intektualnya, baik sebagai murid maupun sebagai guru. Ulasan lebih jauh tentang karya ini akan kami ulas secara khusus dalam edisi selanjutnya.

Pada akhir dekade 70-an, kondisi kesehatan Thabathabai kian menurun akibat masalah jantung dan saraf. Dia pun secara perlahan mulai menarik diri dari kegiatan mengajar dan semakin asyik tenggelam dalam ibadah. Pada 1401 H/1981 M, dalam perjalanan pulang dari kunjungan rutin tahunannya ke Masyhad, tiba-tiba kondisi kesehatan Thabathabai menurun. Sakit yang dideritanya kian parah, sehingga harus segera dirujuk ke rumah sakit di Teheran.

Namun, akibat proses pemulihannya di Teheran yang tidak berjalan sesuai harapan, dia pun dibawa kembali ke Qum. Kira-kira seminggu setelah itu, ruh agung itupun meninggalkan dunia pada jam sembilan pagi tanggal 8 Muharram 1402 H/ 7 November 1981 M.[6]

Allamah Thabathabai wafat pada usia 81 tahun dan dimakamkan di sisi pusara Hazrat Fathimah Ma’shumah, di kota Qum, Iran. Jenazahnya diarak mulai dari Masjid Hasan Askari hingga pelataran pusara Hazrat Fathimah Ma’shumah. Ayatullah Sayid Muhammad Ridha Gulbaygani menyalatkan jenazah Thabathabai, kemudian beliau dikuburkan di Masjid Al-Asr di dalam kompleks pusara, berdekatan dengan makam Syekh Abd al-Karim Ha’iri dan Ayatullah Khwansari.[7]

Sepanjang karir intelektualnya sejak dari Tabriz, Najaf, dan Qum, Allamah Thabathabai terbilang sangat produktif dalam berkarya. Berikut ini adalah daftar sebagian karyanya:

Karya-karya yang ditulis Allamah Thabathabai ketika di Najaf:

  • Risalah fi Al-Burhan (Risalah [monografi] tentang Penalaran/Demonstrasi Logika)
  • Risalah fi Al-Mughalata (Risalah tentang Sofistri)
  • Risalah fi At-Tahlil (Risalah tentang Analisis)
  • Risalah fi At-Tarkib (Risalah tentang Sintesa)
  • Risalah fi Al-I’tibariyyat (Risalah tentang I’tibari [Gagasan-gagasan yang Diciptakan Manusia])
  • Risalah fi An-Nubuwwah wa Al-Manamat (Risalah tentang Nubuat dan Mimpi)
  • Risalah fi Al-Quwwah wa Al-Fi’il (Risalah tentang Potensialitas dan Aktualitas).

 

Karya-karya yang dibuat ketika Allamah Thabathabai tinggal di Tabriz adalah:

  • Risalah fi Al-Asma’ wa Al-Shifat (Risalah tentang Nama dan Sifat [Ilahi]).
  • Risalah fi al-Af’al (Risalah tentang Tindakan [Ilahi]).
  • Risalah fi Washathah bayna Allah wa Al-Insan (Risalah tentang Perantaraan antara Tuhan dan Manusia).
  • Risalah haulal Insan Qabla ad-Dunya (Risalah tentang Manusia Sebelum Kehidupan di Dunia).
  • Risalah haulal Insan ba’da ad-Donya (Risalah tentang Manusia Sesudah Kehidupan di Dunia).
  • Risalah fi Al-Wilayah (Risalah tentang Wilayah).
  • Risalah fi Al-Nubuwwah (Risalah tentang Kenabian).

(Dalam segenap risalah ini terdapat perbandingan antara bentuk pengetahuan rasional dengan bentuk pengetahuan naqli [tradisional]).

  • Kitab Silsilah Ansab Ath-Thabathabai fi Azerbayjan [Kitab Silsilah Keluarga Thabathabai di Azerbaijan].

Sedangkan karya-karya yang ditulis selama berada di Qum adalah:

  • Tafsir Al Mizan, diterbitkan dalam 20 jilid. Dalam karya ini, Al Quranul Karim dijelaskan dengan cara yang belum pernah dilakukan orang sebelumnya, penafsiran ayat dengan ayat.
  • Ushul-e Falsafe (Ravesh-e Re’alism) (Prinsip-prinsip Filsafat dan Metode Realisme). Karya ini memperbandingkan aliran-aliran filasafat Barat dan Timur dengan filsafat Islam dalam 5 jilid.
  • Anotasi untuk Kifayat Al-Ushul.
  • Anotasi untuk Al-Asfar Al-Arba’ah karya Mulla Sadra yang diterbitkan dalam 9 jilid.
  • Vahy ya Sho’ur-e Marmus (Wahyu atau Kesadaran Mistik)
  • Do Resale dar Velayat va Hokumat-e Eslami (Dua Risalah tentang Pemerintahan Islam dan Wilayah).
  • Mosabeha-ye Sal-e 1338 ba Profesor Korban, Mostashreq-e Faransavi (Wawancara tahun 1959 dengan Profesor Henry Corbin, Orientalis Prancis. Baru-baru ini diterbitkan kembali dalam satu jilid dengan judul Shi’a [Syiah]).
  • Mosabeha-ye Sal-e 1339 va 1340 ba Profesor Korban (Wawancara tahun 1960 dan 1961 dengan Profesor Henry Corbin. Diterbitkan dalam satu jilid dengan judul Resalat-e Tashayyo’ dar Donya-ye Emruz (Misi Syiah di Dunia Masa Kini).
  • Resale dar E’jaz (Risalah tentang Mukjizat).
  • Ali wa Al-Falsafah Al-Ilahiyah (Ali dan Filsafat Ketuhanan). Juga diterjemahkan dan diterbitkan dalam bahasa Parsi.
  • Shi’a dar Eslam (Islam dalam Syiah).
  • Qor’an dar Eslam (Qur’an dalam Islam)
  • Majmu’e-ye Maqalat, Porsheshha va Paskhukha, Bahsha-ye Motafarge-ye ‘Elmi, Falsafi, (Kumpulan artikel, pernyataan, dan jawaban, serta diskusi keilmuan, filosofis dan lain-lain)
  • Sunan Al-Nabi (Sunnah Nabi). [8]

Sebagai catatan, dalam perjalanan intelektualnya, Allamah Thabathabai tidak hanya menelurkan sederet karya, tapi juga melahirkan murid-murid yang produktif dan cukup terkemuka di dunia akademis. Tidak hanya di Qum, murid-murid Thabathabai juga diakui di Universitas Teheran. Beberapa yang cukup populer adalah Sayyed Hosen Nasr, Murthada Muthahhari, Taqi Mishbah Yazdi dan sebagainya. (MK)

Bersambung ke:

Allamah Thabathabai: Filosof dan Mufasir Muslim Kontemporer (7): Ushul-e Falsafe va Ravesh-e Re’alism

Sebelumnya:

Allamah Thabathabai: Filosof dan Mufasir Muslim Kontemporer (5): Tafsir Alquran dan Filsafat

Catatan Kaki:

[1] Lihat, Hamid Algar, (2006), Allama Sayyid Muhammad Husayn Tabatabai: Philosopher, Exegete, And Gnostic, Journal of Islamic Studies, University of California, Berkeley, hal. 12

[2] Ibid, hal. 13.

[3] Ibid, hal. 12.

[4] Ibid, hal. 13.

[5] Ibid.

[6] Lihat, Allamah Thabathaba’i: Mufasir Al-Quran Bi Al-Quran, https://riset.sadra.ac.id/?p=2842, diakses 7 Januari 2019

[7] Ibid.

[8] Lihat, Thabathabai, Inilah Islam; Upaya Memahami Seluruh Konsep Islam Secara Mudah,  Bandung, Pustaka Hidayah, 1992, hal. 17-19.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*