Bani Hasyim dan Boikot Kaum Quraisy (2)

in Sejarah

Last updated on November 22nd, 2017 03:55 pm

Selama tiga tahun klan Hasyim dibiokot. untuk bertahan hidup, mereka membeli makanan secara sembunyi-sembunyi dengan harga yang sangat mahal.”

—Ο—

 

Malam pertama di bulan awal pada tahun ketujuh kenabian, orang-orang Bani Hasyim, termasuk Nabi Muhammad dan keluarganya, mundur ke Syi’ib Abu Thalib. Larangan dalam piagam tersebut diberlakukan secara paksa. Orang-orang Bani Hasyim segera mengalami pemutusan pasokan makanan dan berbagai kebutuhan hidup lainnya. Kekurangan persediaan yang dialami Bani Hasyim yang sesekali diatasi dengan diam-diam yang beresiko tinggi, menggiring mereka semakin terpuruk dalam kekurangan dan kesusahan.[1]

Dengan susah payah klan Hasyim bisa bertahan selama tiga tahun dengan cara sembunyi-sembunyi membeli makanan dan keperluan sehari-hari yang mestinya dengan harga yang sangat mahal. Untung Khadijah, istri Rasul, bisa secara sembunyi-sembunyi menjual hartanya untuk membiayai hidup mereka.[2]

Walaupun begitu pemboikotan itu tidak selamanya dilakukan secara ketat. Bantuan demi bantuan tidak selamanya tersendat. Seperti yang dilakukan oleh Hisyam bin Amir yang sering keluar pada malam hari dan menuntun untanya yang mengangkut bahan makanan. Pada kesempatan yang berbeda dia membawa baju serta perlengkapan lainnya. Setibanya di dekat pemukiman Bani Hasyim, dia melepaskan tali kekang unta dan memukul pinggul binatang tersebut hingga lari ke pemukiman Bani Hasyim. Keponakan Khadijah, Hakim bin Hamzah pun pernah mengirimkan bantuan berupa gandum kepada mereka.[3]

PETA PERKAMPUNGAN ABU THALIB KETIKA DIBOIKOT. SUMBER GAMBAR : http://sirah-nabawiyyah.blogspot.co.id/2015/10/boikot-terhadap-kaum-muslimin.html

Selain boikot, serangan dalam bentuk yang lain pun berdatangan. Propaganda yang dilancarkan oleh Abu Jahal terjadi terutama saat musim haji, saat dimana bangsa Arab melarang terjadinya pertumpahan darah karena dianggap dapat mencemari tempat suci, Nabi Muhammad bisa keluar dan menyampaikan ajarannya kepada orang-orang yang berkumpul disana. Disaat-saat seperti itu Abu Jahal selalu membuntuti dan memperingatkan orang-orang agar jangan mengikuti ajaran Muhammad. Akibatnya, kemana saja Nabi menyampaikan risalahnya, selalu didapati pertanyaan yang bernada ejekan. Inilah periode paling sulit bagi Bani Hasyim, dan aktivitas penyampaian ajaran Nabi menjadi tersendat-sendat.[4]

Setelah lama dilakukan boikot, muncul bisikan-bisikan menolak kekerasan terhadap Bani Hasyim. Hisyam bin Amir mengawali dan mengajak beberapa orang untuk menolak boikot yang tidak beralasan tersebut diantaranya Zuhair bin Umayyah putra dari Atikah binti Abdul Muththalib, Muth’im bin Adiy, Abu Al-Bukhturi bin Hisyam, dan Zam’ah bin Al-Aswad.[5]

Lima orang itu kemudian sepakat untuk bertemu di Khatm Al-Hajun. Disana mereka membicarakan bagaimana cara membatalkan kesepakatan orang-orang Quraisy. Keputusan mereka, Zuhair bin Umayyah yang akan memulai protes, sedangkan yang lainnya akan mendukungnya dari segaral arah. Keesokan harinya mereka mengambil tempat sendiri-sendiri sebagaimana telah disepakati, kecuali Zuhair yang langsung menuju Ka’bah untuk bertawaf.[6]

Setelah perdebatan sengit terjadi antara kelima orang tersebut dengan Abu Jahal, Al-Muth’im bin Adiy mengambil lembaran yang menyebutkan butir-butir ketetapan pemboikotan, dan kemudian merobeknya. Selepas itu, bersama empat kawannya serta sejumlah keluarga dan sahabat-sahabat mereka, seraya membaca senjata yang terhunus, Muth’im pergi ke tempat Bani Hasyim diasingkan, lalu membawa mereka ke Makkah. Karena tidak ada perlawanan, akhirnya putusan boikot itu dibatalkan.[7]

Beberapa riwayat lain menyatakan bahwa kala itu Abu Thalib datang untuk membuktikan, sebab Allah telah mengisyaratkan kepada Nabi Muhammad perihal piagam perjanjian itu. Allah mengirimkan rayap untuk memakan habis papan piagam tersebut. Rayap hanya menyisakan nama Allah yang tertulis disana. Nabi menceritakan hal itu kepada pamannya, lalu Abu Thalib menyampaikan kepada orang-orang Quraisy bahwa kemenakannya mengabarkan tentang rayap-rayap yang menggerogoti papan piagam perjanjian.

Abu Thalib menyampaikan hal itu dengan memberikan tawaran apabila kemenakannya berdusta maka orang-orang Quraisy boleh menyingkirkannya dan apabila ia benar maka boikot terhadap Bani Hasyim harus diakhiri. Orang-orang Quraisy pun setuju dengan tawaran Abu Thalib.[8]

Lalu Muth’im bin Adiy bangkit menuju tempat dimana papan perjanjian itu digantungkan. Dia bermaksud merusaknya. Ternyata rayap telah memakan habis papan perjanjian itu, kecuali tulisan ‘Bismika Allahumma’ (dengan nama-Mu, ya Allah) dan setiap bagian yang ada nama Allah. Perjanjian pun berakhir, Nabi Muhammad dan orang-orang yang menyertainya terbebas dari boikot[9]. (SI)

selesai

Sebelumnya:

Bani Hasyim dan Boikot Kaum Quraisy (1)

 

Catatan Kaki:

[1] Lihat, Sayyed Ali Ashger Razwi, Muhammad Rasulullah Saw; Sejarah Lengkap Kehidupan dan Perjuangan Nabi Islam Menurut Sejarawan Timur dan barat, Pustaka Zahra, Jakarta, 2004, hlm 117

[2] Lihat, O. Hashem, Muhammad Sang Nabi, Tama Publisher, Jakarta, 2005, hal 43

[3] Lihat, Irfan L Sarhindi, The Lost Story of Ka’bah: Fakta-Fakta Mencengangkan Seputar Baitullah, Qultummedia, Jakarta, 2013, hal 137-138

[4] Lihat, Maulana Muhammad Ali, Biografi Muhammad Rasulullah, Turos Pustaka, Jakarta, 2015, hal 103

[5] Lihat, Ahmad Rofi Usmani, Muhammad Sang Kekasih; 1000 Hikmah Dibalik Sejarah Hidup Nabi, Mizania, Bandung, 2009, hal 154

[6] Ibid, hal 155

[7] Ibid, hal 156

[8] Lihat, Syaikh Shafiyurrahman  al-Mubarakfuri, Ar-Rahiq Al-Makhtum; Sirah Nabawiah, Qisthi Press, Jakarta, 2014, hal 143

[9] Ibid, hal 144

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*