“Barbarossa memenangkan pertempuran dengan Kesatria St. John, sebuah ordo religius militer sisa-sisa Perang Salib. Dengan kemenangan ini, Barbarossa menjadi ancaman bagi seluruh Eropa.”
–O–
Setelah Aruj menjadi penguasa tanpa gelar di Aljazair, Kekaisaran Ottoman melihat perkembangan ini sebagai kesempatan untuk memperluas pengaruhnya di Afrika Utara. Ottoman kemudian menawarkan dukungan dana dan politik kepada Barbarossa bersaudara. Dengan dukungan ini, Barbarossa bersaudara mendapat keuntungan yang lebih besar untuk mengamankan posisi mereka.[1]
Perkembangan selanjutnya adalah Ottoman menawarkan posisi Gubernur Aljazair kepada Aruj, dan Kepala Gubernur Laut Mediterania Barat kepada Khair. Meskipun memiliki jabatan seperti itu, namun Barbarossa bersaudara belum sepenuhnya terikat kepada Ottoman, karena pada dasarnya mereka berdua sebelum bergabung dengan Ottoman, telah membangun armada militer tersendiri tanpa bantuan siapapun. Dukungan Ottoman yang datang belakangan hanya berfungsi untuk memperkuat posisi mereka sebagai penguasa setempat.[2]
Pada tahun 1518, Spanyol kembali datang untuk merebut kembali Aljazair yang sebelumnya diambil alih oleh Barbarossa bersaudara. Dalam pertempuran kali ini Aruj meninggal. Pada tahun berikutnya Spanyol berhasil memenangkan pertempuran dan berhasil merebut kembali Aljazair. Selama periode ini, Khair yang telah ditinggal saudaranya terus melanjutkan perlawanan, dan gelar Barbarossa sekarang hanya melekat pada dirinya saja. Sekarang Khair lebih dikenal dengan nama Khair-ed-Din Barbarossa.[3]
Artikel terkait:
Diangkat Menjadi Laksamana
Dalam dekade berikutnya, Aljazair beberapa kali berpindah kekuasaan. Barbarossa meminta bantuan Sultan Ottoman untuk melawan Spanyol, dan dia berhasil merebut kembali Aljazair. Dari waktu ke waktu, meskipun Aljazair pada hakikatnya adalah negara otonom, namun mereka semakin tergantung terhadap perlindungan militer dari Ottoman.[4]
Dengan demikian, meskipun Aljazair merupakan negara otonom pertama yang dibangun secara mandiri oleh gerombolan “perompak” (dari sudut pandang Spanyol), namun sekarang Aljazair menjadi lebih dikenal sebagai salah satu negara bagian Ottoman. Ottoman kemudian memanfaatkan Aljazair sebagai lokasi basis operasi utama mereka di wilayah Mediterania Barat.[5] Barbarossa secara resmi ditunjuk menjadi beylerbey (bahasa Turki, artinya pemimpin/laksamana/kepala suku) oleh Ottoman.[6]
Pada tahun 1520, Sultan Ottoman Selim I meninggal dan putranya yang bernama Suleiman mengambil tahta kesultanan. Di Eropa Suleiman dipanggil sebagai “The Magnificent” (yang Agung), sementara di Turki sendiri dia mendapat gelar dari rakyatnya sebagai “Penegak Hukum/Keadilan”. Sebagai balas budi atas bantuan militer dari Ottoman, Barbarossa menawarkan kepada Sultan Suleiman armada bajak lautnya untuk digunakan untuk kepentingan Ottoman.[7]
Khair-ed-Din Barbarossa adalah seorang organisatoris yang piawai, di bawah kendalinya Aljazair segera menjadi pusat aktivitas para perompak laut dari seluruh wilayah Afrika Utara. Barbarossa menjadi penguasa de facto dari semua yang disebut bajak laut Barbary dan mulai membangun kekuatan militer darat yang signifikan pula.[8]
Ancaman Bagi Eropa
Armada Barbarossa terus melanjutkan “penjarahannya”, mereka membajak sejumlah kapal Spanyol yang kembali dari Amerika yang penuh dengan emas. Dia juga melakukan perampokan-perampokan ke pantai Spanyol, Italia, dan Prancis, menjarah harta mereka dan membawa orang-orang Kristen yang akan dijual sebagai budak.[9]
Pada tahun 1522, Barbarossa membantu penaklukan Ottoman di pulau Rhodes, yang merupakan benteng bagi Kesatria St. John yang bermasalah bagi jalur operasional Ottoman, mereka juga disebut sebagai “Knights Hospitaller”, sebuah ordo religius militer sisa-sisa Perang Salib.[10] Barbarossa mengirim armadanya di bawah komando salah satu bawahannya yang bernama Kurtoğlu. Dari sudut pandang Ottoman, Kesatria St. John adalah bajak laut Kristen yang kerap kali menjarah kapal-kapal Ottoman yang beroperasi di Mediterania Barat. Dengan kemenangan ini, maka Ottoman telah berhasil menyingkirkan duri yang mengganggu jalannya operasi kekaisaran.[11]
Tahun-tahun berikutnya Barbarossa terus melanjutkan aktivitas penjarahannya di Laut Mediterania. Pada musim gugur 1529, Barbarossa membantu 70.000 orang Moor lainnya melarikan diri dari Andalusia, Spanyol selatan, yang berada dalam cengkeraman Inkuisisi Spanyol. Sepanjang tahun 1530-an, Barbarossa terus menangkap berbagai pelayaran orang-orang Kristen, merebut kota, dan menyerang pemukiman Kristen di sekitar Laut Tengah. Pada tahun 1534, armada lautnya berlayar tepat di Sungai Tiber, menyebabkan kepanikan di Roma.[12]
Barbarossa yang dulunya hanya anak tukang tembikar, menjadi prajurit di medan tempur, dan beralih profesi menjadi bajak laut, kini telah menjadi pemimpin dari sebuah armada militer yang besar dan kuat. Selain itu dia juga diangkat menjadi laksamana dari sebuah kekaisaran yang terkuat pada masa itu, yakni kekaisaran Ottoman Turki. Dengan semakin kuatnya armada Barbarossa, kini dia bukan hanya menjadi masalah bagi Spanyol dan Portugis, namun juga menjadi ancaman bagi bangsa Eropa secara keseluruhan. Petualangan Barbossa si Janggut Merah masih akan terus berlanjut. (PH)
Bersambung ke:
Barbarossa, Sang Perompak yang Menjadi Laksamana Ottoman (3): Pertempuran Preveza
Sebelumnya:
Barbarossa, Sang Perompak yang Menjadi Laksamana Ottoman (1)
Catatan Kaki:
[1] John P. Rafferty, “From Pirate to Admiral: The Tale of Barbarossa”, dari laman https://www.britannica.com/story/from-pirate-to-admiral-the-tale-of-barbarossa, diakses 5 Maret 2018.
[2] Ibid.
[3] Ibid.
[4] Ibid.
[5] Ibid.
[6] “Algeria”, Microsoft® Encarta® 2009 [DVD]. Redmond, WA: Microsoft Corporation, 2008.
[7] Kallie Szczepanski, “Admiral Hayreddin Barbarossa”, dari laman https://www.thoughtco.com/admiral-hayreddin-barbarossa-195756, diakses 5 Maret 2018.
[8] Ibid.
[9] Ibid.
[10] Ibid.
[11] Ḏḥwty, “Hayreddin Barbarossa: Causing a Ruckus as the Notorious Pirate Redbeard”, dari laman http://www.ancient-origins.net/history-famous-people/hayreddin-barbarossa-causing-ruckus-notorious-pirate-redbeard-005191?nopaging=1, diakses 5 Maret 2018.
[12] Kallie Szczepanski, Ibid.