Puas dengan hasil karyanya, Hunayn adalah satu-satunya penerjemah yang dibayar oleh Khalifah al-Mamun dengan emas sebesar setiap berat teks yang dia terjemahkan.
Dengan kecerdasan dan semakin dekatnya Hunayn bin Ishaq dengan para petinggi istana kerajaan, sekitar tahun 830 M[1] dia diangkat menjadi kepala penerjemahan di Bayt Al-Hikmah (Rumah Kebijaksanaan) oleh Khalifah al-Mamun.[2]
Tugas Hunayn adalah untuk menerjemahkan karya-karya ilmiah Yunani ke dalam Bahasa Arab atau merevisi terjemahan lama yang biasanya memiliki metode terjemahan secara kata per kata. Tugas lainnya adalah memperbaiki manuskrip-manuskrip tua yang sudah rusak.[3]
Hunayn bukan hanya menerjemahkan teks-teks asing dengan jumlah yang lebih banyak ketimbang sarjana-sarjana lain pada masanya, tetapi dia juga meningkatkan kualitas metode penerjemahan, meninggalkan seperangkat prinsip dan praktik yang bahkan masih banyak diterapkan hingga hari ini.
Sebagaimana sempat disinggung di dalam artikel sebelumnya, ketika Hunayn mulai bekerja di Bayt Al-Hikmah, dia menemukan bahwa praktik penerjemahan yang biasa dilakukan di sana adalah dengan cara menerjemahkan teks secara harfiah—kata demi kata—tidak peduli apakah kata tersebut maknanya sesuai atau tidak dengan bahasa yang hendak diterjemahkan, dalam hal ini Bahasa Arab.
Hunayn memahami bahwa pendekatan seperti ini tidak cocok jika tujuannya adalah agar para pembaca nantinya dapat benar-benar paham dan mengerti dari makna yang hendak disampaikan dari teks aslinya. Bukan hanya makna, bahkan secara literal pun Hunayn menilai masih banyak dari terjemahan lama tersebut yang artinya meleset.
Fasih berbahasa Suriah, Yunani, Arab, dan Persia, Hunayn berpendapat bahwa seorang penerjemah yang efektif tidak hanya harus memiliki tingkat kefasihan bahasa yang mengesankan, tetapi juga pemahaman tentang idiom, nuansa, dan kemungkinan kesimpulan dalam setiap kata.
Dia percaya bahwa tugas penerjemah adalah untuk memahami dan menyampaikan arti dari sebuah karya asli melebihi jumlah bagian-bagian individualnya, dalam artian, teks asing tersebut tidak bisa diterjemahkan secara literal secara kata per kata.[4]
Dalam upayanya menerjemahkan sebanyak mungkin teks dari bahasa Yunani, Hunayn dibantu oleh anaknya, Ishaq bin Hunayn (wafat 910 M) dan keponakannya Hubaysh bin al-Hasan.
Mereka memiliki alur kerja tersendiri. Hunayn bertugas menerjemahkan naskah dari bahasa Yunani ke Suriah. Keponakannya melanjutkan menerjemahkan naskah dari bahasa Suriah itu ke bahasa Arab. Dan Ishaq, anaknya, mengoreksi hasil terjemahan.[5]
Khalifah al-Mamun, yang dikenal sebagai penggemar buku dan pembaca yang teliti, sangat puas dengan hasil kerja Hunayn. Berdasarkan catatan sejarah dalam Bahasa Arab, ditemukan bahwa Hunayn adalah satu-satunya penerjemah yang dibayar oleh al-Mamun dengan emas sebesar setiap berat teks yang dia terjemahkan.[6]
Dari seluruh karya terjemahannya, barangkali yang tepenting adalah terjemahan karya Aelius Galenus, atau Claudius Galenus, atau lebih terkenal dengan sebutan Galen dari Pergamon. Galen adalah seorang filsuf dan ahli bedah Yunani dari abad ke-2. Karya-karya Galen yang pada masa kini masih terselamatkan, menyumbang sekitar setengah dari semua literatur Yunani kuno yang masih ada.
Karya-karya Galen yang sekarang banyak ditemukan dalam Bahasa Latin, sebenarnya tidak diterjemahkan secara langsung dari Bahasa Yunani ke Latin, melainkan sebagian besar berasal dari Bahasa Arab. Hal ini tiada lain adalah berkat jasa besar Hunayn dan tim yang telah menerjemahkannya dari Bahasa Yunani ke Arab.
Bahkan hingga saat ini, banyak karya Galen yang hanya ada dalam bahasa Arab, atau dalam terjemahan Latin dari abad pertengahan yang mana sebenarnya diterjemahkan dari teks-teks Arab hasil terjemahan Hunayn tersebut.
Selain menerjemahkan karya Galen, Hunayn dan timnya juga berhasil menerjemahkan karya lengkap Hippokrates, dokter Yunani dari zaman Perikles. Seperti Hippokrates, Hunayn juga meyakini bahwa penyakit ada karena sebab-sebab alami, bukan karena hukuman dari ilahi—akibat orang yang bersangkutan telah melanggar norma-norma yang berlaku.
Hunayn juga menerjemahkan Republik karya Plato, sebagian besar karya Aristoteles, dan seluruh isi Perjanjian Lama versi bahasa Yunani. Sayangnya, karya yang terakhir disebut itu tidak terselamatkan. Sebagai salah satu terjemahan paling awal dari Perjanjian Lama, semestinya itu akan menjadi teks yang sangat penting.[7] (PH)
Bersambung ke:
Sebelumnya:
Catatan kaki:
[1] Diangkatnya Hunayn pada 830 M ini sebenarnya waktunya agak meragukan, sebab jika benar maka usianya pada saat itu baru sekitar 20-21 tahun. Sementara, dalam catatan sejarah lainnya dilaporkan bahwa di Bayt Al-Hikmah, Hunayn dibantu oleh anak dan keponakannya untuk menerjemahkan ke Bahasa Arab. Dengan fakta ini, maka mustahil jika Hunayn yang baru berusia 20-21 tahun sudah memiliki anak dan keponakan yang mampu menerjemahkan dari Bahasa Suriah ke Arab dengan baik.
[2] Maman Lesmana, Hunayn bin Ishaq dan Sejarah Penerjemahan Ilmu Pengetahuan ke dalam Bahasa Arab (Susurgalur: Jurnal Kajian Sejarah & Pendidikan Sejarah, No.1, Vol.1, Maret 2013), hlm 5.
[3] Adnan K. Abdulla, Translation in the Arab World: The Abbasid Golden Age (New York: Routledge, 2021), Chapter 6.
[4] Eamonn Gearon, The History and Achievements of the Islamic Golden Age (The Great Courses: Virginia, 2017), hlm 52.
[5] Wan Ulfa Nur Zuhra, “Hunayn ibn Ishaq, Syekh Para Penerjemah”, dari laman https://tirto.id/cpQD, diakses 7 Agustus 2021.
[6] Adnan K. Abdulla, Loc.Cit.
[7] Eamonn Gearon, Loc.Cit.