“Prosesi keempat hingga kedelapan, secara berturut-turut yaitu: Maarak Jari-Jari, Maarak Saroban, Tabuik Naiak Pangkek, Pesta Hoyak Tabuik, dan proses terakhir adalah Tabuik Dibuang ke Laut.”
—Ο—
- Mengarak Jari-Jari/Maarak Jari-Jari (Tanggal 7 Muharram)
Maarak jari-jari atau Mengarak jari-jari dilakukan pada hari yang sama dengan maatam yakni tanggal 7 Muharram sebagai kelanjutan acara maatam. Maarak jari-jari diselenggarakan setelah sholat maghrib. Prosesi dilakukan oleh kedua kelompok Tabuik Pasa dan Tabuik Subarang dengan mengambil lokasi di daerah masing-masing. Kegiatan arak-arakan dilakukan dengan membawa panja, yakni sebuah kubah yang terbuat dari kertas kaca dan bambu serta diberikan lilin, kertas tersebut berisikan gambar tangan dengan jari-jari yang putus. Prosesi ini merupakan perlambangan jari-jari Husein yang dipotong oleh musuh.[1] Prosesi juga dimeriahkan dengan “hoyak tabuik lenong” yaitu sebuah Tabuik berukuran kecil yang diletakkan di atas kepala seorang laki-laki sambil diiringi bunyi gandang tasa.[2]
- Mengarak Sorban/Maarak Saroban (Tanggal 8 Muharram)
Peristiwa maarak saroban bertujuan untuk menginformasikan kepada anggota masyarakat akan halnya penutup kepala (sorban) Husein yang terbunuh dalam perang Karbala. Hampir serupa dengan peristiwa Maarak Panja, bahwa kegiatan ini juga diiringi dengan membawa miniatur Tabuik Lenong serta diiringi gemuruh bunyi gendang tasa sambil sorak sorai.[3]
Ritual dilaksanakan pada malam hari tepatnya setelah shalat maghrib. Tidak jarang pada saat arak-arakan terjadi perselisihan antara kelompok Tabuik Pasa dengan Tabuik Subarang. Ritual ini memiliki makna mendorong semangat membela kebenaran, pesan yang disampaikan adalah agar menggunakan logika rasional dalam bertindak.[4]
- Tabuik Naik Pangkat/ Tabuik Naiak Pangkek (Dini Hari Tanggal 10 Muharram)
Tabuik Naiak Pangkek adalah prosesi penggabungan pangkek bawah (tabuik bagian bawah) dengan pangkek ateh (tabuik bagian ateh).[5] Pada dini hari menjelang fajar, dua bagian tabuik yang telah siap dibangun dan mulai disatukan menjadi Tabuik yang utuh. Selanjutnya seiring matahari terbit, Tabuik diusung ke arena jalan dan ditampilkan dan hoyak sepanjang hari tanggal 10 muharram.[6]
- Pesta Hoyak Tabuik (Tanggal 10 Muharram)
Sepanjang hari tanggal 10 Muharram mulai pada pukul 09.00, dua Tabuik yaitu Tabuik Pasar dan Tabuik Subarang disuguhkan ketengah pengunjung Pesta Hoyak Tabuik sebagai hakekat peristiwa perang Karbala yang menewaskan Husein. Acara hoyak tabuik akan berlangsung hingga sore hari dan secara lambat laun Tabuik diangkat menuju pinggir pantai menjelang Maghrib.[7] Ada dua jenis Tabuik yang digunakan dalam acara ini, yaitu Tabuik berkepala wanita dan Tabuik berkepala pria.[8]
Dalam prosesi ini satu Tabuik dipikul oleh 40 orang. Diikuti oleh puluhan orang lainnya yang berbusana adat dengan membawa rupa-rupa gendang dan tetabuhan. Sesekali arak-arakan berhenti. Puluhan orang memainkan atraksi pencaksilat khas Minang diiringi oleh tetabuhan.[9]
Pesta Hoyak Tabuik juga menyajikan atraksi dari Tabuik itu sendiri, seperi merebahkan, memutar, menggoyahkan, dan melarikan. Pesta Hoyak Tabuik diiringi dengan gandang tansa dengan menyebut kata-kata hoyak¸hosen, dan sosoh. Seruan tersebut dilakukan berulang-ulang sambil melakukan atraksi hoyak tabuik. Arak-akan ini akan berhenti di pantai Gondoriah karena disanalah Tabuik akan dibuang.[10]
- Tabuik Dibuang ke Laut (Petang Tanggal 10 Muharram)
Setelah Tabuik diarak, kedua kelompok Tabuik dari masing-masing wilayah bertemu di Pantai Gondariah. Kemudian keduanya akan diadukan sebagai simbol perang di Karbala. Menjelang matahari terbenam Tabuik dibuang ke laut. Prosesi pembuangan Tabuik ke laut merupakan suatu bentuk kesepakatan masyarakat untuk membuang segenap sengketa dan perselisihan antar mereka. Selain itu, pembuangan Tabuik juga melambangkan terbangnya Buraq yang membawa jasad Husein ke Surga.[11]
Saat Tabuik Pasa dan Tabuik Subarang dibuang ke laut, terjadi perebutan dari tabuik itu sendirin oleh warga sekitar. Warga berebut mengambil potongan-potongan Tabuik untuk dibawa pulang. Potongan Tabuik tersebut dipercaya bisa dijadikan pelaris dalam berdagang. Di Festival Tabuik tahun 2016, bahkan ketika hujan turun pun tidak menyurutkan semangat warga untuk mengambil potongan-potongan Tabuik tersebut.[12] (PH)
Selesai.
Sebelumnya:
Festival Tabuik di Pariaman (4): Delapan Prosesi dalam Tabuik (1)
Catatan Kaki:
[1] M.A. Dalmenda dan Novi Elian, Makna Tradisi Tabuik Oleh Masyarakat Kota Pariaman (Studi Deskriptif Interaksionisme Simbolik), (Jurnal Antropologi: Isu-Isu Sosial Budaya, Desember 2016 Vol. 18 (2), Universitas Andalas), hlm 148.
[2] “Prosesi Tabuik: Tradisi 10 Muharram di Kota Pariaman”, dari laman https://minangtourism.com/prosesi-tabuik/, diakses 5 Januari 2018.
[3] Ibid.
[4] M.A. Dalmenda dan Novi Elian, Loc. Cit.
[5] Loc. Cit.
[6] “Prosesi Tabuik: Tradisi 10 Muharram di Kota Pariaman”, Ibid.
[7] Ibid.
[8] M.A. Dalmenda dan Novi Elian, Loc. Cit.
[9] Marlin Dinamikanto, “Tabuik, Ritual Mengenang Asyura Ala Kota Pariaman Sumbar”, dari laman https://nusantara.news/tabuik-ritual-mengenang-asyura-ala-kota-pariaman-sumbar/, diakses 5 Januari 2018.
[10] M.A. Dalmenda dan Novi Elian, Ibid., hlm 149.
[11] “Prosesi Tabuik: Tradisi 10 Muharram di Kota Pariaman”, Ibid.
[12] M.A. Dalmenda dan Novi Elian, Loc. Cit.