Habib Ali Bin Muhammad Alhabsyi, Karamah, Dan Simthud-Durar Karyanya (2)

in Tokoh

Oleh: Haidar Bagir

(Presiden Direktur Kelompok Mizan, penulis buku-buku tentang Tasawuf, dan Dai Islam Cinta)

Dakwahku akan tersebar ke seluruh wujud (ciptaan). Maulidku ini akan tersebar ke tengah-tengah masyarakat, akan menyatukan mereka (untuk menuju) kepada Allah, dan akan membuat mereka dicintai Nabi Saw.

Sumber gambar: dutaislam.com

Tentang Penyusunan Kitab Simthud-Durar[1]

Simthud-Durar adalah kitab maulid yang dibaca oleh umat muslim di seluruh dunia.

Banyak keistimewaan dan keberkahan dalam Mawlid ini.

Berikut dikisahkan dari buku manaqib Al Arif Billah Al Qutb Al Allamah Al Musnid AL Hafizh Habib Ali Al-Habsyi tentang penulisan kitab mulia ini.

Ketika usia Habib ‘Ali menginjak 68 tahun, ia menulis kitab maulid yang diberinya nama Simtud Durar.

Pada hari Kamis 26 Shafar 1327 H, Habib ‘All mendiktekan paragraf awal dari Maulid Simthud-Durar setelah memulainya dengan bacaan basmalah.

Ia kemudian memerintahkan agar tulisan itu dibacakan kepada beliau. Setelah pendahuluan yang berupa khutbah itu dibacakan, beliau berkata, “Insya Allah aku akan segera menyempurnakannya. Sudah sejak lama aku berkeinginan untuk menyusun kisah maulid. Sampai suatu hari anakku Muhammad datang menemuiku dengan membawa pena dan kertas, kemudian berkata kepadaku, ‘mulailah sekarang.’ Aku pun lalu memulai-nya.”

Kemudian dalam majelis lain beliau mendiktekan maulidnya:

Pada hari Selasa, awal Rabi’ul Awwal 1327 H, ia memerintahkan lagi agar maulid yang telah beliau tulis sampai tahap itu dibaca. Kemudian pada malam Rabu, 9 Rabi’ul Awwal, setelah maulid itu disempurnakan, beliai mulai membaca maulidnya di rumah beliau. Beliau berkata, “Maulid ini sangat menyentuh hati (saya), karena baru saja selesai tersusun.”

Pada hari Kamis, 10 Rabi’ul Awwal beliau menyempurnakannya lagi. Pada malam Sabtu, 12 Rabi’ul Awwal 1327 H, beliau membaca maulid tersebut di rumah muridnya, Sayyid ‘Umar bin Hamid as-Saggaf. Sejak hari itu Habib ‘Ali sendiri kemudian membaca maulid Simthud Durar itu. Sebelumnya ia selalu membaca maulid ad-Diba’i.

Maulid Simthud-Durar yang agung ini kemudian mulai tersebar luas di Seiwun, juga di seluruh Hadhramaut dan tempat-tempat lain yang jauh. Maulid ini juga sampai ke Haramain yang mulia, Indonesia, Afrika, Dhafar dan Yaman. Ringkasnya, maulid Simthud Durar pertama kali dibaca di rumah Habib ‘Ali, kemudian di rumah muridnya, Habib ‘Umar bin Hamid. Para sahabat beliau kemudian meminta agar Habib ‘Ali membaca maulid itu di rumah-rumah mereka. Ia berkata kepada mereka, “Selama bulan ini, setiap hari aku akan membaca Maulid Simthud-Durar di rumah kalian secara bergantian.

Tanggal 27 Sya’ban 1327 H, Sayyid Hamid bin ‘Alwi Al-Bar akan pergi ke Madinah Al-Munawwarah membawa satu naskah maulid Simthud-Durar yang akan dibacanya di hadapan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam akan merasa sangat senang. Terkait dengan ini, Habib Ali berkata:

“Dakwahku akan tersebar ke seluruh wujud (ciptaan). Maulidku ini akan tersebar ke tengah-tengah masyarakat, akan menyatukan mereka (untuk menuju) kepada Allah, dan akan membuat mereka dicintai Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.”

Jika seseorang menjadikan kitab maulidku ini sebagai salah satu wiridnya atau menghafalnya, maka rahasia (sir) Al-Habib shallallahu ‘alaihi wa sallam akan tampak pada dirinya. Aku yang mengarangnya dan mendiktekannya, namun setiap kali kitab itu dibacakan kepadaku, dibukakan bagiku pintu untuk berhubungan dengan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Pujianku kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dapat diterima oleh masyarakat.

Ini karena besarnya cintaku kepada Nabi shallallahu alaihiwa sallam. Bahkan saat aku menggambarkan (Rasul saw) , ketika aku menyifatkan Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam, Allah SWT membukakan kepadaku susunan bahasa yang tidak ada (di pikiranku) sebelumnya. Ini adalah ilham yang diberikan Allah SWT kepadaku.

.. Andaikan Nabhani membacanya, tentu ia akan memenuhi kitab-kitabnya dengan sifat-sifat agung itu.

Munculnya Maulid Simthud-Durar di zaman ini akan menyempurnakan kekurangan orang-orang yang hidup di zaman akhir. Sebab, tidak sedikit pemberian Allah Swt kepada orang-orang terdahulu yang tidak dapat diraih oleh orang-orang zaman akhir, tapi setelah maulid ini datang, ia akan menyempurnakan apa yang telah terlewatkan. Dan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam sangat menyukai maulid ini.”

Maulid Hari Kamis Akhir Bulan Rabi’ul Awwal, dihadiri oleh masyarakat dari berbagai daerah. Ada yang datang dari Hijaz, Dhafar, Swahil, dan negara-negara lainnya. Ada yang memperkirakan, jumlah orang yang menghadiri maulid tersebut sekitar 30.000 orang.

Habib Ali membiayai keperluan mereka semua dan beliau juga mengurus jamuan dan kendaraan mereka. Sebab, saat itu tidak ada mobil atau pesawat. Semua orang datang dengan mengendarai onta dan kendaraan lain. Beberapa orang dan pegawai pemerintah mengkhawatirkan hal ini, “Wahai Habib Ali, manusia berdatangan dari segenap penjuru, bagaimana pembiayaannya”

Habib Ali menjawab, “Kalian sambut saja mereka, bukalah rumah kalian untuk mereka, Allah nanti yang akan memberi mereka rezeki, bukan aku atau kalian. Bukalah rumah kalian untuk mereka, aku akan menyediakan segala sesuatunya kepada kalian. Jika ada yang kekurangan, pergilah ke tempat fulan dan fulan.” Beliau menyebutkan beberapa nama sehingga mereka dapat mendatangi orang-orang itu untuk mengambil semua yang diperlukan.

Maulid yang agung ini dihadiri oleh para munshib, dai dan ulama yang berasal dari berbagai daerah. Mereka semua berkumpul sehingga turunlah madad (pertolongan Allah), kebaikan, keberkahan dan nafahat (ilham-ilham) yang agung. Para munshib datang dengan rombongan hadhrah mereka. Kota Seiwun dipadati oleh manusia sebagaimana dikatakan oleh Habib ‘Ali:

“Seiwun memiliki sesuatu yang tidak dimiliki oleh kota-kota lain.”

Menjelang hari Kamis terakhir bulan Rabi’ul Awwal, para buruh biasa meminta ijin dari majikan mereka untuk tidak masuk kerja. Pernah seorang buruh ditanya mengapa harus libur, ia menjawab: Wahai Habib, ketahuilah, waktuku setahun berlalu begitu saja; sia-sia. Sekarang yang kumiliki tinggal dua hari ini saja, yaitu hari-hari pembacaan maulid.” Nanti, ketika manusia telah berkumpul di lembah itu, Habib ‘Ali akan berdiri dan menyeru orang-orang ke jalan Allah SWT, mengajak mereka bertobat dan mendoakan mereka, maka semua dosa dari orang-orang yang berkumpul di situ (dengan izin Allah) akan diampuni.

‘Umar bin Hasan Al-Haddad berkata, “Perhatikanlah, bagaimana kaum awam dapat menemukan sirr (lewat pembacaan mawlid ini).”

Outline Isi Simthud Durar[2]

Isi Simthud-Durar terbagi ke dalam 5 bagian:

Bagian I: Tentang Penciptaan dan Keberadaan Nabi Muhammad Saw di Alam Ruhani, sebagai Nur Muhammad, yakni Faidh (Pancaran) atau Tajaliy Nur Allah SWT.

Bagian II: Kisah Saat-saat Kelahiran Nabi saw di bumi dan Mukjizat-mukjizat yang Menyertainya.

Bagian III: Puji-pujian dan Tawasul (Dalam Bentuk Qashidah) kepada Rasul Saw, Saat Pembaca Berdiri (Mahallul-Qiyam).

Bagian IV: Tentang Gambaran Fisik, Perangai, dan Akhlak Mulia Nabi Saw.

Bagian V: Doa yang Dipanjatkan bagi Penyusun (dan  Pembaca), setelah membaca Simthud-Durar, Berisi Pujian kepada Nabi Kekasih Allah ini, sebagai Wasilah bagi Makbulnya Doa itu.

Selesai…

Sebelumnya:

Sumber referensi:

1. Riwayat Hidup Habib Ali, Wikipedia, https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=https://en.m.wikipedia.org/wiki/Simthud_Durar&ved=2ahUKEwjr9Ynd97L7AhU87nMBHeh6A5IQFnoECDIQAQ&usg=AOvVaw0yvKR96KPYhg8aIxmeK4io

2. “Habib Ali bin Muhammad  Al-Habsyi dan Karomahnya https://www.laduni.id/post /read/53518/habib-ali-bin-muhammad-al-habsyi-dan-karomahnya

3. Kisah Turunnya Simtud Durar https://web.archive.org/web/20140528085958/http://mazzulfa.wordpress.com/2013/08/25/kisah-turunnya-simtud-durar/


[1] Dikumpulkan, dengan sedikit perubahan/penyuntingan, dari bahan-bahan di internet – sumber-sumber tersebut di bawah – oleh Haidar Bagir.

[2] Outline isi Simthud-Durar dari Haidar Bagir sendiri.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*