Invasi Bangsa Arab ke Afrika Utara 639 M (2)

in Sejarah

Awalnya, ekspedisi yang luar biasanya ini didorong oleh semangat untuk menyebarkan syiar Islam. Namun seiring berjalannya waktu, niat ini bergeser. Agresi yang mereka lakukan mulai merusak. Mereka mengusir penghuni wilayah sebelumnya dan menghancurkan tembok-tembok kota mereka. Sikap ini akhirnya melahirkan perlawanan dari penduduk setempat.”

—Ο—

 

Setelah berhasil menaklukkan Alexanderia, Amr bin Ash tidak mengeksekusi penduduk dan tentara di kota itu. Ia memberikan kesempatan kepada mereka selama satu tahun untuk memilih, pergi dari tempat itu atau tetap bermukim di sana namun mematuhi semua aturan baru kekhalifahan Islam. Amr melihat Alexanderia adalah kota yang bagus untuk dijadikan basis kekuatan wilayah kaum Muslimin. Sehingga kota tersebut perlu diatur secara seksama. Namun Umar bin Khattab berpikir lain. Menurutnya Alexanderia terlihat bagus dan kuat di masa lalu, ketika berada di bawah kekuasaan Romawi. Posisinya yang berada di pinggir lautan memudahkan masuknya bala bantuan dari Romawi di Eropa melalui laut Mediterania. Namun hal ini akan berlaku sebaliknya bagi pasukan kaum Muslimin. Kekuatan kaum Muslimin akan sangat rawan direbut kembali oleh Romawi bila posisinya masih di Alexanderia. Untuk itu Umar menyarankan Amr bin Ash untuk mencari posisi yang lebih strategis bagi pusat kekuatan kaum Muslimin di Afrika.

Mendapatkan masukan berharga dari Khalifah, Amr mulai memikirkan letak wilayah yang akan dijadikannya sebagai basis kekuatan di Mesir. Inspirasi kemudian muncul ketika ia melihat ada burung yang bersarang di tendanya. Melihat ini, ia lalu memerintahkan para prajuritnya agar tidak membongkar tendanya hingga burung tersebut menetaskan anaknya dan kemudian pergi dengan sendirinya. Pada saat itu tenda Amr berdiri di tepi sungai Nil. Dan tempat itu sendiri akhirnya dijadikan sebagai tempat bagi kaum muslimin mendirikan kota. Kota ini kemudian dikenal nama Fustat, yang artinya tenda. Kota ini kemudian di kemudian hari dikenal sebagai kota Kairo.

Setelah yakin seluruh wilayah Mesir sudah ditaklukkan, Amr bin Ash kemudian bertolak terus ke arah barat sejauh 1000 mil, menyisiri panti Mediterania bagian selatan (Afrika) hingga ke Tripoli. Satu persatu kota ia tundukkan tanpa sesuatu yang berarti. Amr kemudian menghentikan laju ekpedisinya di kota Barca (sekarang Libya) dan mendirikan basis kekuatan di sana. Ia lalu menunjukkan Uqba bin Nafi sebagai gubernur di tempat baru tersebur, sementara ia kembali ke Mesir.

Ekspedisi militer kaum Muslimin ke Afrika Utara baru dilanjutnya pada masa kekhalifahan Ustman bi Affan pada tahun 647 M. Ustman mengerahkan lebih dari 10.000 prajurit dari Fustat. Pasukan ini melintasi Libya hingga ke Tunisia, dimana pasukan ini bertemua dengan pasukan Bizantium dan berhasil mengalahkannya. Disinilah juga kemudian suku Barber, suku asli Afrika Utara, berhasil ditundukkan oleh pasukan kaum Muslimin. Setelah itu, ekspedisi tersebut kembali terhenti diakibatkan meninggalnya Ustman dan situasi politik di Madinah yang riuh. Di masa pemerintahan Ali bin Abi Thalib, tidak ada agresi dilakukan.

Agresi kembali dilakukan pada masa pemerintahan Bani Umayyah. Muawiyah, khalifah pertama Bani Umayyah kemudian melanjutkan apa yang terhenti pada masa Ustman bi Affan. Ia mengirim Uqba yang sebelumnya sudah diangkat oleh Amr bin Ash untuk melanjutkan ekspedisi ke Barat Afrika. Di bawah kepemimpinan Uqba, ekspedisi militer bangsa Arab mangalami kemanjuan yang pesat. Satu persatu wilayah ditaklukkan, mulai dari Libya hingga ke Tunisia. Sebelum melanjutnya ekspedisinya, dan untuk memperkuat basis pertahanannya, dia kemudian mendirikan kamp di Kairouan, yang pada masa selanjutnya akan menjadi kota yang hidup.

Uqba adalah sosok yang ambisius. Ia memang bertekad menaklukkan tanah yang belum pernah dilihat oleh seorang Muslim pun. Dan dia berhasil. Ia sampai di Tangier, dan mengusai hampir seluruh wilayah Maroko sekarang. Awalnya, ekspedisi yang luar biasanya ini didorong oleh semangat untuk menyebarkan syiar Islam. Namun seiring berjalannya waktu, niat ini bergeser. Agresi yang mereka lakukan mulai merusak. Mereka mengusir penghuni wilayah sebelumnya dan menghancurkan tembok-tembok kota mereka. Sikap ini akhirnya melahirkan perlawanan dari penduduk setempat, dan memunculkan apa yang disebut dengan nasionalisme Baber, atau Barber bersatu.

Perlawanan dari orang-orang Barber ini memuncak pada tahun 680 M, di bawah kepemimpinan seorang wanita bernama Al-Kahina. Ialah yang mengobarkan semangat anti asing di kalangan masyarakat Barber dan memicu terjadinya serangkaian pemberontakan kepada pasukan Arab. Namun pada sekitar tahun 700 M, Al Kahina terbunuh dalam satu pertempuran menghadapi pasukan Arab. Dengan wafatnya Al Kahina, maka usai sudah perlawanan terorganisir suku Barber terhadap pasukan Arab. Akan tetapi namanya masih tetap menjadi inspirasi bagi para penerusnya di kemudian hari.

Jalur ekspansi kaum Muslimin hingga dinasti Umayyah. Sumber gambar: thinglink.com

 

Setelah invasi terhadap Afrika Utara di tuntaskan pada tahun 710, atau bersamaan dengan jatuhnya Tangier, maka wilayah-wilayah pun mulai dibagi ke dalam provinsi-provinsi yang mandiri. Termasuk ibu kota-ibu kota masing-masing propinsi tersebut. Diantaranya provinsi Mesir, Ifriqiyah (Tunisia/Libya), dan Magribi (Maroko). Dengan ibu kota masing-masing Fustat, Kairouan, dan Fes. Masing-masing wilayah ini kemudian berkembang dan terus bertahan hingga sekarang.

Penaklukkan kawasan Afrika Utara ini memiliki posisi penting dan strategis bagi perkembangan Islam selanjutnya. Inilah tempat dimana kuda-kuda kekutan pasukan kaum Muslimin disiapkan, sehingga mampu menaklukkan Eropa. Dari sini pula kemudian, persentuhan intensif kebudayaan Islam dengan Eropa bertemu. Termasuk transfer ilmu pengetahuan bangsa Arab yang diajarkan di Universitas Kairouan – yang merupakan universitas pertama di dunia – dapat diterima oleh bangsa Eropa. Bila ada satu hal yang cukup disesalkan dari ekpedisi ke Afrika Utara ini, adalah niat penyebaran agama harus bergeser menjadi agresi dan kolonialisme. Dan ini menyediakan celah besar dikekuatan kaum Muslimin di kemudian hari. (AL)

Selesai…

 

Catatan:

Catatan: Artikel ini merupakan adaptasi dan terjemahan dari buku: Eamon Gearon, Turning Points in Middle Eastern History, (Virginia: The Great Courses, 2016), chapter 3.

 

Sebelumnya:

Invasi Bangsa Arab ke Afrika Utara 639 M

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*