Invasi Bangsa Arab ke Afrika Utara 639 M

in Sejarah

Last updated on December 26th, 2017 12:53 pm

Invasi Bangsa Arab ke Afrika Utara pada tahun 639 M merupakan titik balik yang menandai orde baru peradaban di kawasan Afrika Utara yang membentang dari Laut Merah hingga ke Samudera Atlantik.”

—Ο—

 

Invasi ummat Islam ke kawasan Afrika Utara adalah titik balik penting dalam sejarah Islam dan juga dunia. Invasi ini dimulai pada tahun 639 M, dan berlangsung terus menerus sampai 70 tahun lamanya. Selama periode itu, penaklukan ini bukan hanya sukses, tapi juga berhasil membentuk satu orde baru peradaban di seluruh kawasan yang dilaluinya. Belum ada satupun penaklukan sebelumnya yang mampu menyamai pencapaian ini. Luas areal taklukan ini membentang dari laut merah hingga Samudera Atlantik. Dan istimewanya, wilayah-wilayah hasil taklukan ini berubah secara permanen setelah itu.

Selama masa pemerintahan Rasulullah SAW, ummat Islam tidak pernah berpikir untuk melakukan agresi, apalagi pendudukan satu wilayah. Pertempuran yang dilakukan oleh Rasulullah SAW hanya bersifat difensif, tidak agresif.[1] Hal ini juga masih tetap berlangsung pada masa Abu Bakar ra. Disamping itu, tradisi bangsa Arab pra-Islam juga belum memahami model penaklukan dan kolonialisme. Selama berabad-abad mereka hanya melakukan serangan yang bersifat oportunis, kemudian menjarah wilayah taklukkannya, dan pergi (smash-and-grab runs). Lagi pula, di gurun sahara yang luas, dengan jumlah manusia yang begitu sedikit, kolonialisasi bukanlah pilihan yang strategis.

Namun tradisi ini kemudian hilang, ketika kepemimpinan kaum Muslimin di pegang oleh Umar bin Khattab ra. Awalnya Umar tidak berkeinginan untuk melakukan invasi. Namun atas bujukan dari Amr bin Ash, akhirnya rencana ekspesi-pun dibuat. Wilayah incarannya adalah Mesir.

Evolusi wilayah kaum Muslimin sejak Rasulullah SAW hingga 750 M. Sumber gambar: nadirhosen.net

Secara historis, wilayah sekitar Laut Mediterania Timur sebelumnya merupakan mandala pertempuran antara dua kekuatan adidaya purba, Romawi dan Persia. Dampak dari pertempuran ini luar biasa, kerajaan-kerajaan kecil di kawasan ini  miskin, lelah dan tidak terorganisir. Ditambah lagi, wabah penyakit yang datang secara periodik telah menjadikan kawasan ini begitu tertinggal dan tak berdaya.

Adapun kekuatan Islam yang pada masa itu dipimpin oleh Umar bin Khattab, adalah gerakan peradaban baru yang begitu energic, tersistematis, dan terencana. Ditambah lagi, misi ini dipimpin langsung oleh Amr bin Ash yang sebelumnya sudah berhasil menaklukan Palestina, dan ia sendiri yang kemudian diperintah untuk menjadi gubernur di wilayah itu. Sebelum akhirnya memeluk agama Islam, Amr bin Ash adalah seorang pedagang ekspor-impor. Ia sudah memahami banyak jalan-jalan raya menuju Mesir. Sehingga ia sangat paham rute terbaik untuk menaklukkan kawasan Afrika Utara.

Dengan segenap kepercayaan diri, Amr bin Ash berderap bersama 4000 prajurit menuju Mesir. Tapi ternyata Khalifah punya perhitungan lain. Umar melihat kekuatan bala tentara yang di bawah Amr bin Ash terlalu sedikit untuk menaklukkan sebuah kawasan yang saat itu masih dikuasai oleh Byzantium, Romawi. Umar lalu mengirimkan utusan untuk memerintahkan Amr dan pasukannya berhenti, sambil menunggu bala bantuan datang.

Namun, utusan Umar sampai kepada Amr bin Ash pada saat Amr dan pasukannya sudah mendekati perbatasan Mesir di Rafah. Mendapati perintah Khalifah ini, Amr bin Ash berkata pada utusan tersebut, bahwa ia akan meninjau kembali perintah Khalifah segera setelah selesai ekspedisi pertama ini. Meski begitu, menurut sejarawan Arab, Ibn Abdul Hakam, di dalam surat tersebut, Umar juga memberikan catatan yang berbunyi, “Jika kamu menerima surat ini saat kamu telah menyeberang ke Mesir, maka kamu bisa melanjutkan. Allah akan membantumu dan aku akan mengirimkan padamu bala bantuan yang mungkin kamu butuhkan.” Dan Amr bin Ash beserta pasukannya memilih terus melaju tanpa menunggu bala bantuan dari Khalifah.

Pada serangan pertama, Amr bin Ash berhasil menaklukkan benteng yang terletak di wilayah pesisir Mesir. Dari sini, Amr bin Ash melanjutnya ekspedisinya ke Babylon, sebuah kota yang kaya raya kala itu. Setelah beberapa pertempuran awal, Amr dan pasukannya tidak berhasil melanjutkan perjalanannya, dan memilih mundur. Ia kemudian mengirim utusan kepada Umar untuk meminta bala bantuan. Dan Umar mengirim 8000 pasukan tambahan yang diambil dari Veteran perang Suriah.

Dengan tambahan ini, praktis jumlah pasukan Amr bin Ash sekarang berjumlah sekitar 12.000 personil. Ia lalu bergerak menyerang pada malam hari, dan berhasil menaklukkan Mesir yang kala itu dikuasai oleh Cyrus. Atas kekalahan ini, Cyrus akhirnya menyerahkan kedaulatan Mesir kepada Khalifah Umar bin Khattab. Namun tidak demikian dengan Kaisar Heraclitus, dia sangat marah dan menolak persyaratan yang diajukan. Mendapat tanggapan seperti ini, Amr bin Ash tidak punya pilihan lain, selain bergerak untuk menghancurkan Alexanderia.

Sebenarnya, Alexanderia adalah kota pertahanan yang kuat. Posisinya yang terletak di tepi pantai laut Mediterania, menjadikannya mudah untuk mendapat tambahan suplai baik logistik maupun pasukan. Hanya pada saat bersiap untuk menghadapi pasukan Amr bin Ash, Heraclitus wafat. Kematiannya telah menggangu moral pasukannya sedemikian rupa. Dan bala bantuan yang semestinya datangpun tidak menepati janjinya. Sehingga jadilah Alexanderi harus mengalami pengepungan selama enam bulan, seraya menunggu takdirnya. Setelah berlangsung selama enam bulan, akhirnya Alexanderia pun jatuh ke dalam kekuasaan kaum Muslimin. Dan sejak itu, praktis tidak ada lagi kekuatan yang cukup kuat untuk menahan ekspansi pasukan Muslim ke seluruh daratan Afrika Utara. (AL)

Bersambung…

Invasi Bangsa Arab ke Afrika Utara 639 M (2)

Catatan: Artikel ini merupakan adaptasi dan terjemahan dari buku: Eamon Gearon, Turning Points in Middle Eastern History, (Virginia: The Great Courses, 2016), chapter 3, Halaman 20-22. Adapun informasi lain yang didapat dari luar buku tersebut dicantumkan dalam catatan kaki.

 

Catatan kaki:

[1] Lihat, Nadirsyah Hosen, “Jika Islam itu Cinta Damai, Mengapa Rasul Berperang?”, http://nadirhosen.net/tsaqofah/aqidah/66-jika-islam-itu-cinta-damai-mengapa-rasul-berperang, diakses 17 Desember 2017

 

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*