Islam dan Anasir-Anasir Sosialisme (2)

in Studi Islam

Persaudaraan

Persaudaraan dan rasa cinta di antara umat Islam seperti rasa cinta di antara saudara yang sebenar-benarnya. Di dalam Al-Quran terdapat firman Tuhan yang menyatakan, bahwa Tuhan sendiri menaruh kecintaan dan rasa persaudaraan di dalam hatinya tiap-tiap orang Islam untuk mencinta dan merasa bersaudara kepada sesama saudara Islam.

“Dan Tuhan menaruh di dalam hati mereka itu. Meskipun kamu (Muhammad) telah memberikan segala apa yang ada di dalam dunia, tiadalah kamu akan menjadikan kecintaan di dalam hati mereka. Tetapi Tuhan telah menjadikan kecintaan diantara mereka itu”, begitulah firman Tuhan di dalam Quran”.

Beberapa ayat Al-Quran pun menegaskan:

“peganglah tali Tuhan yang mempersatukan semuanya, janganlah bercerai-berai, dan ingatlah akan kemurahan Tuhan kepada kamu, ketika Tuhan menaruh kecintaan di dalam hatimu pada saat kamu bermusuhan satu sama lain, dan sekarang kamu menjadi saudara karena karunia Tuhan”.

Sabda Nabi tentang persaudaraan:

“Orang-orang Islam adalah saudara di dalam agama dan tidak boleh tindak menindas satu sama lain, juga tidak boleh melalaikan tolong menolong satu sama lain, juga tidak boleh hina menghina satu sama lain”.

“Barang siapa tidak mencinta kepada makhluk Tuhan dan kepada anak-anaknya sendiri, Tuhan tidak akan mencintai dia”.

“Tidak seorang mempunyai kepercayaan yang sempurna, sebelum ia mengharapkan bagi saudaranya barang apa yang dia mengharap bagi dirinya sendiri”.

Cita-cita persaudaraan yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW begitu luas, sehingga Nabi telah meminta kepada orang-orang yang mengikuti dia, hendaklah mereka memperlakukan orang lain sebagai saudaranya sendiri.

Kekuatan perasaan bersama-sama dan persaudaraan dalam Islam yang begitu besar, sehingga Fariduddin Attar, seorang sufi besar, pada suatu waktu membuat satu pengharapan: “mudah-mudahan kesusahan sekalian orang ditaruhkan di dalam hatiku, agar supaya sekalian mereka itu terhindar dari kesusahannya”.

M.A. Hamid Snow pernah berkata:

“Satu wanita Islam yang nyata, ialah satu pelajaran yang menyatakan halnya persaudaraan dan persamaan. Pada pintunya Islam, segala apa saja akan terhindar dari pada bau-bau yang menunjukan kelasa atau kecongkakan dalam pergaulan hidup bersama. Di dalam bentuk-bentuk lahir yang dingin, keras dan bersifat mengejar keperluan sendiri, pada lain-laini agama ada seribu macam perbedaan, tetapi di dalam Islam, baik di dalam teori maupun dalam praktik, orang yang amat miskin, orang yang amat hina, asal pantas perilakunya, mempunyai hak-hak yang sama di dalam pergaulan hidup bersama dan boleh duduk berdampingan dengan tuannya.

Sedikit berlebihan mata uang di dalam saku, sedikit berlebihan kepandaian akal, sedikit berlebihan putih warna kulit, kelahiran yang membawa untungan atau keuntungan nasib di dalam penghidupan atau pun pangkat yang lebih tinggi sedikit dalam tangga pergaulan hidup bersama, berguna di dalam kaum-kaum agama yang lain akan menimbulkan perasaan beda kasta atau perasaan yang tidak baik dan tidak benar, sedangkann kita semua sama-sama makhluk dan bersamaan pula dihadapan Allah, sebab semuanya berasal dari satu pokok beragama belaka.

Sungguhpun ‘ulama Kristen’ mempelajari hal ini dari mimbarnya, tetapi apa-apa yang terdapat saban hari menunjukan, bahwa barang apa yang dipelajari itu tidak dijalankan dalam praktek, kekuatan suci yang ada pada teriakan dan kepujian persaudaraan yang diajarkan oleh Quran, menyababkan Islam menjadi satu keperluan yang akan menimbulkan keselamatan, kesenangan dan kenikmatan.

Islam tidak mengajarkan kepercayaan-kepercayaan hak yang baru, tidak mempunyai gouvernement yang dikuasai oleh gereja atau kekuasaan priester; Islam memberi buku aturan kepada rakyat satu pokok pengaturan pemerintahan kepada kerajaan, sifatnya tidak meninggikan derajat satu bangsa lebih tinggi dari pada bangsa yang lainnya, tidak bersifat menyendiri-sendirian dan tidak bersifat mengejar keperluan sendiri, dan Islam menguatkan serta mengesahkan sabda-sabda Tuhan yang telah dinyatakan lebih dahulu, memerintahkan sabda-sabda ini akan dipercayanya.

Apabila segala orang yang terpelajar dan berilmu di dalam dunia berkumpul bersama-sama buat membangunkan satu agama yang sesuai dengan perasaan bersama, ilmu thabib dan perasaan yang mulia, maka jadi dibangunkan, agama itu jadi niscayalah dalam tiap titik sama rupanya dengan agama Islam adanya”.

Dengan sebenar-benarnya persaudaraan di dalam Islam adalah sesempurna-sempurnanya persaudaraan, baik di dunia maupun persaudaraan di akhirat. (SI)

Selesai.

Sebelumnya:

Islam dan Anasir-Anasir Sosialisme (1)

Sumber:

HOS. Tjokroaminoto, Islam dan Sosialisme, Sega Arsy, Bandung, 2008.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*