Karen Armstrong (1): Mantan Biarawati yang Menjadi Theologis

in Orientalis

Last updated on December 3rd, 2017 05:24 pm

Karen Armstrong adalah seorang mantan biarawati, dia kehilangan kepercayaannya saat belajar di Oxford dan kemudian menghabiskan waktu bertahun-tahun mencoba membangun karir alternatif sebagai akademisi dan presenter televisi. Pada saat itu dia dipandang sebagai seorang profesional kontroversial, karena telah mengutuk gereja Katolik.

Bagi orang Inggris, Armstrong mungkin masih dikenal karena memoar pertamanya yang kontroversial, Through the Narrow Gate (1981), buku itu bercerita tentang tujuh tahun kehidupan Armstrong sebagai seorang biarawati di tahun 1960an, dan kisah perlawanannya terhadap gereja Katolik. Tapi beberapa tahun belakangan dia pun menceritakan bahwa kehidupan di dunia luar merupakan “pengalaman yang kurang lebih sama” seperti ketika dia menjadi biarawati. Kehidupan di luar biara terasa sulit dan kadang traumatis baginya.

Karen Armstrong ketika sedang berkunjung ke Toronto, Ontario, 19 November 2014. (Photo: Aaron Harris/Toronto Star)

Dia menggambarkan dirinya sebagai “orang gagal” dalam serangkaian upaya meniti karir –akademisi, guru sekolah, dan presenter televisi—sebelum akhirnya dia memutuskan untuk menjadi penulis tentang agama pada akhir 1980-an. Menjadi seorang penulis membuat dirinya merasa damai, hidup dalam kesendirian dalam dunia literatur. Hingga pada akhirnya ada sebuah peristiwa besar di dunia yang “memaksa” dia untuk berangkat keluar dari keterasingannya.

“Segera setelah (serangan gedung kembar WTC) 11 September saya menyadari bahwa saya tidak dapat mengisolasi diri dari masalah dunia,” seru Armstrong. “Orang-orang Amerika pergi secara massal ke toko-toko buku dan membeli segalanya tentang Islam pada rak-rak buku. Dan mereka berkumpul dalam jumlah besar untuk mendengarkan orang-orang seperti saya mengatakan hal-hal yang sangat menyedihkan tentang kebijakan luar negeri Amerika. Mereka bingung dan marah, tetapi mereka seperti (anak burung dengan) paruh kecil(nya yang) terbuka yang haus akan informasi.”

Armstrong pertama kali menulis tentang Islam saat dia menerbitkan Muhammad, A Biography of the Prophet, pada tahun 1991. Dia melanjutkannya dengan History of God (1993), Jerusalem: One City, Three Faiths (1996) dan studinya tentang fundamentalisme, The Battle for God (2000). Pada tahun 2000, Armstrong menerbitkan buku yang berjudul Islam: A Short History, buku itu menjadi buku yang paling dicari oleh warga Amerika Serikat setelah kejadian 11 September. Orang-orang Amerika berusaha memahami kejadian 11 September yang mengatasnamakan agama melalui buku tersebut. Di dalam buku tersebut memang terdapat sesi khusus pembahasan mengenai fundamentalisme dalam Islam. Armstrong tidak bisa mengatakan bahwa dia telah meramalkan serangan 11 September 2001, yang mana terjadi setelah buku tersebut diterbitkan.

Salah satu buku Karen Armstrong yang berjudul Islam: A Short History, terbit tahun 2000. Buku ini menjadi buku yang paling dicari di Amerika Serikat setelah penyerangan gedung WTC pada 11 September 2001.

“Itu (serangan 11 September) adalah kejahatan (tingkat) jenius yang tidak dapat dibayangkan,” kata Arsmtrong. Namun di sisi lain dia juga mengatakan, “dalam pengerjaan (buku) Islam dan Jerusalem, di dalam alam bawah sadar (saya) merasa sesuatu sedang dipersiapkan untuk kejadian seperti itu (serangan 11 September). Terkadang saya tenggelam dalam kekhawatiran setiap kali saya mendengar orang-orang yang menentang Islam yang mana (sebenarnya) tidak tahu apa-apa tentang itu. Itu (pertentangan terhadap Islam) sama cacatnya dengan sistem manusia manapun, tapi juga memiliki kejeniusan tersendiri, dan apa yang orang katakan tentang hal ini (Islam) tidaklah akurat. Setelah kejadian yang menimpa orang-orang Yahudi (Holocaust pada perang dunia II), kita tidak dapat mengizinkan lagi distorsi dan prasangka sesuka hati semacam ini. Itu tidak benar.”

Armstrong mengatakan bahwa orang-orang Islam lah, baik di Inggris maupun di Amerika, yang pertama secara serius menganggap dirinya seorang pemikir dan theologis ketimbang menganggapnya sebagai “mantan biarawati yang menulis buku-buku provokatif”.

Feisal Abdul Rauf adalah imam masjid Masjid al-Farah di New York City, yang berjarak hanya 12 blok dari situs World Trade Center. Sejak tahun 2001 dia telah menjadi pembicara bersama dengan Armstrong di beberapa forum. “Dia sangat populer di komunitas Muslim karena dia memiliki kemampuan untuk menghubungkan sudut pandang Muslim dengan khalayak barat,” katanya. “Salah satu hal yang kita butuhkan di dunia yang lebih global adalah orang-orang yang bisa menjadi jembatan di antara berbagai sudut pandang. Meskipun Anda tidak harus setuju dengan Islam, saya pikir penting bagi orang untuk memahaminya. Karen Armstrong telah memainkan peran penting dalam hal itu.”

Feisal Abdul Rauf, Imam Masjid al-Farah di New York. (AP Photo: Craig Ruttle)

Armstrong merasa putus asa terhadap bahasa yang digunakan oleh beberapa orang Kristen konservatif setelah peristiwa 9/11. Armstrong mengatakan, “beberapa tanggapan mereka sangat buruk, di dalam Bible-Belt[1] ada pengkhotbah yang berkhotbah kepada 5.000 orang yang mengatakan bahwa Islam adalah agama yang kejam. Jerry Falwell akhirnya harus mencabut kembali pernyataannya bahwa Muhammad adalah seorang teroris. Tetapi kata-kata itu masih ada di sana (terlanjur tersebar luas).” Pada tingkat yang lebih pribadi, dan berpotensi lebih berbahaya, dia bahkan salah mengartikan sebuah wawancara pada sebuah surat kabar Arab, yang dia anggap mendukung pelaku bom bunuh diri.

Abdul Rauf memahami resiko yang dimiliki Armstrong. “Karena dia (Armstrong) telah menunjukkan bahwa di abad-abad yang lalu, barat telah berkontribusi pada beberapa kehancuran di dunia Muslim, dia mendapat beberapa kritik yang sangat tidak adil dari beberapa kalangan,” katanya. “Tapi dia akurat dan dia (juga) jujur dan bagaimanapun banyak orang terluka, mereka berterimakasih atas penjelasan yang jujur tersebut. Mereka berterimakasih bisa memahami sudut pandang orang lain.” (PH)

Bersambung ke:

Karen Armstrong (2): Dianggap Pengkhianat Katolik, diterima di Amerika Serikat

Catatan:

Artikel ini merupakan adaptasi dan terjemahan bebas dari artikel: Nicholas Wroe, “Among the believers”, dari laman https://www.theguardian.com/books/2004/apr/10/society.philosophy, diakses 26 Oktober 2017. Adapun informasi lain yang didapat selain dari artikel tersebut dicantumkan dalam catatan kaki.

Catatan Kaki:

[1] Area di daerah Amerika Serikat bagian Selatan, yang mana mayoritas penduduknya penganut Evangelis Protestan Konservatif, lihat: https://en.wikipedia.org/wiki/Bible_Belt, diakses 26 Oktober 2017.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*