Kaum Quraisy (10): Abrahah dan Percaturan Politik Dunia (1)

in Studi Islam

Last updated on May 12th, 2019 07:49 am

Abrahah Al-Ashram Abu Yaksum adalah gubernur Kekaisaran Ethiopia (Abyssinia) yang tunduk pada Bizantium. Dia memiliki tentara yang sangat kuat dengan pasukan gajah sebagai andalannya. Pasukan ini berhasil mereguk kemenangan besar dengan menaklukkan kerajaan Saba (Yaman) yang ketika itu sedang dalam pengaruh kekuatan politik Persia.

Gambar ilustrasi. Sumber:dream.co.id

Selain adanya ancaman dari dalam, pertumbuhan pesat Kota Makkah sebagai pusat bisnis, ekonomi dan spiritual paling masyhur di muka bumi, ternyata memancing juga kecemburuan dari negara-negara di sekitar mereka. Salah satu sosok yang paling merasa terusik dengan tingkat kemajuan Kota Makkah ini adalah Abrahah Al-Ashram Abu Yaksum, seorang penguasa Yaman. [1] Kehadirannya di panggung sejarah dunia terbilang cukup dramatis, dan bisa menjadi titik simpul yang menjelaskan skema persaingan global yang terjadi masa itu.

Alkisah, beberapa puluh tahun sebelum kenabian Muhammad Saw, Kekaisaran Yaman yang terletak di selatan Hijaz, mengalami turbulensi politik yang luar biasa. Ketika itu, Yaman sedang berada di bahwa pengaruh Persia. Menurut Tabari, penguasa Persia ketika itu bernama Kisra Anusharwan. Dia adalah salah satu kisra terbesar dalam sejarah kekaisaran Persia.[2]

Di era pemerintahannya, Kisra Anusharwan berhasil mengalahkan Romawi, sekaligus menegakan supremasi bangsa Persia sebagai satu-satunya adidaya di muka bumi. Hampir seluruh wilayah kekuasaan Romawi berhasil ditundukkannya, seperti wilayah Asia Kecil (Antiokhia), Yunani (Alexanderia), hingga seluruh kawasan Laut Mediterania. Dia berkuasa selama 48 tahun, dan selama itu yang dia dapatkan hanya kemenangan demi kemenangan.[3]

Angkatan bersenjata Persia di bawah kekuasaannya, tidak hanya berhasil menaklukkan Romawi, tapi juga wilayah Asia Tengah, India, Yaman, dan Mesir di Afrika. Dikatakan juga oleh Tabari, bahwa delegasi dari berbagai bangsa dunia berdatangan ke Persia untuk menyatakan tunduk, mulai dari delegasi Turki, China, dan Kazhar.  Kelak, di saat-saat akhir kekuasaannya inilah Rasulullah Saw lahir ke muka bumi. [4] Tapi sebelum itu, banyak hal yang juga berlangsung di berbagai belahan dunia.

Kerajaan Yaman

Kerajaan Yaman, meski berada di bawah pengaruh Persia, tapi tetap memiliki otonomi sendiri. Yaman ketika itu dipimpin oleh rajanya yang bernama Zurah Dzu Nuwas bin Tuban Asad yang beragama Yahudi. Sebelumnya, Dzu Nuwas berhasil naik ke puncak kekuasaan dengan membunuh penguasa terdahulu yang bernama Lakhniah Yanofa Dzu Syanatir.[5]

Setelah beberapa tahun memerintah Yaman, Dzu Nuwas dikejutkan oleh fenomena meluasnya pengaruh agama Nasrani di wilayah kekuasaannya. Dalam waktu cepat, masyarakat berbondong-bondong pindah dari agama pagan dan Yahudi, beralih memeluk agama Nasrani. Melihat fenomena ini Dzu Nuwas berang. Dia merasa agama yang dianutnya terancam. Akhirnya dia memberlakukan semacam kebijakan inkuisisi kepada umat Nasrani di wilayah kekuasaannya. Dimana mereka disodorkan dua pilihan, pindah agama menjadi pemeluk Yahudi, atau dibunuh dengan cara dibakar.

Ternyata, banyak di antara mereka yang lebih memilih mati ketimbang harus pindah keyakinan. Maka Dzu Nuwas pun langsung melaksanakan janjinya. Dia kemudian menggali parit untuk mereka, dan membakar sebagian dari mereka dan membunuh sebagian yang lain dengan cara dicincang menggunakan pedang. Menurut Ibn Hisyam, jumlah orang-orang Nasrani yang dia bunuh kira-kira dua puluh ribu jiwa.[6]

Akan tetapi, di antara mereka yang dibunuh, ternyata masih ada seorang yang hidup dan berhasil menyelamatkan diri. Namanya adalah Daus Dzu Tsalabah. Menurut Ibnu Ishaq, Daus kemudian berlari ke Bizantium, pusat kekaisaran Kristen kala itu, dan mengadukan semua hal yang terjadi di Yaman. Mendengar pengaduan Daus, Kaisar Romawi berkata, “Sayang negerimu jauh dari kami, namun aku akan menulis surat kepada raja Habasyah karena dia seagama denganmu, dan dia sangat dekat dengan negerimu.” Kemudian kaisar menulis surat kepada Raja Habasyah. Dalam suratnya, Kaisar Romawi menyuruh Raja Habasyah memberi bantuan kepada Daus dan mengambil tindakan atas perlakuan Dzu Nuwas.[7] (AL)

Bersambung…

Sebelumnya:

Catatan kaki:


[1] Lihat, The History of al-Tabari (Tarikh al-rusul wal-mulk) VOLUME V, The Sasanids, the Byzantines, the Lakhmids, and Yemen, translated and annotated by C. E. Bosworth, (University of Manchester: State University of New York Press, 1999), hal. 266

[2] Ibid

[3] Ibid, hal. 154-157

[4] Ibid, hal.  158-160

[5] Menurut Ibnu Hisyam, Lakhniah adalah orang bejat yang gemar melakukan hubungan homoseksual seperti kaum Nabi Luth. Ia seringkali mendatangi remaja-remaja istana, kemudian melakukan hubungan homoseksual dengan mereka di ruang tamu khusus, agar remaja-remaja istana tersebut tidak bisa diangkat menjadi raja sesudah itu. Disamping itu, dia juga suka membunuh para aparaturnya, serta membunuh anak-anaknya dan mengusir istri-istri mereka. Satu waktu, Lakhniah tertarik pada Dzu Nuwas yang digambarkan Ibnu Hisyam berwajah tampan, berpostur tubuh atietis, dan cerdas. Melihat ketertarikan Lakhniah padanya, Dzu Nuwas langsung menyiapkan diri. Dan ketika mereka hanya tinggal berdua, Dzu Nuwas berhasil menikam Lakhniah dan membunuhnya. Setelah tewasnya Lakhniah, ternyata masyarakat gembira, dan langsung menobatkan Dzu Nuwas sebagai raja mereka. Lihat, Sirah Nabawiyah Ibnu Hisyam, Jilid I, (Beirut: Danjl Fikr, 1994), hal. 31

[6] Tentang Dzu Nuwas dan pasukannya, Allah SWT menurunkan ayat-Nya kepada Rasul-Nya, “Binasa dan terlaknatlah orang-orang yang membuat parit. Yang berapi (dinyalakan dengan) kayu bakar. Ketika mereka duduk di sekitarnya. Sedang mereka menyaksikan apa yang mereka perbuat terhadap or¬ang-orang yang beriman. Dan mereka tidak menyiksa orang-orang Mukmin tersebut melainkan karena orang-orang Mukmin tersebut beriman kepada Allah Yang Mahaperkasa lag/ Maha Terpuji. “‘(Qs. Al-Buruj: 4-8). Lihat, Ibid, hal. 35-36

[7] Ibid, hal. 37

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*