Kaum Quraisy (16): Makkah Sebagai Ummul Qura (1)

in Studi Islam

Last updated on May 19th, 2019 07:52 am

Salah satu nama Kota Makkah dalam Alquran adalah Ummul Qura atau
induk/ibukota desa-desa. Penggunaan istilah ini oleh Alquran menjelaskan secara gamblang, bahwa kedudukan Kota Makkah ketika masa Rasulullah Saw adalah salah satu metropolitan paling masyhur di dunia. Ke tempat inilah mata para raja, kaisar dan kisrah tertuju.

Gambar ilustrasi. Sumber: egrafis.com

Sebagaimana sudah sedikit kita ulas pada edisi sebelumnya, bahwa di tahun yang sama dengan waktu Abrahah menyerang Kabah, lahirlah cucu Abdul Muthalib yang bernama Muhammad bin Abdullah. Ketika itu Muhammad lahir dalam keadaan yatim, karena ditinggal mati oleh ayahnya ketika dia masih berada dalam kandungan. Abdullah sendiri adalah putra ke sepuluh Abdul Muthalib dari istrinya yang bernama Fatimah binti Amr. Dari Fatimah ini, Abdul Muthalib dikaruniai 8 orang anak, diantaranya; Abu Thalib; Zubair; Arwah; Atiqah; Ummu Hakim; Barrah; dan Umaimah.[1]

Tapi meskipun terlahir sebagai yatim, Muhammad tidak kekurangan kasih sayang. Dia begitu dicintai oleh ibu, kakek dan paman-pamannya. Pribadi Muhammad demikian memukau dan akhlaqnya begitu mulia. Penduduk Makkah demikian membanggakannya, bahkan memberikannya julukan Al-Amin, yang artinya sangat terpercaya. Tapi di usianya yang masih 6 tahun, Muhammad kehilangan ibunya, dan pada usia sekitar sepuluh tahun, dia pun kehilangan kakeknya, Abdul Muthalib.

Setelah wafatnya Abdul Muthalib, tampuk kepemimpinan Bani Hasyim diambil alih oleh putranya yang bernama Abu Thalib. Pada sosok ini pulalah Muhammad bin Abdullah diamanatkan untuk diasuh dan dibesarkan. Amanat ini secara khusus diberikan oleh Abdul Muthalib sebelum wafatnya. Ada pendapat yang mengatakan bahwa penunjukkan ini dikarenakan Muhammad adalah putra Abdullah yang merupakan satu ibu dengan Abu Thalib. Tapi yang pasti, sebagaimana sejarah membuktikan, kecintaan Abu Thalib pada kemenakannya ini memang sangat dalam. Bahkan Abu Thalib dan istrinya yang bernama Fatimah binti Asad lebih mendahulukan kepentingan Muhammad ketimbang putra-putrinya sendiri.

Setelah era kepemimpinan Abdul Muthalib, situasi yang dihadapin Abu Thalib bukan semakin mudah, malah semakin rumit dan kompleks. Karena yang sekarang dihadapinya adalah sebuah konstruksi sosial masyarakat yang jauh lebih kosmopolitan, lebih mapan dan lebih dinamis dari sebelumnya. Pada era ini, Kaum Quraisy sedang menapaki era keemasannya, dan Kota Makkah kini benar-benar memenuhi takdirnya sebagai “Ummul Qura”.

Secara harfiah, Ummul Qura artinya ibu dari semua kota. Istilah ini disebutkan sebanyak dua kali di dalam Alquran, yakni pada surah Al-Anam [6]: 92 dan surah Asy-Syuura [42]: 7, yang masing-masing artinya sebagai berikut:

”Dan, ini (Alquran) adalah kitab yang telah Kami turunkan dengan penuh berkah dan membenarkan kitab-kitab yang (diturunkan) sebelumnya agar engkau memberi peringatan kepada (penduduk) Ummul Qura (Makkah) dan orang-orang yang ada di sekitarnya. Orang-orang yang beriman kepada (kehidupan) akhirat tentu beriman kepadanya (Alquran) dan mereka selalu memelihara shalatnya.” (QS Al-An’am [6]: 92).

”Demikianlah Kami wahyukan kepadamu Alquran dalam bahasa Arab supaya kamu memberi peringatan kepada Ummul Qura (penduduk Makkah) dan penduduk (negeri-negeri) sekelilingnya serta memberi peringatan (pula) tentang hari berkumpul (kiamat) yang tidak ada keraguan padanya. Segolongan masuk surga dan segolongan masuk Jahannam.” (QS Asy-Syuura[42]: 7).

Hampir semua mufasir sepakat bahwa istilah Ummul Qura yang disebut dalam kedua ayat ini adalah Kota Makkah. Akar kata ummul di sini, sama dengan imam yang artinya pemimpin. Menurut Prof. Quraish Shihab dalam Tafsir Al-Misbah, “Boleh jadi juga Kota Makkah dinamai demikian karena arah yang dituju oleh masyarakat Arab, bahkan umat Islam hingga dewasa ini adalah ke kota tersebut, baik dalam shalat maupun haji. Ini seperti halnya anak yang selalu mengarah kepada ibunya. Mengarah dan berkunjung ke sana karena di sana terdapat Kabah yang menjadi pusat kegiatan.”[2]

Lebih jauh, Quraish Shibab menjelaskan, bahwa Makkah juga disebut Ummul Qura karena Allah SWT menjadikan Kabah sebagai “matsabatan linnas wa amna/tempat berkumpul bagi manusia dan tempat yang aman”, sama halnya dengan anak-anak yang berkumpul di sekeliling ibunya dan merasa aman berdekatan dengannya.[3]

Di dalam Alquran, Kota Makkah disebut dengan sejumlah nama, seperti Bakkah (Al-Imran [3]: 96); Al-Balad (Al-Balad [90]: 1-2); Al-balad al-Amin (Al-Tin [95]: 1-3 & Al-Baqarah [2]: 126); Al-Baldah (Al-Naml [27]: 91). Beragam bentuk sebutan yang Allah berikan pada Kota Makkah, tentu memiliki maksud masing-masing yang bersifat khusus. Demikian juga dengan Ummul Quro. Dari beberapa kemungkinan arti Ummul Quro yang sudah disebutkan di atas, kita bisa menduga bahwa istilah ini Allah gunakan secara khusus untuk menjelaskan kedudukan hakiki Kota Makkah dalam skema kehidupan manusia di muka bumi pada masa itu, bahkan mungkin hingga hari ini.

Penggunaan istilah ini oleh Alquran membuktikan secara gamblang bahwa Makkah ketika masa Rasulullah Saw, bukanlah sebuah desa kecil di gurun tandus yang terisolir dari hiruk pikuk kehidupan dunia. Sebaliknya, ia adalah salah satu pusat peradaban dunia. Inilah metropolitan paling penting di Jazirah Arab dan mungkin juga di muka bumi. Ke tempat inilah mata para raja, kaisar dan kisrah tertuju. Dan yang terpenting dari semuanya, ke sinilah semua kerinduan spiritual umat manusia terpaut, dan ke sini pula setiap langkah kaki manusia tertuju. (AL)

Bersambung..

Sebelumnya:

Catatan kaki:


[1] Lihat, Syed Ameer Ali, The Spirit of Islam, (Yogyakarta: Navila, 2008), hal.

[2] Lihat, M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Volume 4, (Jakarta: Penerbit Lentera Hati, 2005). hal. 196

[3] Lihat, M. Quraish Shihab, Tafsir Al-Misbah: Pesan, Kesan dan Keserasian Al-Qur’an, Volume 12, (Jakarta: Penerbit Lentera Hati, 2005). hal. 459 \

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*