Ketegangan Teori dan Praktik Jihad: Studi Komparatif Al-Qaedah dan Hizbullah (1)

in Studi Islam

Last updated on January 13th, 2022 09:00 am

Sejak peristiwa penyerangan WTC pada 11 September 2001, konsep dan praktik jihad model Al-Qaedah menjadi perdebatan dan diskusi yang luas di seantero dunia

Foro Ilustrasi. Sumber: islamlib.com

Dalam beberapa waktu terakhir, Densus 88 Antiteror telah melakukan penangkapan terhadap sejumlah orang yang diduga terafiliasi dengan jaringan Jamaah Islamiyah (JI) di sejumlah daerah di tanah air. Rangkaian penangkapan ini dimulai pada petengahan bulan Agustus 2021 yang berlangsung di Sumatera dan Jawa.[1] Dilanjutkan kemudian pada bulan September 2021 di Jakarta.[2] Lalu di sejumlah daerah di Jawa Timur pada awal November 2021.[3] Dan terakhir adalah penangkapan tiga orang terduga anggota JI di Bekasi Jawa Barat pada 16 November 2021. Mereka adalah Anung Al Hamat, Farid Okbah, dan Ahmad Zain An Najah.[4]

Berdasarkan pemberitaan di media, Ahmad Zain An Najah ternyata anggota Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI). Meski punya punya posisi mentereng di MUI, polisi menduga Ahmad Zain An Najah merupakan Dewan Syuro Jamaah Islamiyah dan Ketua Dewan Syariah LAZ BM Abdurrahma Bin Auf. [5] Farid Okbah selama ini dikenal sebagai ustadz dan Ketua Umum Partai Dakwah Rakyat Indonesia (PDRI).[6] Sedangkan Anung Al Hamat adalah dosen dan juga pengurus Perisai Nusantara Esa tahun 2017.[7]

Munculnya serangkaian penangkapan ini membuat sebagian pihak terbelalak. Bagaimana mungkin setelah hampir dua dekade Indonesia melakukan perang melawan terorisme, paham-paham kekerasan dengan mengatasnamakan agama seperti ini masih tetap eksis, bahkan bisa menyusup ke dalam Komisi Fatwa MUI yang merupakan penentu berbagai kebijakan Islam di Indonesia.

Tapi di sisi lain, fenomena yang terjadi di Indonesia sebenarnya tidak terlalu mengherankan. Di level global, paham-paham kekerasan dengan mengatasnamakan Islam seperti di atas tetap eksis. Setidaknya dalam dua dekade terakhir, gerakan-gerakan berideologi serupa telah mengharu-biru pelbagai negara di kawasan Timur Tengah dengan perpecahan dan perang saudara yang mengerikan.

Tak pelak lagi, fenomena tersebut mencuatkan kembali polemik ihwal konsep dan praktik jihad menurut Islam. Meski polemik ini telah ada sejak lama dalam khazanah pemikiran Islam, tapi serangkaian peristiwa yang terjadi dalam dua decade terakhir, atau pasca 11 September 2001 yang berpuncak dengan perang saudara di Irak dan Suriah (yang dipandang sebagai jihad oleh sebagian), mengantarkan topik ini dalam percapakan yang lebih luas dan lebih serius. 

Paham Jihad Kelompok-Kelompok Islam

Sebagai latarbelakang, mari kita kembali menoleh ke waktu 20 tahun yang lalu. Yaitu peristiwa serangan terhadap menara kembar WTC di Amerika Serikat pada 11 Septermber 2001 (9/11). Osama bin Laden, pucuk pimpinan dan ikon al-Qaedah yang menjadi organisasi induk dari berbagai gerakan Islam berbasis ideologi Salafi Wahabi, mengakui keterlibatannya dalam peristwa 9/11.

Dalam rekaman video yang ditayangkan sejumlah jaringan televisi internasional pada tanggal 27 Desember 2001, Osama bin Laden menyatakan bahwa, “Aksi teror atas Amerika layak disanjung karena ia merupakan respons terhadap ketidakadilan, bertujuan untuk memaksa Amerika menghentikan dukungannya atas Israel, yang membunuh umat kita.”[8]

Konsep dan praktik jihad model Al-Qaedah mendapatkan dukungan dari sejumlah tokoh gerakan Islam. Jihad untuk melawan kaum kafir di seluruh dunia merupakan tujuan yang disahkan oleh sejumlah ulama dengan kecenderungan ideologi Wahabi.

Salah satu tokoh yang ikut mendukung konsep dan praktik jihad Al-Qaedah adalah Abu Bakar Ba’asyir. Osama bin Laden disebutnya sebagai “pejuang” yang akan masuk surga karena “pengorbanan-pengorbanan besarnya” bagi Islam, kata Abu Bakar Ba’asyir beberapa saat setelah kematian Osama bin Laden. Ba’asyir kemudian menyatakan bahwa bin Laden adalah “mujahid besar.” Sekretaris Jenderal Front Pembela Islam (FPI), Ahmad Shobri Lubis, dalam tahlilan mengenang kematian Osama bin Laden di markas syariah FPI menganggap Osama telah mati syahid. (Yahoonews.com, 2011).

Di Indonesia, setahun setelah peristiwa WTC di atas, terjadi peristiwa bom bunuh diri pada malam hari tanggal 12 Oktober 2002 di kota kecamatan Kuta, pulau Bali, Indonesia. Peristiwa ini menelan 202 korban jiwa dan mencederi 209 yang lain, kebanyakan merupakan wisatawan asing. Setelah peristiwa bom bunuh diri di Bali 2002 itu, Indonesia terus mengalami berbagai bom bunuh diri lain, termasuk beberapa kali di Ibu kota Jakarta. Otak pelaku maupun para pelaku lapangan yang ikut tewas dalam peristiwa itu semuanya mengaku melaksanakan jihad di jalan Allah dalam memerangi orang-orang kafir.[9]

Namun demikian, di sisi lain, kita menyaksikan sejumlah ulama dan gerakan Islam lain yang menentang konsep dan praktik jihad model Al-Qaidah atau Jamaah Islamiyah ini. Syaikh Yusuf al-Qardhawi dan Muhammad Thanthawi mengutuk aksi-aksi tersebut.[10]

Pemimpin tertinggi Republik Islam Iran, Ali Khamenei, dan ulama Syiah Irak, Ali Al-Sistani, dari kalangan Syiah, juga sama-sama mengutuk aksi-aksi tersebut. Al-Sistani bahkan mengeluarkan fatwa yang memerintahkan seluruh Muslim untuk mematuhi hukum yang berlaku di tiap negara yang ditinggalinya.“Setiap Muslim dan Muslimah harus bertindak demi kepentingan tertinggi negara tempat tinggalnya dan menjaganya dari segala aksi yang membahayakan.”[11]

Yang lebih menarik, menurut catatan Amal Saad- Ghorayeb (2002), dalam hampir semua peristiwa di atas maupun peristiwa-peristiwa serupa yang terjadi pada sasaran-sasaran sipil, Hizbullah Lebanon, sebuah gerakan Islam yang sering dituding sebagai teroris oleh Amerika Serikat, sejumlah pemerintah dan media massa Barat, justru selalu memberikan pernyataan kutukan.(MK)

Bersambung…

Catatan kaki:


[1] Lihat, BNPT Uangkap Penangkapan di Jawa-Sumatera Terkait Pengumpulan Dana Terorisme, https://news.detik.com/berita-jawa-tengah/d-5688275/bnpt-ungkap-penangkapan-di-jawa-sumatera-terkait-pengumpulan-dana-terorisme?_ga=2.120984203.2016227458.1637283642-1052331680.1567652845, diakses 19 November 2021

[2] Lihat, Samurai-Buku Jihad Ditemukan di Rumah Tersangka Teroris di Grogol, https://news.detik.com/berita/d-5718252/samurai-buku-jihad-ditemukan-di-rumah-tersangka-teroris-di-grogol-jakbar?_ga=2.27778879.2016227458.1637283642-1052331680.1567652845, diakses 19 November 2021

[3] Lihat, Penangkapan Teroris di Jatim Total Ada 5 Tersangka,  https://news.detik.com/berita/d-5804081/penangkapan-teroris-di-jatim-total-ada-5-tersangka?_ga=2.132520845.2016227458.1637283642-1052331680.1567652845, diakses 19 November 2021

[4] Lihat, HEADLINE: Penangkapan Terduga Teroris Ahmad Zain Najah, Internal MUI Kecolongan?, https://www.liputan6.com/news/read/4714614/headline-penangkapan-terduga-teroris-ahmad-zain-najah-internal-mui-kecolongan, diakses 19 November 2021

[5] Ibid

[6] https://nasional.okezone.com/read/2021/11/17/337/2503277/5-fakta-ustadz-farid-okbah-ditangkap-densus-88-kiprah-di-afghanistan-terungkap, diakses 19 November 2021

[7] Perisai Nusantara Esa adalah suatu badan yang dibuat untuk melakukan perbantuan hukum terhadap kelompok teroris JI yang tertangkap oleh Densus 88. Salah satu pendiri Badan ini Anung Al Hamat yang saat ini sudah di tangkap oleh Densus 88. Lihat,  Polri Ungkap JI Punya ‘Perisai’ untuk Bantuan Hukum Anggotanya yang Tertangkap, https://news.detik.com/berita/d-5815703/polri-ungkap-ji-punya-perisai-untuk-bantuan-hukum-anggotanya-yang-tertangkap, diakses 19 November 2021

[8] Situs CBC, http://www.cbc.ca/news/world/story/2004/10/29/binladen_message041029.html

[9] Kompas, Sekjen FPI Anggap Osama Mati Syahid http://nasional.kompas.com/read/2011/05/05/01355565/, diakses Juni 2011

[10] Fatwa-fatwa yang menentang ekstremisme. http://theamericanmuslim.org/tam.php/features/articles/muslim_voices_against_extremism_and_terrorism_part_i_fatwas/0012209,

[11] Ibid

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*