Ketegangan antara Teori dan Praktik Jihad: Studi Komparatif Al-Qaedah dan Hizbullah (3)

in Studi Islam

“Kata Jihad, dengan berbagai derivasinya, disebut sebanyak 41 kali dalam Al Quran yang semuanya berkonotasi “peperangan”. Perang di sini, memiliki medan makna yang sangat luas. Mencakup dimensi lahir dan batin, bersifat sosial dan personal. Bahkan, bila merujuk pada salah satu hadis Rasulullah Saw, dari semua jenis dan medan peperangan yang dimaksud, jihad terbesar justru yang terjadi di dalam diri setiap insan, atau jihad al-nafs.”

Sumber gambar: https://www.fatihsyuhud.net/

Beragam Pandangan tentang Konsep Jihad

Secara etimologi kata jihad merupakan bentuk rubai’ dari fi’il mazid جاهد, Adapun huruf alif adalah tambahan yang memberi makna berpartisipasi (musyarakah) dan berlebihan atau bersungguh-sungguh (mubalaghah) sehingga fi’il mujarrad-nya adalah juhdu dan jahdu yang berarti kekuatan (الطاقة) dan upaya (الوسع). Pengertian dari asal kata dasar jihad, yaitu kata jahdun (جهد) yang mempunyai beberapa pengertian. Di antaranya tujuan, beban, rasa lelah, lemah, dan sakit. Adapun dari kata juhdun (جهد) mengandung makna usaha dan upaya.[1]

Lebih jauh, jika ditelusuri kata jahada (جهد) dalam kamus-kamus bahasa arab maka akan ditemukan pengertiannya lebih dari 20 makna. Dan diantara makna yang ada kolerasinya dengan kata jihad adalah beban (المشقة), kekuatan (الطاقة), upaya (الوسع) perang (القتال), sungguh-sungguh (المبالغة), dan capek (التعب).

Dikutip dari situs MUI, bahwa “kata jihad terambil dari kata jahd yang berarti “letih/sukar”. Jihad memang sulit dan menyebabkan keletihan. Ada juga yang berpendapat bahwa jihad berasal dari akar kata “juhd” yang berarti “kemampuan”. Ini karena jihad menuntut kemampuan, dan harus dilakukan sebesar kemampuan.  Dari kata yang sama tersusun ucapan “jahida bir-rajul” yang artinya “seseorang sedang mengalami ujian”. Terlihat bahwa kata ini mengandung makna ujian dan cobaan, hal yang wajar karena jihad memang merupakan ujian dan cobaan bagi kualitas seseorang.”[2]

Sejumlah makna jihad di atas, sesuai dengan Firman Allah SWT di dalam Alquran;

Apakah kamu menduga akan dapat masuk surga padahal belum nyata bagi Allah orang yang berjihad di antara kamu dan (belum nyata) orang-orang yang sabar (QS AliImran (3): 142).

Dalam surat Al-Baqarah ayat 214, Allah SWT berfirman:

Apakah kamu menduga akan dapat masuk surga padahal belum datang kepadamu cobaan sebagaimana halnya (yang dialami) oleh orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa malapetaka dan kesengsaraan, serta diguncang aneka cobaan sehingga berkata Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya. “Bilakah datangnya pertolongan Allah?”, ingatlah pertolongan Allah amat dekat. (QS Al-Baqarah (2): 214).

Dan sungguh pasti kami akan memberi cobaan kepada kamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang bersabar” (QS Al-Baqarah (2):155).

Menurut Ibnu Faris, seorang ulama yang dikenal ahli dalam Bahasa Arab, dalam bukunya Mu’jam Al-Maqayis fi Al-Lughah, “Semua kata yang terdiri   dari huruf j-h-d, pada awalnya mengandung arti kesulitan atau kesukaran dan yang mirip dengannya.”[3]

Berikut ini beberapa ayat yang menjelaskan makna jihad. Firman Allah dalam surat At-taubah ayat 41: Berangkatlah kamu baik dalam Keadaan merasa ringan maupun berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan Allah. yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.

Dalam surat Al-Hajj ayat 78, Allah berfirman: “Dan berjihadlah kamu pada jalan Allah dengan Jihad yang sebenar- benarnya. Dia telah memilih kamu dan Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu kesempitan. (Ikutilah) agama orang tuamu Ibrahim. Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang Muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Quran) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia, Maka dirikanlah sembahyang, tunaikanlah zakat dan berpeganglah kamu pada tali Allah. Dia adalah Pelindungmu, Maka Dialah Sebaik-baik pelindung dan sebaik- baik penolong.

Lalu dalam surat al-Insyiqaq ayat 6, Allah berfirman:“Hai manusia, Sesungguhnya kamu telah bekerja dengan sungguh- sungguh menuju Tuhanmu, Maka pasti kamu akan menemui-Nya.

Bagaimanapun, Al-Qur’an tidak pernah membatasi makna dan cakupan jihad pada satu dimensi semata-mata, melainkan selalu membuka seluruh dimensi dalam berjihad. Adapun Jihad dalam arti berperang di jalan Allah diungkapkan secara khusus dengan istilah qital.[4]

Menurut Syeik Yusuf Al-Qardhawi, ada jarak perbedaan yang jelas antara konsep jihad dengan qital. Karena perintah jihad secara umum turun di Mekkah, ketika kaum muslimin masih sedikit dan dalam kondisi lemah untuk bisa melangsungkan qital. Ketika itu, yang dilakukan oleh kaum muslimin adalah berdakwah atau menyampaikan kebenaran dengan cara persuasi.[5] Dengan demikan, qital hanyalah satu dimensi kecil dari keseluruhan konsep jihad.

Dalam salah satu artikel di situs resmi Masjelis Ulama Indonesia diuraikan bahwa Jihad merupakan kata serapan dari bahasa Arab, memiliki arti “mengerahkan segenap potensi diri untuk melakukan sesuatu”. Kata ini dengan berbagai derivasinya, disebut sebanyak 41 kali dalam Al Quran yang semuanya berkonotasi “peperangan”. [6]

Perang di sini, memiliki medan makna yang sangat luas. Mencakup dimensi lahir dan batin, bersifat sosial dan personal. Bahkan, bila merujuk pada salah satu hadis Rasulullah Saw, dari semua jenis dan medan peperangan yang dimaksud, jihad terbesar justru yang terjadi di dalam diri setiap insan, atau jihad al-nafs.

Dalam sebuah hadis yang sangat terkenal disebutkan bahwa suatu ketika Rasul Saw. melihat pasukan kembali dari sebuah peperangan. Kemudian beliau bersabda, “Selamat datang, wahai orang-orang yang telah melaksanakan jihad kecil dan masih tersisa bagi mereka jihad akbar.” Ketika orang-orang bertanya tentang makna jihad akbar itu, Rasul Saw. menjawab, “Jihad melawan diri sendiri (jihâd al-nafs).”

Berpijak pada hadis ini, literatur spiritual Islam membahas jihâd al-nafs (jihad di dalam diri) sebagai dimensi spiritual dan moral dari jihad yang lebih besar daripada dimensi fisik dan militernya. (AL)

Bersambung…

Sebelumnya:

Catatan kaki:


[1] Lihat, Meor Hizwani Bin Miyor Mokhtar, Jihad Dalam Pandangan Yusuf Qardhawi, Skripsi Fakultas Dakwah UIN Ar-Raniry Darussalam Banda Aceh, 2018, hal. 10-11

[2] Apakah Sebenarnya Makna Jihad?, https://mui.or.id/tanya-jawab-keislaman/28375/apakah-sebenarnya-makna-jihad/, diakses 19 November 2021

[3] Ibid

[4] Ibid

[5] Lihat, Tashid Al-Ghannoushi, What is New about Al-Qaradawi’s Fiqh of Jihad?, https://fdocuments.in/document/what-is-new-about-al-qaradawis-fiqh-of-jihad-by-rashid-is-new-about-al-qaradawis.html, diakses 20 Desember 2021

[6] Apakah Sebenarnya Makna Jihad?, Op Cit

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*