“Di antara para malaikat itu, adalah mereka yang diciptakan dari api samuum (angin yang panas, kering, dan dipenuhi debu di padang pasir). Namanya adalah al-Harith. Dia adalah salah satu penjaga surga. Semua malaikat kecuali suku ini (jin) diciptakan dari cahaya.”
–O–
Menurut Ibnu Jurayj,[1] ketika mengomentari al-Quran Surat Al-Anbiya Ayat 29 yang berbunyi:
“Dan barangsiapa di antara mereka, mengatakan: ‘Sesungguhnya aku adalah tuhan selain daripada Allah’, maka orang itu Kami beri balasan dengan Jahannam, demikian Kami memberikan pembalasan kepada orang-orang zalim.”
Ibnu Jurayj mengatakan bahwa siapapun di antara mereka (para malaikat) yang mengatakan, “Aku adalah tuhan selain Dia,” maka dia sedang menyerukan untuk menyembah dirinya sendiri, dan hanya Iblis yang mengatakan hal tersebut. Dengan demikian, ayat ini diturunkan dengan mengacu kepada perilaku Iblis.
Senada dengan Ibnu Jurayj, terkait ayat di atas, Qatadah berkata, “Ayat ini (diturunkan) khusus untuk Iblis, musuh Allah, ketika dia mengatakan apa yang dia katakan, semoga Allah mengutuknya dan membuatnya dirajam!”
Peristiwa yang terjadi ketika Iblis masih berkuasa
Salah satu peristiwa yang terjadi selama pemerintahan musuh Allah (Iblis), ketika dia masih taat kepada Allah adalah seperti apa yang diriwayatkan oleh Ibnu Abbas:
“Iblis berasal dari suku malaikat yang disebut jin. Di antara para malaikat itu, adalah mereka yang diciptakan dari api samuum (angin yang panas, kering, dan dipenuhi debu di padang pasir, khususnya seperti yang ada di Arab – pen).[2] Namanya adalah al-Harith. Dia adalah salah satu penjaga surga. Semua malaikat kecuali suku ini (jin) diciptakan dari cahaya. Jin yang disebutkan dalam Al-Qur’an diciptakan ‘…. dari nyala (marij) api’ (Q.S Ar-Rahman Ayat 15) – (marij adalah) lidah api yang membara di bagian sisi dan atasnya. Dan Dia menciptakan manusia dari tanah liat.
Yang pertama tinggal di bumi adalah jin. Mereka melakukan kecurangan di sana (bumi) dan menumpahkan darah dan saling membunuh. Allah mengirim Iblis kepada mereka dengan pasukan malaikat. Mereka adalah suku yang disebut jin. Iblis dan yang bersamanya (pasukan malaikat) menyebabkan pertumpahan darah kepada mereka dan akhirnya membuang mereka ke pulau-pulau di samudra dan sisi-sisi pegunungan. Keberhasilannya menghampiri pikirannya, dan dia berkata: ‘Aku telah melakukan sesuatu yang belum pernah dilakukan siapa pun sebelumnya.’ Allah tahu bagaimana perasaan Iblis, tetapi para malaikat yang bersamanya tidak.”[3]
Menurut al-Tabari, hadist di atas adalah penjelasan dari al-Quran Surat Al-Baqarah Ayat 30 yang berbunyi:
“Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat: ‘Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka bumi.’ Mereka berkata: ‘Mengapa Engkau hendak menjadikan (khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji Engkau dan mensucikan Engkau?’ Tuhan berfirman: ‘Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.’”
Jadi berdasarkan hadist di atas, yang ditafsirkan oleh al-Tabari, yang dimaksud malaikat ketika mempertanyakan “…. orang yang akan membuat kerusakan padanya dan menumpahkan darah….” adalah mengacu kepada suku Jin yang terlebih dahulu tinggal di muka bumi.
Diriwayatkan oleh al-Rabi bin Anas[4] :
“Allah menciptakan para malaikat pada hari Rabu. Dia menciptakan jin pada hari Kamis, dan Dia menciptakan Adam pada hari Jumat. Beberapa jin menjadi kafir, dan para malaikat turun menuju mereka di bumi untuk melawan mereka. Karena, pertumpahan darah dan kecurangan muncul di muka bumi.” (PH)
Bersambung ke:
Sebelumnya:
Kisah Tentang Iblis (1): Makhluk Pertama yang Tidak Tahu Berterima Kasih
Catatan:
Seluruh artikel ini merupakan penceritaan ulang dari buku Al-Ṭabari, Taʾrīkh al-Rusūl wa al-Mulūk: Volume 1, diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh Franz Rosenthal (State University of New York Press: New York, 1989), hlm 249-257. Adapun informasi tambahan lainnya dicantumkan dalam catatan kaki.
Catatan Kaki:
[1] Ibn Jurayj (meninggal 150 H/767 M) adalah seorang ulama Islam. Dia diperhitungkan sebagai salah satu Taba ‘at-Tabi’in dan meriwayatkan banyak hadist tentang Isra’iliyat (hadist-hadist yang membahas peristiwa/kehidupan sebelum datangnya Nabi Muhammad SAW, termasuk di antaranya tentang orang-orang Yahudi dan Nasrani). Ayahnya adalah seorang ulama Muslim juga, dan kakeknya Jurayj (Gregorius, atau Georgius) adalah seorang Kristen Romawi. Kisah hidupnya digambarkan dalam Tahdhib al-Tahdhib oleh Ibn Hajar Asqalani. Selama hidupnya dia mengumpulkan hadist-hadist di Mekah.
[2] Mengacu kepada Q.S Al-Hijr Ayat 27 yang berbunyi: “Dan Kami telah menciptakan jin sebelum (Adam) dari api yang sangat panas (samuum)”.
[3] Hadist ini dishahihkan oleh Bukhari dalam Ta’rikh, III, 2, 224 dan Ta’rikh, I, 2, 81.
[4] Al-Rabi bin Anas meninggal pada tahun 139 atau 140 H / 756-58 pada masa kekhalifahan al-Mansur.
Kisah tentang Iblis