Kriteria Hijab dalam Tren “Modest Fashion”

in Lifestyle


Modest fashion atau tren busana tertutup bagi perempuan kini naik daun. Menurut laporan State of The Islamic Economy, total nilai belanja di pasar modest fashion mencapai 270 miliar dollar Amerika Serikat atau sekitar 3.800 triliun rupiah pada tahun 2017. Nilai ini diprediksi meningkat hingga 5 persen pada tahun 2023.[1]

Salah satu model peragaan busana Jakarta Ramadan 1440 H di Plaza Indonesia, 7-14 Mei. Foto: Gana Islamika

Melihat ragam kreasi busana muslimah di Indonesia, pakar modest fashion Franka Soeria[2], menilai negeri ini punya potensi sebagai kiblat modest fashion di dunia. Busana muslimah khususnya hijab merupakan modest fashion paling populer di Indonesia.[3]

Perancang modest fashion asal Korea Selatan Sunny Choi[4] bahkan mengaku mengambil banyak pelajaran dari budaya berbusana muslimah Indonesia. Oleh karena itu, ia juga ingin memperkenalkan ragam busana budaya Islam kepada masyarakat Korea. “Bagi saya Islam bukan sekedar agama, tapi juga budaya,” kata Sunny.[5]

Kreativitas

Franka menilai, kegemaran masyarakat Indonesia pada kreativitas membuat negeri ini punya nilai lebih dibanding lainnya. Hijab syar’i di luar negeri, misalnya, umumnya bernawarna hitam dan polos. Namun di Indonesia, hijab syar’i dapat dibuat dengan kombinasi warna dan tambahan motif seperti bunga atau batik.

Tak hanya itu, tren hijab di Indonesia tidak selalu hanya satu model. Selain hijab syar’i, model hijab seperti pashmina dan paris silih berganti menjadi gaya terkini di Tanah Air.

Namun, pergantian tren yang begitu cepat juga membuat desain di Indonesia belum punya cukup karakter. Dari sisi inovasi pun, jika dibandingkan dengan besarnya negeri ini, jumlahnya masih kecil.

“Indonesia sebenarnya inovatif, tapi kalau ada mode yang sedang tren, semuanya ikut ke sana,” kata Franka. Menurutnya, perancang busana harusnya berani berbeda. Desain yang berkarakter tapi konsistenlah yang akan lebih menonjol daripada model yang sekedar mengikuti tren.[6]

Karakter

Sebagai konsultan modest fashion di berbagai negara, Franka mengatakan, desain Tanah Air harus memiliki karakter untuk menembus pasar internasional. Salah satu karakter itu ialah realistis. Modest fashion di luar negari diminati bukan karena seni tapi kebutuhan pada fungsinya.

Sunny, misalnya, menaruh perhatian pada hijab jenis pashmina, model jilbab dari kain panjang seperti selendang. Baginya, model seperti ini diapat digunakan sebagai syal.[7]

Foto: Gana Islamika

Karakter kedua ialah sederhana dan memiliki nilai universal.  Gaya universal dapat digunakan semua orang.  Jika disurvei pun, kata Franka, hanya sedikit orang yang ingin menggunakan busana dengan desain aneh.

Seperti masyarakat Indonesia yang enggan menggunakan pakaian tradisional negara lain, hal sebaliknya pun demikian. Oleh karena itu, Franka mengingatkan, negara sebesar Indonesia tidak hanya memiliki khazanah etnik tapi juga pada inovasi.  

Masyarakat Korea Selatan, contohnya, memiliki pakaian tradisional yang tertutup bagi wanita seperti hanbok. Busana ini berlengan panjang dengan potongan seperti gamis. Selain hanbok, ada juga jangot yang merupakan kain penutup kepala perempuan seperti kerudung.

Namun, dengan inovasi, Sunny, berhasil memadukan antara dua budaya, yaitu Korea dan Islam. Hasilnya lalu dipamerkan dalam fashion show Jakarta Ramadan 1440 H di Plaza Indonesia.

Sepasang model memperagakan desain modest fashion karya Y5STAR. Foto: Istimewa

Perjalanan Indonesia untuk menembus pasar global mendapat sambutan dari Pemerintah lewat Badan Ekonomi Kreatif (Bekraf). Pada Ramadan tahun ini, Bekraf meluncurkan program Modest Fashion Founders Fund (MFFF) untuk membantu pelaku usaha modest fashion  dalam hal permodalan. Program ini diharapkan dapat  mendorong pertumbuhan ekosistem modest fashion dan memaksimalkan potensi Indonesia menjadi kiblat modest fashion dunia tahun 2020.[8][YS]

[Artikel ini pertama kali terbit di harian nasional Kompas pada 15 Mei 2019 hasil kerjasama dengan Ganaislamika.com]


[1] An Inclusive Ethical Economy: State of the Global Islamic Economy Report 2018/19, Dubai The Capital of Islamic Economy, Thomas Reuters, Dinar Standart, 2018, hlm. 63.

[2] Franka Soeria dikenal sebagai konsultan ragam merek modest fashion di berbagai negara. Wanita berhijab kelahiran Indonesia ini juga dikenal sebagai ‘jembatan’ lintas komunitas modest fashion.  Dia menempati sejumlah posisi penting seperti Co-Founder Think Fashion, Modest Fashion Weeks (Istanbul-London-Dubai-Jakarta) hingga penggagas Markamarie, platform untuk berbagai merek modest fashion. Lewat Markamarie, Franka juga memberi panggung bagi perancang muda untuk menjual karyanya, baik secara daring maupun luring. Lihat: An Inclusive Ethical Economy: State of the Global Islamic Economy Report 2018/19, Dubai The Capital of Islamic Economy, Thomas Reuters, Dinar Standart, 2018, hlm. 72. 

[3] Wawancara dengan Franka Soeria pada 11 Mei 2019 di Plaza Indonesia, Jakarta.

[4] Perancang modest fashion dengan merek Y5STAR. Sunny memperkenalkan karya-karya Y5STAR kepada masyarakat Indonesia lewat peragaan busana Jakarta Ramadan 1440 H, Mei 2019.

[5] Wawancara dengan Sunny Choi pada 11 Mei 2019 di Plaza Indonesia, Jakarta.

[6] Franka Soeria. Loc.Cit.

[7] Sunny Choi. Loc.Cit.

[8] Siaran pers: Modest Fashion Founders Fund, Upaya Bekraf Wujudkan Indonesia sebagai Kiblat Modest Fashion Dunia, Badan Ekonomi Kreatif Indonesia, 10 Mei 2019.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*