Mozaik Peradaban Islam

Kursus Singkat Rukyatul Hilal

in Ramadania

Last updated on May 5th, 2019 06:02 am


Setiap tahun, setiap datangnya Ramadan, masyarakat Indonesia selalu diombang-ambing dengan perbedaan tanggal datangnya bulan baru, terutama terkait penentuan awal puasa dan jatuhnya tanggal idulfitri. Artikel ini akan mengulas tentang metode melihat bulan sabit tipis yang menjadi penanda datangnya bulan baru.

Menyambut datangnya bulan baru dalam kalender Islam tidak sebagaimana kalender masehi. Sebab bulan baru dalam penanggalan Islam ditentukan oleh terlihatnya bulan muda (hilal/sabit tipis) di atas ufuk. Hal ini akan menjadi krusial di saat-saat penentuan bulan Ramadhan, Syawal, dan Dzulhijjah karena bulan-bulan tersebut terkait erat dengan ibadah puasa, hari raya dan haji umat Islam.

Tentu saja umat Islam memiliki pondasi dalam pijakannya; kitab suci Alquran dan Sunah Nabi Muhammad Saw. Sebut saja hadis Nabi yang terkenal, “Puasalah kamu karena telah melihatnya (sabit muda) dan berbukalah karena telah melihatnya (sabit muda).”

Teleskop merk Vixen milik PPMI Assalam, Solo.

Jadi, adakah kiat khusus dalam melihat hilal? Berikut ini adalah kisi-kisinya:

Pertama, bagi Anda pengguna android atau penikmat layanan internet berbayar, maka pastikan diri Anda membuka situsmoonsighting.com beberapa hari menjelang rukyatul hilal. Situs ini akan menyajikan visibilitas (kemungkinan dapat dilihatnya) sabit muda pada akhir bulan hijriah.

Kedua, situs tersebut akan menampilkan peta wilayah dunia dengan beberapa warna. Jika pada peta wilayah yang berwarna hijau, maka sabit muda pada wilayah itu akan mudah disaksikan dengan mata telanjang. Jika pada peta wilayah yang berwarna biru, maka berarti sabit muda dapat dilihat jika kondisi sempurna (langit cerah tak terhalang awan mendung saat matahari terbenam).

Jika pada peta wilayah berwarna abu-abu, maka kita memerlukan alat bantu optik (teleskop) untuk melihat sabit muda. Jika pada peta wilayah berwarna merah, maka bulan sabit muda pada wilayah tersebut tidak mungkin disaksikan dengan mata telanjang. Wilayah berwarna kelam menunjukkan bahwa alat secanggih apa pun tidak dapat mengindra sabit muda tersebut.

Perhatikan juga peta Ramadhan pada situs moonsighting.com di bawah ini:

Tampilan situs moonsighting.com tentang data hilal Ramadan 1440 H. Sebagian wilayah Indonesia berada di salah satu kawasan yang berwarna hitam. Di tempat itu hilal mustahil dapat dilihat dengan alat canggih apalagi mata telanjang.

Dari keterangan gambar di atas, maka kita dapat menyatakan bahwa sabit muda di wilayah peta berwarna kelam tidak dapat dilihat dengan alat canggih sekalipun apalagi mata telanjang. Padahal, alat canggih itu dibuat manusia untuk memperbesar visibilitas dan dirancang menggunakan ilmu khusus agar dapat menangkap apa yang tak bisa ditangkap mata telanjang.

Ketiga, pastikan Anda memperoleh data hilal sesuai dengan titik lokasi yang Anda ingin rukyah. Jika Anda ingin merukyah di Bali, maka jangan gunakan data hilal wilayah Papua. Selain itu, pastikan bahwa titik lokasi pantau Anda menghadap ke arah matahari terbenam yang tidak jauh dari titik hilal akan terlihat.

Keempat, data hilal dapat Anda peroleh dari ahli astronomi atau aplikasi modern seperti Starry NightStellarium, atau lainnya yang menyesuaikan dengan titik koordinat titik pantau hilal. Untuk mudahnya, biasanya di lokasi pantau hilal disebarkan data hilal.

Di bawah ini adalah beberapa contoh praktis terkait rukyatul hilal:

Ijtimak/Konjungsi/New Moon

Syarat wujudul hilal (yang digunakan oleh Muhammadiyah) adalah jika ijtimak terjadi sebelum matahari terbenam dan bulan terbenam setelah terbenamnya matahari. Begitu pula bagi Anda yang mengikuti kriteria imkanur rukyah dengan formasi 2-3-8, yaitu tinggi hilal 2°, jarak bulan-matahari 3°, dan usia hilal setelah ijtimak adalah 8 jam, maka Anda tidak perlu rukyatul hilal, karena ijtimaknya setelah matahari terbenam dan usia hilal minus.

Data Matahari

Sunset/waktu matahari terbenam: 17:46 WIB
Azimuth/titik horisontal: 286,2° s/d 286,4° 

Dengan mengetahui waktu terbenamnya matahari, maka sejak itulah kita memfokuskan diri untuk memindahkan pandangan mata dari posisi terbenamnya matahari kepada posisi hilal.

Data Hilal

Altitude/Irtifa’/Tinggi hilal: 5,7° s/d 6,9°
Elongasi/jarak antara matahari terbenam dan bulan saat muncul: 4° 34′
Usia hilal yaitu sejak terjadinya konjungsi atau ijtimak: – 12 menit
Azimuth/titik horisontal: 283,4° s/d 285,0°
Iluminasi/ketebalan cahaya: 0,18% s/d 0,32%
Moonset/bulan terbenam: 05:46 WIB

Dari data bulan sabit muda di atas kita tahu bahwa ketinggian hilal berada di bawah ufuk, usia hilal minus karena ijtimak terjadi setelah matahari terbenam. Posisi bulan pada azimuth 283,4° s/d 285,0°, berarti geserlah pandangan mata Anda 4° sebelah kiri matahari terbenam. Cobalah pasang aplikasi Compas PRO pada ponsel atau hape Anda untuk mengetahui arah pastinya.

Dengan berbekal sedikit informasi ini, semoga kita dapat membekali diri dengan beberapa hal penting tentang kisi-kisi rukyatul hilal. Sehingga pada saat menonton rukyatul hilal langsung di titik pantau, maka kita sudah mengetahui ke arah mana mata ini seharusnya memandang.

Selain itu, jika ada saksi mata yang mengaku melihat hilal di titik pandang yang sama dengan Anda, namun Anda sendiri tidak menyaksikannya, maka Anda dapat meragukannya. Terlebih lagi jika orang yang mengaku menyaksikan hilal itu tidak menggunakan alat bantu teleskop, sehingga kesaksiannya tidak dapat dibuktikan dengan foto atau rekaman video.

Selamat mencoba dan semoga bermanfaat bagi kita semua.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*