Madu (1): Manfaat Madu di Dalam Al-Quran

in Lifestyle

Last updated on January 18th, 2018 07:53 am

“Berdasarkan Al-Quran dan Hadist, madu sangat dianjurkan untuk menjaga kesehatan dan menyembuhkan manusia dari penyakit. Meskipun demikian, secara medis ada hal-hal tertentu yang mesti disikapi secara hati-hati terkait konsumsi madu.”

–O–

Penggunaan madu telah disebutkan di dalam Al-Quran dan Hadist lebih dari 1400 tahun yang lalu. Photo: organics.org

Lebih dari 1.400 tahun yang lalu, Allah SWT mewahyukan kepada Nabi Muhammad SAW bahwa madu dapat menyembuhkan manusia dari berbagai macam penyakit. Madu digambarkan di dalam Al-Quran sebagai sumber penyembuhan:

“Dan Tuhanmu mewahyukan kepada lebah: ‘Buatlah sarang-sarang di bukit-bukit, di pohon-pohon kayu, dan di tempat-tempat yang dibikin manusia,’ kemudian makanlah dari tiap-tiap (macam) buah-buahan dan tempuhlah jalan Tuhanmu yang telah dimudahkan (bagimu). Dari perut lebah itu ke luar minuman (madu) yang bermacam-macam warnanya, di dalamnya terdapat obat yang menyembuhkan bagi manusia. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda (kebesaran Tuhan) bagi orang-orang yang memikirkan.(Quran Surat An-Nahl Ayat 68-69)

Dalam ayat lainnya, madu juga digambarkan sebagai salah satu makanan yang ada di surga:

“(Apakah) perumpamaan (penghuni) jannah yang dijanjikan kepada orang-orang yang bertakwa yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air yang tiada berubah rasa dan baunya, sungai-sungai dari air susu yang tidak berubah rasanya, sungai-sungai dari khamar yang lezat rasanya bagi peminumnya dan sungai-sungai dari madu yang disaring; dan mereka memperoleh di dalamnya segala macam buah-buahan dan ampunan dari Rabb mereka, sama dengan orang yang kekal dalam jahannam dan diberi minuman dengan air yang mendidih sehingga memotong ususnya? (Quran Surat Muhammad Ayat 15)

Terkait madu sebagai obat untuk penyembuhan, terdapat beberapa hadist yang meriwayatkannya:

“Kesembuhan itu ada pada tiga hal, yaitu : dalam pisau pembekam, meminumkan madu, atau pengobatan dengan besi panas (kayy). Dan aku melarang ummatku melakukan pengobatan dengan besi panas (kayy)”[1]

Dalam hadist lain madu secara spesifik disebutkan sebagai obat untuk menyembuhkan sakit perut:

“Ada seseorang menghadap Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, ia berkata: ‘Saudaraku mengeluhkan sakit pada perutnya (dalam riwayat lainnya: sakit diare).’

Nabi berkata: ‘Minumkan ia madu.’

Kemudian orang itu datang untuk kedua kalinya,

Nabi berkata: ‘Minumkan ia madu.’

Orang itu datang lagi pada kali yang ketiga,

Nabi tetap berkata: ‘Minumkan ia madu.’ Setelah itu, orang itu datang lagi dan menyatakan: ‘Aku telah melakukannya (namun belum sembuh juga malah bertambah mencret).’

Nabi bersabda: ‘Allah Maha Benar dan perut saudaramu itu dusta. Minumkan lagi madu.’

Orang itu meminumkannya lagi, maka saudaranya pun sembuh.”[2]

 

Cara Nabi Mengkonsumsi Madu

Terkait konsumsi madu dalam kehidupan sehari-hari, menurut dr Brilianto M Soenarwo, penulis buku ‘Sehat ala Rosul’, ketika bangun tidur, Nabi selalu mengambil madu. “Cara Rasul minum madu mungkin berbeda dengan kita, kebanyakan kita mungkin minum madu yang sudah dicairkan dengan air,” ujarnya.[3]

Praktisi kesehatan yang akrab disapa dokter Toni itu menjelaskan bahwa Nabi mengambil madu lalu mengulum di mulutnya hingga lumer ketika bercampur dengan air liur. Lebih lanjut dia menjelaskan bahwa madu yang mengandung fruktosa lebih baik dicampur dengan air liur agar mudah larut dan dicerna oleh lambung.[4]

Kebiasaan Nabi mengkonsumsi madu di pagi hari ternyata berkaitan dengan soal pencernaan, yakni mencegah penyakit maag. “Pada pagi hari perut kosong karena Nabi makan malam ringan sekitar jam delapan malam. Madu dapat melapisi dinding lambung sehingga Nabi tidak terkena maag,” ujar dokter Toni. Nabi biasanya makan malam dengan porsi yang sedikit, untuk porsi makan yang lebih banyak Nabi biasa melakukannya ketika makan siang.[5]

 

Larangan Medis

Meskipun Al-Quran dan Hadist menganjurkan madu untuk penyembuhan dan kesehatan, namun secara medis terdapat beberapa pengecualian untuk kondisi tertentu. Untuk kondisi-kondisi di bawah ini, sebaiknya orang-orang lebih berhati-hati dalam mengkomsumsi madu[6]:

  1. Bayi di bawah usia satu tahun sebaiknya tidak diberi madu karena kemungkinan dapat mengalami botulisme (keracunan yang disebabkan oleh bakteri Clostridium botulinum). Keracunan makanan jenis ini bisa mematikan, bagaimanapun, tampaknya hal tersebut hanya mempengaruhi bayi di bawah usia satu tahun.
  2. Jika anda memiliki alergi terhadap tanaman tertentu, maka anda harus memastikan bahwa madu yang anda konsumsi tidak diproduksi dari tanaman itu.
  3. Orang-orang yang alergi terhadap sengatan lebah harus berhati-hati saat menggunakan produk terkait lebah lainnya seperti propolis atau royal jelly.

Di luar ketiga hal di atas, maka madu secara medis sangat bermanfaat bagi kesehatan dan penyembuhan.

Pembahasan mengenai kandungan-kandungan di dalam madu, proses produksi madu, dan sejarah pemakaian madu dalam peradaban manusia akan dibahas pada artikel sambungan dari artikel ini. (PH)

Bersambung ke:

Madu (2): Penggunaan Madu dalam Berbagai Peradaban

Catatan Kaki:

[1] HR Al-Bukhari No. 5681/Fat-Hul Baari X/137. Lihat bab “Beberapa manfaat madu”. Zaadul Ma’aad IV/50-62 dan juga ath-Thibbu minal Kitaab was Sunnah, karya al-‘AllamahMuwaffaqidun ‘Abdul Lathif al-Baghdadi, hlm 129-139, dalam Yazid bin Abdul Qadir, Do’a dan Wirid: Mengobati Guna-guna dan Sihir Menurut al-Quran dan as-Sunnah, (Jakarta: Pustaka Imam asy-Syafi’i, 2005), hlm 418-419.

[2] HR. Al-Bukhari no. 5684 dan Muslim no. 5731, dalam Raehanul Bahraen, “Hadits Mengenai Menyembuhkan Diare dengan Minum Madu”, dari laman https://muslimafiyah.com/hadits-mengenai-menyembuhkan-diare-dengan-minum-madu.html, diakses 16 Januari 2018.

[3] Dwi Murdaningsih, “Begini Cara Nabi Muhammad Menyantap Madu”, dari laman http://m.republika.co.id/berita/gaya-hidup/info-sehat/11/12/31/lx27ak-begini-cara-nabi-muhammad-menyantap-madu, diakses 16 Januari 2018.

[4] Ibid.

[5] Ibid.

[6] Abbasali Purbafrani, Seyed Amirhosein Ghazizade Hashemi, Saeed Bayyenat, Habibolah Taghizade Moghaddam, dan  Masumeh Saeidi, The Benefits of Honey in Holy Quran, (International Journal of Pediatrics [Supplement 5], Vol.2, N.3-3, Serial No.9, September 2014), hlm 72.

8 Comments

    • Bismillaah was salaamu ‘alaykum.
      Artikelnya maa syaa Allaah bagus sangat bermanfaat dan memudahkan kami untuk mencari tahu tentang diskripsi Madu dalam pandangan isla

    • Bismillaah was salaamu ‘alaykum.
      Artikelnya maa syaa Allaah bagus sangat bermanfaat dan memudahkan kami untuk mencari tahu tentang diskripsi Madu dalam pandangan Islam

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*