Mansa Musa (2): Perjalanan Haji

in Tokoh

Last updated on October 28th, 2017 09:16 am

Tidak ada data yang cukup valid untuk menjelaskan kapan tepatnya Mansa Musa dan pengikutnya mula-mula memeluk Islam. Tapi beberapa asumsi menyatakan masyarakat Mali atau Timbuktu memeluk Islam sekitar 100 tahun sebelum Mansa Musa berkuasa. Namun Mansa Musa mulai menarik perhatian dunia pada saat ia memutuskan untuk melakukan perjalanan haji bersama pengikutnya. Sejarah mencatat, inilah perjalanan haji paling glamor, paling mewah dan paling kolosal yang pernah dilakukan oleh manusia.

Satu laporan mengatakan jumlah total kafilah Mansa Musa menuju ke Tanah Suci adalah 60.000 orang, termasuk 12.000 budak, yang masing-masing membawa empat pon emas (1,8 Kg) emas, disamping perbekalan lainnya. Terdapat pula sekitar 80 unta yang berfungsi khusus untuk membawa emas. Eamonn Gearon memperkirakan, emas yang dibawa unta-unta ini sekitar 300 pound (136 Kg) per hewan, atau bila ditotalkan sama dengan 24 ton emas.[1]

Perjalanan yang ditempuh oleh kafilah Mansa Musa diperkirakan lebih dari 4800 km, melewati Gurun Sahara yang merupakan gurun panas terbesar di dunia, yang luasnya setara dengan seluruh Amerika Serikat – termasuk Alaska dan Hawaii. Tapi meski begitu beresiko dan menantang, Gurun Sahara adalah jalur yang paling popular di benua ini, dan sudah digunakan sekitar 6000 tahun yang lalu. Jalur ini merupakan urat nadi ekonomi benua Afrika yang menghubungkan satu wilayah dengan wilayah lainnya, seperti Jalur Sutra di Asia.

Garis putus-putus pada peta menunjukkan jalur perjalanan Mansa Musa menuju Mekah. (Photo: UNC School of Education)

Disamping beratnya tantangan alam – seperti badai pasir – tidak sedikit juga kemungkinan munculnya gangguan dan ancaman di sepanjang perjalanan, seperti perampokan dan serangan-serangan mendadak. Untuk sebuah perjalanan yang berat dan melelahkan ini, Mansa Musa tidak main-main menyiapkan segala keperluannya. Ia sudah menyiapkan pengawal pribadi dan berbagai kebutuhan militer setara dengan sebuah persiapan sebuah ekspedisi penaklukan. Termasuk pelayan, juru masak, pemandu, kuli, dan orang-orang yang bertanggung jawab untuk merawat kuda dan unta. Disamping itu Mansa Musa memiliki cukup banyak pemandu yang handal serta memiliki pengetahuan lokal tentang kemana oasis berikutnya berada.[2]

Dari Timbuktu, Mansa Musa berjalan ke Kairo. Menurut Eamonn Gearon jarak antara Timbuktu ke Kairo sekitar 3777 Km. Adapun jarak dari Kairo ke Mekah hanya tinggal sekitar 1287 Km lagi. Dengan demikian, bisa diperkirakan bahwa perjalanan Mansa Musa pulang-pergi menempuh jarak sekitar 10.128 Km, dengan waktu tempuh sekitar dua tahun.[3]

Mansa musa tampak memahami betul tantangan perjalanannya. Dan demikian piawai memanfaatkan kesempatan ibadah Haji ini untuk menyebarkan misi diplomatiknya. Di sepanjang perjananan, kafilah Mansa Musa begitu populer dengan kedermawanannya. Dia dikatakan telah menyerahkan emas kepada orang miskin di sepanjang jalurnya, dan juga membagikan hadiah yang rumit kepada penguasa setempat. Semua ini tentu bukan sekedar untuk menjamin keamanannya, lebih dari itu, ia sedang membangun simpul diplomatik demi masa depan kekuasaannya.

Salah satu ilustrasi yang menggambarkan kafilah Mansa Musa menuju Tanah Suci. Lukisan ini dibuat pada tahun 1670 M, dengan judul “The March of The Caravan Out of Cairo to Mecca”, pelukis tidak diketahui. Sumber Gambar : https://www.pinterest.co.uk/cpapachristou/mansa-musa/

Dikabarkan, laju perjalanan kafilah Mansa Musa hanya berjarak 16-24 Km per hari. Dan baru mencapai Kairo enam bulan kemudian, yaitu pada bulan Juli 1324 M. Ketika sampai di Kairo, Mansa Musa dan rombongan berkemah di padang pasir dekat Piramida besar Giza, di pinggiran kota Kairo modern. Dari kampnya, dia mengirim pesan kepada sultan Mamluk Mesir bersama dengan hadiah 50.000 dinar emas. Bisa diduga, Sultan sangat senang dengan salam persahabatan ini. Menurut cerita, Sultan begitu gembira menyambut kedatangan rombongan Mansa Musa, hingga ia meminjamkan istana musim panasnya untuk ditinggali Mansa Musa selama tiga bulan di Mesir.

Kisah tentang Mansa Musa di Mesir dicatat oleh sejarawan Shihab al-Umari, yang berada di Kairo 12 tahun setelah kunjungan Mansa Musa. Al Umari menceritakan bahwa selama tinggal di Mesir, Mansa Musa membanjiri kota dengan emas. Mendadak inflasi terjadi, nilai mata uang merosot hingga tersisa seperempatnya, dan harga-harga barang meroket. Dalam upaya untuk memperbaiki ini, Mansa Musa meminjam emas sebanyak yang dia bisa dari para rentenir di Kairo – dengan tingkat bunga yang tidak tinggi – saat dia dan rombongannya melewati Mesir dalam perjalanan pulang. Terlepas dari upayanya, penulis sejarah kontemporer mengatakan bahwa pengeluaran Mansa Musa sendirian selama di Mesir telah menghancurkan ekonomi lokal selama 20 tahun.

Namun pengeluaran Mansa Musa tidak hanya terkait dengan belanja, ia juga mengeluarkan banyak uang untuk membangun masjid dan madrasah di berbagai tempat yang dia singgahi. Konon, selama perjalanan ini, Mansa Musa kerap memerintahkan dibangun sebuah masjid di manapun kafilah tersebut kebetulan berhenti untuk menunaikan Sholat Jum’at. Menurut Eamonn Gearon, “Dengan cara ini, dia bisa menyebarkan sarana untuk pendidikan, pemujaan, dan pekerjaan di kerajaannya – dan sekitarnya. Inilah alasan utama mengapa ziarah haji Mansa Musa dapat dianggap sebagai titik balik dalam sejarah Timur Tengah.”[4]

Selama perjalanan pulang pergi ke tanah suci, nama Mansa Musa tersiar luas ke berbagai penjuru dunia. Ia dipuja karena kedermawanannnya, namun pada skala yang lebih besar, dampak-dampak ekonomi lainnya juga muncul di berbagai wilayah yang dilewatinya. (AL)

Bersambung ke:

Mansa Musa (3): Hilangnya “Emas” dari Mali

Sebelumnya:

Mansa Musa (1): Orang Terkaya Sepanjang Masa

Catatan Kaki:

[1] Eamonn Gearon, Turning Points in Middle Eastern History; Course Guidebook, United States of America, The Teaching Company, 2016, Hal. 161

[2] Jessica Smith dalam TED-Ed Original Leason, menyatakan “Tidak ada yang melakukan perjalanan dengan anggaran (seperti Mansa Musa), dia membawa kafilah yang membentang sejauh mata memandang,” lanjut Smith. “riwayat menggambarkan rombongan puluhan ribu tentara, warga sipil dan budak, 500 petarung membawa emas dan berpakaian dengan sutra halus, serta banyak unta dan kuda yang mengangkut banyak batangan emas.” Lihat, http://www.businessinsider.sg/mansa-musa-the-richest-person-in-history-2016-2/?r=US&IR=T, diakses 23 Oktober 2017

[3] Eamonn Gearon, Op Cit, Hal. 162

[4] Ibid, Hal. 164

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*