“Pada bagian dindingnya, terdapat 600 panel ukiran kayu yang diukir seluruh ayat suci dari dalam al-Quran, 30 dari panel tersebut ditulis dalam bahasa China, sementara 570 sisanya ditulis asli dalam bahasa Arab.”
–O–
Halaman Keempat
Gerbang menuju halaman keempat terbuat dari marmer dengan pintu kayu. Halaman keempat adalah halaman terbesar dibandingkan dengan halaman-halaman lainnya di komplek Masjid Agung Xian. Lurus dan tidak jauh dari gerbang, di sana terdapat sebuah paviliun yang dibangun pada masa Dinasti Qing. Paviliun ini konon bentuknya menyerupai burung phoenix dengan sayapnya yang terentang.[1] Paviliun ini disebut dengan “Paviliun Kebenaran yang Satu” (一真亭 Yīzhēn Tíng) yang maknanya adalah “Satu Tuhan”. Nama lain dari paviliun ini adalah “Paviliun Phoenix” (鳳凰亭 Fènghuáng Tíng).[2]
Di salah satu sudut halaman ini juga terdapat bangunan yang dulunya difungsikan untuk menerima pejabat dan memproklamirkan dekrit kekaisaran.[3] Di ujung sebelah barat halaman, terdapat sebuah aula besar (大殿 Dà Diàn) yang difungsikan untuk menjadi tempat shalat. Atapnya menghubungkan tiga paviliun yang berbeda, memanjang dari struktur heksagonal pusat menuju dua gazebo dengan atap berbentuk piramida.[4] Bangunan berpintu lima itu sangat besar dan terbuat dari kayu dengan kolom-kolom yang terbuat dari marmer. Aula ini memiliki kapasitas 1.000 orang dan merupakan yang terbesar di Cina. Di atas pintu utama, terdapat kaligrafi Arab yang artinya “Atas Nama Tuhan”.[5]
Gaya arsitektur aula ini merupakan penggabungan dari fitur-fitur umum yang berasal dari masa Dinasti Ming, Istana Han, dan tradisi arsitektural suku Hui.[6] Di bagian langit-langit aula ini pada panel-panelnya ditulisi oleh 600 ayat suci al-Quran dengan motif kaligrafi yang berwarna-warni, dan dihiasi juga dengan motif rumput dan bunga. Pada bagian dindingnya, terdapat 600 panel ukiran kayu yang diukir seluruh ayat suci dari dalam al-Quran, 30 dari panel tersebut ditulis dalam bahasa China, sementara 570 sisanya ditulis asli dalam bahasa Arab.[7]
Di bagian paling belakang aula terdapat sebuah mihrab, tempat imam memimpin shalat yang mengarah ke barat, yakni tempat di mana Ka’bah berada. Mihrab ini dikelilingi oleh empat panel dengan tulisan ayat suci al-Quran yang gaya kaligrafinya sudah terpengaruh kuat oleh gaya kaligrafi China.[8] Dari berbagai laporan perjalanan yang menuliskan tentang Masjid Agung Xian, terdapat dua versi tentang izin masuk ke aula shalat ini, versi pertama mengatakan bahwa non-muslim dilarang masuk ke dalam aula karena itu tempat shalat, sementara versi lainnya mengatakan bahwa non-muslim pun diizinkan untuk masuk.
Halaman Kelima
Gerbang masuk menuju halaman kelima merupakan gerbang dengan pintunya yang berbentuk lingkaran, atau biasa disebut dengan “Gerbang Bulan”. Fitur ini biasa didapatkan di halaman-halaman rumah penduduk China.[9] Di halaman ini terdapat dua gundukan artifisial kecil yang difungsikan untuk melihat bulan baru.[10]
Penutup
Ada beberapa versi tentang sejarah kapan Islam masuk ke China, versi pertama, menurut suku Hui, Islam telah hadir di Cina selama 1.400 tahun, dibawa oleh sahabat Nabi Muhammad SAW ketika Nabi masih hidup.[11] Versi lainnya mengatakan bahwa Islam dibawa oleh Sa`ad bin Abi Waqqas ketika masa kekhalifahan Ustman bin Affan pada tahun 651 M.[12]
Pada perkembangan selanjutnya, sebelum abad ke-13, Xian merupakan daerah yang sering dikunjungi oleh para pedagang yang melewati jalur sutra, mereka berasal dari Persia, Asia Tengah, dan Timur Tengah. Namun, jumlah pedagang Arab Muslim pada waktu itu masih relatif kecil. Hingga akhirnya pada saat abad ke-13, ketika Kubilai Khan memperluas wilayah kekuasaannya ke arah barat di China, dia membawa sejumlah besar orang-orang Islam yang dipekerjakan untuk menjadi tentara dan pengrajin. Meskipun sebagian besar Muslim mempertahankan warisan budaya mereka, namun secara bertahap mereka berbaur dengan China, sehingga menciptakan minoritas baru yang disebut sebagai Suku Hui.[13]
Namun manapun versi sejarah yang benar, yang jelas masjid tersebut telah lama sekali berada di China dan diyakini sebagai masjid tertua di China. Masjid Agung Xian telah menjadi saksi bagi kehadiran banyak umat Islam dari berbagai masa yang beribadah di tempat tersebut. Bagi siapapun yang datang ke masjid tersebut, nuansa damai serta kesakralannya masih terasa, bahkan sampai saat hari ini.[14] (PH)
Selesai.
Sebelumnya:
Catatan Kaki:
[1] “Great Mosque of Xi’an”, dari laman http://islamic-arts.org/2012/great-mosque-of-xian/, diakses 2 Maret 2018.
[2] “Xi’an Great Mosque”, dari laman https://thetempletrail.com/xian-great-mosque/, diakses 2 April 2018.
[3] Ibid.
[4] “Great Mosque of Xi’an”, Ibid.
[5] “Xi’an Great Mosque”, Ibid.
[6] “Great Mosque of Xi’an”, Ibid.
[7] “Xi’an Great Mosque”, Ibid.
[8] Ibid.
[9] Sheila Blair, Jonathan Bloom, dan Nancy Steinhardt, “The Back-Road Historic Mosques of China”, dari laman http://archive.aramcoworld.com/issue/201406/the.back-road.historic.mosques.of.china.htm, diakses 2 April 2018.
[10] “Xi’an Great Mosque”, Ibid.
[11] Ibid.
[12] “Great Mosque of Xi’an: Mosque in Xi’an, Shaanxi”, dari laman https://www.thousandwonders.net/Great+Mosque+of+Xi%27an, diakses 2 April 2018.
[13] Rosemarie John, “The Great Mosque of Xian – Oldest Mosque in China”, dari laman https://travelandbeyond.org/2014/11/02/the-great-mosque-of-xian/, diakses 2 April 2018.
[14] “Xi’an Great Mosque”, Ibid.