Masjid Al Aqsha (2)

in Monumental

Last updated on December 21st, 2017 07:53 am

Sejak pertama kali didirikan oleh Khalifah Umar bin Khattab, masjid Al Aqsha sudah mengalami serangkian renovasi. Masjid Al Aqsha yang sekarang kita lihat, adalah buah karya sambung menyambung tanpa putus dari satu dinasti kepemimpinan Islam ke kepemimpinan selanjutnya”.

—Ο—

 

Istilah “masjid” secara harfiah bermakna “tempat sujud”. Rasulullah pernah bersabda, “… dan bumi ini dijadikan bagiku sebagai tempat shalat serta sarana bersuci (tayammum). Maka siapa saja dari umatku yang datang waktu shalat (di suatu tempat), maka hendaklah ia shalat (di sana).”[1] Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa semua tempat di bumi yang digunakaan untuk beribadah kepada Allah bisa di dianggap sebagai masjid.[2]

Masjid tidak hanya terbatas pada sebuah bangunan saja. Misalnya, wilayah di sekitar Ka’bah sudah dikenal lama dengan istilah “Masjidil Haram”, padahal tempat itu hanyalah sebuah lapangan terbuka sejak masa Ka’bah dibangun dan keadaannya tetap demikian hingga masa kenabian. Yang ada hanya dinding-dinding rumah penduduk yang dianggap sebagai batas masjid itu sendiri. Masjidil Haram mulai berbentuk bangunan pada masa Khalifah Umar bin Khaththab.[3] Berangkat dari pengertian ini, maka tempat-tempat ibadah monoteistik lainnya yang dianggap sebagai tempat beribadah para nabi sebelum Islam, dapat juga disebut masjid, seperti Kuil Sulaiman.

Maka tidak mengherankan bila pada tahun 15 H, atau ketika tentara Islam yang dipimpin oleh Umar bin Khattab berhasil menaklukkan Yerusalem, hal bertama yang dicarinya adalah situs kuil Sulaiman, atau Batu As-Sakhrah dengan bantuan Kaab Al-Ahbar, seorang Imam Tabi’in yang awalnya adalah seorang Rabi Yahudi.[4]

Ketika ditemukaannya, kondisi tempat itu berantakan dan tak terurus.  Ia kemudian bertanya kepada Kaab ; ”Dimana letak Sakhrah wahai Ka’ab?” , lantas Ka’ab menjawab ; ”Ukurlah beberapa depa dari Oase Gehenna Ya Amirul Mu’minin…” Lantas dia menemukannya, dia lalu masuk dari pintu dahulu Rasulullah pernah memasukinya yaitu Babul Magharibah (Bab Ha Mugharabim) dan membersihkan tempat itu dengan selendangnya diikuti oleh umat muslim yang lain. Dia lalu salat di sana bersama umat muslim yang lain dengan membaca surat Shaad dan surat Al-Isra’a.[5]

Lokasi yang ditemukan Umar bin Khattab inilah yang sekarang kita kenal dengan kawasan al-Haram al-Sharif atau Bukit Bait Suci (Temple Mount). Masih simpang siur pendapat sejarawan tentang siapa yang sebenarnya pertama kali membangun masjid Al Aqsha. Merujuk pada kesaksian Arculf , seorang biarawan Galia yang berziarah ke Palestina pada 679 M, sejarawan arsitektur Sir Archibal Craswell berpendapat bahwa Umar bin Khattab mungkin adalah orang yang pertama kali mendirikan bangunan persegi empat primitif dengan daya tampung 3.000 jamaah di suatu tempat di kompleks masjid Al-Aqsha. Namun ada juga pendapat yang mengatakan Muawiyah lah yang pertama kali membangun masjid Al Aqsha. Meski begitu, kebanyakan peneliti berpendapat bahwa rekonstruksi masjid dimulai oleh Abdul Malik, namun Al-Walid bin Abdul Malik bin Mawan yang mengawasinya hingga selesai.[6]

Masjid yang didirikan oleh Bani Umayyah ini kemudian hancur oleh gempa bumi pada tahun 746 M. Pada masa dinasti Abbasiyah, masjid ini dibangun kembali oleh khalifah Al Mansur pada tahun 754, dan dikembangkan lagi oleh penggantinya Al Mahdi pada tahun 780 M. Pada tahun 1033, masjid ini kembali hancur oleh gempa, dan dibangun kembali dua tahun kemudian oleh khalifah Fatimiyah Ali Azh Zhahir. Hasil rekonstruksi Ali Azh Zhahir inilah yang menjadi konstruksi dasar masjid Al Aqsha yang kita lihat hingga saat ini.[7]

Sejak didirikan kembali oleh dinasti Fatimiyyah, telah terjadi berbagai penambahan dan pembaharuan konstruksi bangunan dihampir semua sisi bangun Al Aqsha dan kawasan al-Haram al-Sharif.  Antara lain pada bagian kubah, fasad,[8] mimbar, menara, dan interior bangunan.

Fasad dan serambi masjid ini dibangun dan diperluas oleh para penguasa Fatimiyah, Tentara Salib, Mamluk dan Ayyubiyah. Sumber gambar: wikipedia.org

Ketika Pasukan Salib menaklukkan Yerusalem pada tahun 1099, mereka menggunakan masjid ini sebagai istana dan Kubah Ash-Shakhrah sebagai gereja, namun fungsi masjid dikembalikan seperti semula setelah Shalahuddin Al Ayyubi mengambil alih kepemimpinan kota itu. Renovasi, perbaikan, dan penambahan lebih lanjut dilakukan pada abad-abad kemudian oleh para penguasa Ayyubiyah, Mamluk, Utsmaniyah, Majelis Tinggi Islam, dan Yordania.[9]

Interior masjid yang menunjukkan lorong utama dengan tiang-tiang melengkung. Sumber gambar: wikipedia.org

Pada tahun 1927 dan 1937, gempa bumi kembali melanda Yerusalem yang menyebabkan kerusakan hebat pada masjid Al Aqsha. Renovasi kemudian dilakukan kembali dan selesai pada tahun 1938 dan 1942. Adapun kerusakan cukup besar yang terakhir terjadi pada tanggal 21 Agustus 1969.  Dimana seorang turis Australia bernama Denis Michael Rohan, yang merupakan anggota dari sekte evengelis Kristen Worldwide Church of God, membakar bagian tenggara masjid Al Aqsha.[10] Akibatnya, bagian tenggara masjid ini habis terbakar, termasuk mimbar Shalahuddin yang merupakan icon interior masjid ini sejak abad ke 12 M. Peristiwa inilah yang menjadi salah satu alasan terbentuknya Organisasi Konferensi Islam (OKI) pada tahun 1971, yang beranggotakan 57 negara berpenduduk Islam.(AL)

Pintu-pintu pada mimbar Shalahuddin, awal tahun 1900-an. Sebelum dibakar pada tahun 1969. Sumber gambar: wikipedia.org

Bersambung…

Masjid Al Aqsa (3): Deskripsi Bangunan

Sebelumnya

Masjid Al Aqsa (1)

Catatan kaki:

[1] Muttafaq ‘alaih: Al Bukhari, kitab At Tayammum, bab Haddatsanaa Abdullah bin Yusuf (no. 335) dan Muslim kitab Al Masaajid, bab Al Masaajid wa maudhi’ush shalaah (no. 521)

[2] Lihat, https://id.wikipedia.org/wiki/Masjid_Al-Aqsha#cite_note-12, mengutip pendapat Az Zarkasyi, dalam I’laamus Saajid bi Ahkaamil Masajid

[3] Ibid

[4] Lihat, https://id.wikipedia.org/wiki/Bait_Allah_(Yerusalem), diakses

[5] Ibid

[6] Lihat, https://id.wikipedia.org/wiki/Al-Jami%27_al-Aqsha, diakses

[7] Ibid

[8] Fasad (bahasa Perancis: façade, dibaca [fəˈsɑːd]) adalah suatu sisi luar (eksterior) sebuah bangunan, umumnya terutama yang dimaksud adalah bagian depan, tetapi kadang-kadang juga bagian samping dan belakang bangunan. Kata ini berasal dari bahasa Perancis, yang secara harfiah berarti “depan” atau “muka”. Lihat, https://id.wikipedia.org/wiki/Fasad, diakses

[9] Lihat, Lihat, https://id.wikipedia.org/wiki/Al-Jami%27_al-Aqsha, Op Cit

[10] Denis Michael Rohan berharap bahwa dengan membakar masjid Al Aqsa, ia dapat mempercepat Kedatangan Kedua Yesus, dengan cara mempermudah dibangunnya kembali Bait Suci Yahudi di kompleks Masjid Al-Aqsha. Rohan kemudian dirawat di lembaga perawatan mental, didiagnosa mengalami gangguan kejiwaan, dan akhirnya dideportasi. Lihat, Ibid

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*