“Istiqlal berarti kemerdekaan, dan konstruksinya merupakan bagian dari bukti perjuangan bangsa untuk kebebasan. Selain itu, rumah ibadah bagi ribuan Muslim tersebut dirancang oleh seorang arsitek Kristen.”
~Barack Obama, 2010
–O–
Sejak kemerdekaan Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia sudah memimpikan untuk memiliki Masjid Nasional.[1] Namun mimpi tersebut baru dapat terwujud selang sekitar 32 tahun kemudian. Tepat pada tanggal 22 Februari 1978 Presiden Indonesia yang ke-2, Soeharto, meresmikan penggunaannya.[2]
Pada awalnya, ide pembangunan masjid nasional pertama kali dibicarakan pada tahun 1950 atau hanya beberapa bulan setelah pengakuan kedaulatan Republik Indonesia Serikat (RIS) oleh Belanda. Menteri agama kala itu, KH Abdul Wahid Hasyim (ayahanda Gus Dur) mengundang sejumlah tokoh Muslim, seperti H Agus Salim, H Anwar Tjokroaminoto (putra HOS Tjokroaminoto), dan Ir Sofwan. Pertemuan para tokoh ini kemudian ditindaklanjuti dengan rapat akbar yang mengumpulkan sekitar 300 ulama di bawah pimpinan KH Taufiqurrahman di Gedung Deca Park, Jakarta.[3]
Pada 1953, hasil rapat yang berintikan kehendak membangun masjid nasional disampaikan kepada Presiden Sukarno. Proklamator Republik Indonesia tersebut menyambutnya dengan gembira. Kemudian pada 7 Desember 1954, Yayasan Masjid Istiqlal dibentuk. Gedung Deca Park di Lapangan Koningsplein (orang Jakarta pada waktu itu menyebutnya Lapangan Gambir) menjadi saksi bisu peresmian yayasan tersebut di hadapan notaris Elisa Pondag. Kini, Gedung Deca Park sudah tak berbekas lantaran ikut digusur akibat proyek pembangunan Menara Nasional (Monas).[4]
Pemancangan tiang pertama dilakukan oleh Presiden Soekarno pada tanggal 24 Agustus 1961 bertepatan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad.[5] Presiden Soekarno ingin agar Masjid Istiqlal menjadi kebanggaan Indonesia bukan hanya di tingkat nasional, melainkan juga pada tingkat internasional atau regional. Karena itu, penentuan lokasi Masjid Istiqlal tidak hanya bernuansa simbolis, melainkan juga politis. Bahkan, rencana pembangunan Masjid Istiqlal sempat tertunda lantaran soal penentuan lokasi. Hal ini akibat adanya perdebatan antara Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta.[6]
Setelah diresmikan pada tahun 1978 Masjid Istiqal menjadi saksi dari berbagai peristiwa penting dalam sejarah Indonesia. Selain menjadi tempat peringatan keagamaan secara nasional, masjid ini menjadi ajang kunjungan berbagai tokoh dunia baik Muslim maupun non-Muslim mulai dari Presiden Clinton, Muhammad Ali, Syekh Al Azhar Gad al-Haq Ali Gad al-Haq, Presiden Obama, Raja Salman, hingga pemimpin Nation of Islam (NOI) Louis Farakhan.[7]
Artikel terkait:
Pada tahun 2010, Presiden Amerika Serika yang ke-44, Barack Obama berkunjung ke Indonesia. Barack Obama meskipun seorang Kristen, dia memiliki beberapa kedekatan dengan kehidupan Muslim, pertama karena dia pernah tinggal di Indonesia, dan kedua karena beberapa lingkaran di dalam keluarganya pun diketahui merupakan seorang Muslim. Dalam pidatonya di kampus Universitas Indonesia, dia sempat menyinggung tentang Masjid Istiqlal, berikut ini adalah beberapa petikan dari pidatonya:
“…. Sebelum saya datang ke sini, saya mengunjungi Masjid Istiqlal—sebuah tempat ibadah yang masih dalam pembangunan ketika saya tinggal di Jakarta. Dan saya mengagumi menaranya yang menjulang tinggi dan kubah dan ruang penyambutannya yang mengagumkan. Tapi nama dan sejarahnya juga berbicara apa yang membuat Indonesia hebat. Istiqlal berarti kemerdekaan, dan konstruksinya merupakan bagian dari bukti perjuangan bangsa untuk kebebasan. Selain itu, rumah ibadah bagi ribuan Muslim tersebut dirancang oleh seorang arsitek Kristen…. Sebagai penutup, saya mengucapkan kepada seluruh rakyat Indonesia: terima kasih atas. Terima kasih. Assalamualaikum….”[8]
Apa yang dikatakan oleh Obama memang benar adanya, arsitek perancang Masjid Istiqlal adalah seorang Kristen. Dia bernama Friedrich Silaban, seorang Kristen kelahiran Bonandolok, Sumatra Utara pada tanggal 16 Desember 1912.[9] Friedrich ditetapkan sebagai pemenang sayembara desain Masjid Istiqlal pada tanggal 5 Juli 1955 yang kala itu dewan jurinya diketuai oleh Presiden Soekarno dengan beranggotakan para arsitek dan ulama.[10] Setelah melalui serangkaian pembahasan di istana negara Republik Indonesia dan di Istana Bogor tim juri menyatakan bahwa desain kreasi Friedrich Silaban yang berjudul “Ketuhanan” menjadi pemenang.[11] Sebagai pemenang, pada waktu itu Friedrich Silaban berhak untuk mendapatkan medali emas seberat 75 gram dan uang tunai sebesar Rp 25.000,-.[12]
Secara arsitektural, bangunan Masjid Istiqlal syarat dengan simbol-simbol keislaman dan nasionalisme Indonesia. Menaranya yang terletak di sudut selatan masjid, dengan ketinggian 6.666 cm ini dinisbahkan dengan jumlah ayat-ayat Al-Quran. Pada bagian ujung atas menara, berdiri kemuncak (pinnacle) dari besi baja yang menjulang ke angkasa setinggi 30 meter sebagai simbol dari jumlah juz dalam Al-Quran. Menara dan kemuncak baja ini membentuk tinggi total menara sekitar 90 meter.[13]
Bangunan utama ini dimahkotai kubah dengan bentang diameter sebesar 45 meter. Makna dari angka “45” melambangkan tahun 1945, yaitu tahun Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia. Kemuncak atau mastaka kubah utama dimahkotai ornamen baja antikarat dengan simbol Islam yang berbentuk Bulan sabit dan bintang.[14]
Kubah utama masjid ini ditopang 12 tiang ruang ibadah utama yang disusun melingkar pada tepi dasar kubah yang dikelilingi 4 tingkat balkon. Angka “12” yang dilambangkan oleh dua belas tiang yang menunjukkan makna hari kelahiran nabi Muhammad, yaitu tanggal 12 Rabiul Awwal. Selain itu angka ini juga melambangkan 12 bulan dalam penanggalan Islam (termasuk penanggalan Masehi) dalam masa 1 tahun. Empat tingkat balkon dan satu lantai utama melambangkan angka “5” yang melambangkan lima Rukun Islam sekaligus melambangkan Pancasila, falsafah kebangsaan Indonesia.[15]
Terdapat tujuh pintu gerbang masuk ke dalam Masjid Istiqlal. Masing-masing pintu itu diberi nama berdasarkan Asmaul Husna. Dari ketujuh pintu ini tiga pintu yaitu Al Fattah, As Salam dan Ar Rozzaq berfungsi sebagai pintu utama. Pintu lainnya adalah Al Quddus, Al Malik, Al Ghaffar, dan Ar Rahman. Angka tujuh melambangkan tujuh lapis langit dalam kosmologi alam semesta Islam, serta tujuh hari dalam seminggu.[16]
Dilihat dari pemaknaan simbol-simbol arsitektur di atas, Friedrich, walaupun seorang Kristen, cukup memahami nilai-nilai di dalam Islam. Bahkan oleh Presiden Soekarno, Friedrich Silaban diberi julukan “By the Grace of God” (dengan rahmat Tuhan). Friedrich atau yang oleh ayahnya dipanggil ‘Perderik’ adalah salah satu dari sedikit arsitek yang namanya tercatat dalam sejarah Republik Indonesia. Friedrich sering kali disebut sebagai arsitek pengukir sejarah toleransi di Indonesia.[17] (PH)
Catatan Kaki:
[1] Hasanul Rizqa, “Secuil Sejarah Berdirinya Masjid Istiqlal”, dari laman http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-digest/17/03/04/omaksc396-secuil-sejarah-berdirinya-masjid-istiqlal, diakses 4 Februari 2018.
[2] “Istiqlal”, dari laman https://istiqlal.id/?page_id=362#more-362, diakses 4 Februari 2018.
[3] Hasanul Rizqa, Ibid.
[4] Ibid.
[5] “Istiqlal”, Ibid.
[6] Hasanul Rizqa, Ibid.
[7] Karta Raharja Ucu, “Mengenal Fredrich Silaban, Arsitek Masjid Istiqlal yang Beragama Protestan”, dari laman http://www.republika.co.id/berita/selarung/suluh/17/03/06/omcwuc282-mengenal-fredrich-silaban-arsitek-masjid-istiqlal-yang-beragama-protestan, diakses 4 Februari 2018.
[8] Barack Obama, “Remarks by the President at the University of Indonesia in Jakarta, Indonesia”, dari laman https://obamawhitehouse.archives.gov/the-press-office/2010/11/10/remarks-president-university-indonesia-jakarta-indonesia, diakses 4 Februari 2018.
[9] Karta Raharja Ucu, Ibid.
[10] “Istiqlal”, Ibid.
[11] Karta Raharja Ucu, Ibid.
[12] “Istiqlal”, Ibid.
[13] “Menara Masjid Istiqlal”, dari laman https://istiqlal.id/?cat=9, diakses 4 Februari 2018.
[14] Ibid.
[15] Ibid.
[16] “Istiqlal”, Ibid.
[17] Karta Raharja Ucu, Ibid.
[…] beberapa tahun saya di Jakarta, namun baru kali ini berkesempatan untuk sholat taraweh di Mesjid Istiqlal. Berdasarkan sumber sejarah, mesjid ini diprakasai oleh Presiden Soekarno pada tahun 1951, di […]