Peter Sanders: Mualaf yang Menjadi Fotografer Terkemuka Dunia (4)

in Mualaf




Pengalaman Sanders berkeliling dunia Islam selama puluhan tahun, telah membawanya pada pemahaman, bahwa akhlak adalah inti dari kehidupan Islam. Menurutnya “Tantangan yang dihadapi Islam adalah kita harus menjadi Islam. Itulah juga cara penyebaran Islam (yang benar).”

 

Kini, tahun 2019. Artinya perburuan Peter Sanders sudah berlangsung selama 50 tahun sejak dia memutuskan untuk mendedikasikan hidupnya memotret semangat peradaban Islam (the spirit of Islam) pada 1971. Selama lima dekade tersebut, dia sudah menempuh banyak rintangan dan tantangan. Salah satu kritik yang cukup tajam diterimanya, adalah aturan agama tentang boleh tidaknya mengambil gambar (memotret) mahluk hidup. Tapi hal-hal tersebut berhasil dilewati oleh Sanders dengan santai.

Sebagaimana diungkapkannya dalam satu wawancara:[1]

“Sejujurnya, itu hanya apa yang saya lakukan, jadi saya tidak melihat banyak masalah. Setelah beberapa saat, saya tentu saja menyadari bahwa beberapa orang berpikir itu salah. Saya mencoba memahami sudut pandang mereka, tetapi pada akhirnya saya sampai pada pemahaman bahwa yang sebenarnya dilarang adalah membuat gambar orang (mahluk) dalam bentuk tiga dimensi dan memberhalakannya. Tapi saya selalu merasa bahwa sebuah foto adalah seperti melihat wajah anda di cermin atau melihat pantulan di kolam. Saya tidak menciptakan sesuatu yang tidak ada di sana – saya juga tidak menggunakan gambar untuk beribadah.

Hal lain adalah saya sering memotret orang-orang yang sangat berevolusi secara spiritual dan skolastik. Mereka tidak pernah menolak untuk membiarkan saya mengambil foto mereka. Jadi jika itu salah, mengapa orang-orang ini membiarkan saya melakukannya? Dan, di sisi lain, orang-orang yang mendatangi anda dan mengatakan bahwa fotografi itu haram, yah, ketika anda membahas hal ini dengan mereka, anda dapat merasakan bahwa seluruh sifat mereka sangat sempit, seringkali sangat menghakimi dan biasanya tidak terlalu ilmiah. . Jadi sampai seseorang dapat menemukan bukti yang bisa saya terima, saya tidak akan merasa terganggu.”

Ketika ditanya tentang pandangannya mengenai Islamiphobia, Sanders menjawab;[2]

“Itu semua persoalan yang tentu saja rumit. Kami misalnya tidak bisa mengatakan bahwa minoritas (Muslim) yang menyulut pandangan radikal dan menyimpang tentang Islam ini tidak ada. Dan masalah dengan jenis minoritas seperti itu adalah bahwa mereka selalu berteriak sangat keras sehingga semua orang menjadi sadar akan mereka. Sementara apa yang saya sebut ‘mayoritas yang diam’ cenderung tak disadari (bahwa mereka ada – pen).

Sebenarnya, saya pikir mayoritas yang diam, termasuk saya, harus menemukan apa sebenarnya Islam itu. Dan di atas semua itu, kita harus menjadi Islam. Kita tidak bisa mengatakan ‘Islam itu damai’ dan kemudian begitu ada sesuatu yang tidak beres dalam hidup, kita mulai berteriak dan berteriak.

Tidak ada yang akan percaya bahwa Islam itu damai jika kita bukan makhluk yang damai. Saya sering bertanya-tanya apa yang akan terjadi jika sepuluh ribu Muslim keluar untuk protes, duduk, diam, berperilaku baik dan mungkin melantunkan doa. Sedikit seperti umat Buddha – mereka sering menjadi contoh yang lebih baik dari kedamaian itu daripada kita. Jadi saya benar-benar tidak mengerti mengapa orang Muslim begitu cepat merasa bahwa mereka harus berteriak dan berteriak. Itu tidak mengubah apa pun, itu tidak membantu situasi.

Tetapi bagaimana Anda memengaruhi semua hal itu? Saya tidak begitu tahu. Seperti saya katakan, tantangan yang dihadapi Islam adalah kita harus menjadi Islam. Itulah juga cara penyebaran Islam: dengan contoh dari beberapa orang yang sangat berevolusi secara spiritual yang baik dan penuh kasih sayang. Mereka memiliki semua kualitas luar biasa yang dapat Anda temukan pada orang hebat mana pun dari agama apa pun.”

Dengan kata lain, Sanders ingin mengatakan bahwa setiap orang adalah “gambar”/objektifikasi dari  wujud spiritualitas mereka sendiri. Pengalamannya selama puluhan tahun, telah membawanya pada pemahaman, bahwa akhlak adalah inti dari kehidupan Islam.

Untuk itulah dia membuat proyek fotografi yang terbilang unik, yang bertajuk “Meetings with Mountains”. Isinya adalah mengenai sosok-sosok penting yang dikenal memiliki akhlak tinggi nan mulia. Sander mengumpamakan orang-orang ini sebagai “gunung” di antara manusia.

Ilustrasi buku karya Peter Sanders “Meeting with Mountains”. Sumber gambar: ifdcouncil.org

Sebagaimana diungkap Sanders dalam wawancaranya, “…Salah satu alasan mengapa saya benar-benar ingin menyatukan semua orang-orang hebat ini, karena itu adalah sisi spiritual Islam yang hampir tidak pernah disajikan. Dalam setiap agama selalu ada orang suci tetapi entah bagaimana banyak orang tidak berpikir anda juga dapat menemukan mereka dalam Islam. Dan bahkan banyak Muslim tidak tahu tentang mereka karena mereka tidak mencari ketenaran dan karena itu, mereka sering tetap tersembunyi.”

Suasana pada launching buku karya Peter Sanders, London. Sumber gambar: ifdcouncil.org

Karya Sanders “Meeting with Mountains” sudah di launching pada 10 Juli 2019 lalu di London. Buku tersebut tersusun dari 380 halaman, dan memuat 250 foto pria dan wanita dari seluruh dunia Islam yang ditemui oleh Sanders sejak tahun 1971. Sebagian dari mereka ada yang masih hidup. Tapi umumnya mereka sudah wafat. Syaikh Hamza Yusuf dalam kata pengantar untuk buku ini mengatakan: “Mereka (yang ditampilkan dalam buku ini) berdiri di atas umumnya pencapaian manusia. Bukan oleh keberhasilan duniawi mereka, tetapi oleh pencapaian batin untuk mengatasi ego dan memahami tujuan sejati umat manusia: (yaitu) untuk mengetahui, mencintai, dan mengabdi pada Yang Ilahi.”[3]

Sumber video: Youtube

(AL)

Selesai…

Sebelumnya:

Catatan kaki:


[1] Lihat, Peter Sanders – Images of Islam, https://www.halalmonk.com/peter-sanders-images-of-islam, diakses 18 Juli 2019

[2] Ibid

[3] Lihat, Peter Sanders Launches “Meeting with Mountains”, https://www.ifdcouncil.org/peter-sanders-launches-meeting-with-mountains/, diakses 20 Juli 2019

1 Comment

  1. Masha Allah.. Peter Sanders ini sudah saya tau namanya beberapa tahun lalu. Tapi saya belum membaca artikel biografi dan perjalanannya sebagus ini.. Sebelumnya hanya mengetahui secara umumnya seperti apa beliau, dan hasil2 foto-fotonya. Selain itu, juga menonton Reflection antara Peter Sanders dan Sami Yusuf. Inspiratif, dan masuk jajaran muslim berpengaruh di dunia (lainnya, seperti Sami Yusuf, Sheikh Hamza Yusuf, Imam Suhaib Webb, Cat Steven (Yusuf Islam), dll..). Terima kasih untuk artikel yg satu ini 🙂

Leave a Reply to Rahma Frida Cancel reply

Your email address will not be published.

*