Shalahuddin Al Ayyubi (4): Lahirnya Seorang Legenda

in Tokoh

Raja agung itu, pada saat meninggal, ia hanya meninggalkan harta sebesar 40 keping perak dan satu koin emas. Sisa hartanya sudah habis dibagikan kepada fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkan.”

—Ο— 

 

Setelah menaklukan Yerusalem, tentara Salib tidak menyerah begitu saja. Tantangan selanjutnya bagi Shalahuddin, adalah mengembalikan kedamaian di kota itu, yang sebelumnya sudah renggang akibat pengelolaan yang salah dari pemerintahan tentara Salib sebelumnya.

Berbeda sekali dengan tentara Salib yang ketika memasuki Yerusalem justru membantai kaum Muslimin dan Yahudi, Shalahuddin, justru memasuki wilayah itu dengan damai. Sebaliknya, tentara Salib yang tersisa disana, karena didorong oleh rasa takut, justru mengancam akan menghancurkan Dome of the Rock, kecuali umat Islam menjamin keselamatan mereka.

Atas tindakan ini, Shalahuddin akhirnya bersedia menyetujui tuntutan mereka. Bahkan ia menebus nyawa para penduduk Yerusalem dan tentara Salib. Sekitar 18.000 sandera dibebaskan, dan sisanya sekitar 14.000 orang, 1000 diantaranya diminta oleh saudara Shalahuddin dengan alasan untuk dijadikan sebagai propertinya, dan ini diperkenankan oleh Shalahuddin. Setelah 1000 orang tersebut di miliki oleh saudaranya, kemudian ia membebaskan semuanya. Sebuah sikap yang tidak pernah ditunjukkan oleh tentara Salib pada sat pertama kali mereka menaklukkan Yerusalem pada 1099 M.

Tidak hanya itu, ia juga juga mendengarkan permohonan orang-orang miskin, yang tidak mampu membayar tebusan atas diri mereka. Kepada mereka, Shalahuddin membebaskan tanpa syarat. Meski sikap ini terlihat sangat mulia, namun secara strategis, ternyata sikap ini salah. Belas kasih yang berlebihan diberikan pada tentara Salib dan toleransi yang sangat tinggi kepada para tentara ini, akan dituai nanti oleh Shalahuddin. Kelak, mereka kembali berkelompok menyusun kekuatan dan berhasil melemahkan kekuatan pasukan kaum Muslimin di Acre, sehingga mengalami kekalahan.

Kisah jatuhnya Yerusalem ke tangan kaum Muslimin segera disambut berbagai tanggap di Eropa. Umumnya mereka tidak menerima kenyataan ini. Seorang sejarawan bahkan menyatakan, Paus Urban III meninggal karena shock ketika mendengar kabar tersebut. Penggantinya, Paus Gregory VIII kemudian menyerukan Perang Salib lainnya untuk merebut kembali Yerusalem. Deklarasikan ini menandakan dimulainya Perang Salib III.

Sebagai pembuka tentara Salib merebut pelabuhan Tirus (sekarang Lebanon). Sebuah kota pesisir yang strategis untuk menjadi kantong kekuatan awal tentara Salib, sebelum akhirnya bergerak menunju Yerusalem. Setelah menaklukan Tirus dengan mudah, akibat gagalnya pasukan Shalahuddin mengkonsolidasikan diri, gelombang pasukan Salib dari Eropa mulai datang secara bergelombang.

Gelombang kedatangan pasukan Salib ini baru selesai hingga dua tahun berikutnya. Diantara mereka ada legenda yang tak kalah pamornya dengan Shalahuddin, yaitu Raja Inggris, Richard I, Coeur de Lion, atau Richard Si Hati Singa (Richard the Lion Heart). Segera setelah tiba, Richard mengirim surat kepada Shalahuddin untuk melakukan pertemuan. Namun Shalahuddin menolak dengan menjawab bahwa bukan kebiasaan yang baik bagi kedua raja bertemu di tengah sebuah pertempuran hingga terjadi genjatan senjata yang disetujui kedua belah pihak.

Pertempuran antara kedua pasukan ini lalu berlanjut dari Agustus 1189 sampai Juli 1191, yang berakhir dengan kekalahan pasukan kaum Muslimin dan jatuhkan kota Acre ke tentara Salib. Setelah kekalahan ini, gencatan senjatapun dilakukan, dan kedua raja bertemua untuk menegosiasikan pembebasan 3000 pasukan Muslim yang disandera oleh pasukan Salib. Namun perundingan ini ternyata berjalan alot, dan Richard akhirnya frustasi. Ia lalu mengambil tahan Muslim yang ada di Acre, temasuk diantaranya wanita dan anak-anak, kemudian membawanya ke puncak bukit di luar kota agar terlihat oleh pasukan kaum Muslimin. Seketika, ia mengeksekusi semua tahanan tersebut dengan cara memenggal kepala mereka. Menjawab ini, Shalahuddin kemudian mengeksekusi tentara Salib yang ada di Damaskus.

Beberapa bulan kemudian, pada September 1191, Richard dan Shalahuddin kembali melakukan pertempuran Arsuf (sekarang Palestina). Dalam pertempuran kali ini, Richard lagi-lagi menang, disebabkan oleh faktor kepemimpinannya yang kuat. Namun meski kalah beberap kali, Shalahuddin bukan raja yang kebanyakan. Ia memiliki kesabaran dan napas perjuangan jangka panjang yang sangat tangguh. Bahkan ketika salah satu peristiwa, pasukan Richard mengalami kekalahan disatu pertempuran yang kecil, dan Richard kehilangan kudanya, Shalahuddin mengirimkan tongkat dan kuda untuk membantunya kembali. Kisah ini kemudian menjadi legenda yang semakin mengharumkan nama Shalahuddin sebagai raja yang agung.

Setelah kemenangan demi kemenangan yang berhasil diraihnya, dan pasukan Richard sudah menguasai wilayah yang cukup luas, namun mereka akhirnya menyadari, bahwa rangkaian pertempuran ini masih sangat jauh untuk sampai ke Yerusalem, apalagi menaklukkan kekuasaan dinasti Ayyubiyah.  Ditambah lagi, Richard memahami bahwa yang dihadapinya bukanlah raja biasa. Pada satu musim dingin, banyak tantara Salib mengalami sakit, termasuk Richard. Shalahuddin lagi-lagi menunjukkan kebesaran jiwanya dengan mengirim dokter pribadinya kepada Richard untuk mengobatinya. Melihat ini, Richard semakin tidak percaya pada kemampuan dirinya. Dan akhirnya ia mulai mecari jalan keluar dari semua keadaan ini. ia menawarkan kepada Shalahuddin untuk menikahi saudarinya, Joan of England. Sebagai hadiahnya adalah Yerusalem yang akan diduduki dan diperintah bersama oleh kaum Muslimin dan Kristen.

Namun rencana imajinatif ini ditolak oleh Joan. Ia begitu marah kapada kakaknya dan kembali ke Inggris sesegera mungkin. Di Inggris sendiri, saudara laki-lakinya, John sedang melakukan pemberontakan terhdap kekuasaan Richard dan mengambil alih tahta. Mendapat kabar ini, Richard bergegas pulang kampong. Tapi sebelumnya, ia ingin menyelesaikan perkaranya dengan Shalahuddin. Pada bulan Juni 1192, Perjanjian Ramla terjadi antara Richard dan Shalahuddin. Isinya antra lain, Yerusalem tetap berada dibawah kendali kaum Muslimin asalkan para peziarah Kristen dibebaskan untuk melakukan ibadahnya di kota suci tersebut. terkait dengan batas wilayah, semua daerah taklukan Richard akan tetap dihormati sebagai miliki tentara Salib.

Timur Tengah (1190 M). Wilayah kekuasaan Shalahuddin (warna merah); Wilayah yang direbut kembali dari pasukan salib 1187-1189 (warna merah muda). Warna hijau terang menandakan wilayah pasukan salib yang masih bertahan sampai meninggalnya Shalahuddin. Sumber: wikipedia.org

 

Segera setelah tercapainya perjanjian ini, Richard kembali ke negaranya. Adapun Shalahuddin, ia kembali ke Damaskus, tempat ia memulai langkah pertamanya di panggung sejarah dunia. Tak lama tinggal di Damaskus, dia terserang demam dan akhirnya meninggal dunia di usia 56 tahun. Yang membuat namanya semakin dihormati, pada saat meninggal, ia hanya meninggalkan harta sebesar 40 keping perak dan satu koin emas. Sisa hartanya sudah habis dibagikan kepada fakir miskin dan orang-orang yang membutuhkan.

Setelah Shalahuddin meninggal, namanyapun ikut memudar dalam sejarah seiring dengan semakin banyaknya raja-raja Muslim yang berkuasa. Namanya kembali dikenali sejak Sir Walter Scott menulis novel, berjudul “The Talisman” (1825). Sosoknya mulai diingat kembali oleh dunia barat maupun timur sebagai legenda raja yang agung. Richard the Lion Heart, yang pernah secara langsung melakukan kontak dengan Shalahuddin dalam sebuah pertempuran yang sangat panjang, memujinya sebagai “pemimpin terbesar dan paling kuat dalam dunia Islam”.[1] (AL)

Selesai

 

Catatan: Artikel ini merupakan adaptasi dan terjemahan dari buku: Eamon Gearon, Turning Points in Middle Eastern History, (Virginia: The Great Courses, 2016), chapter 16, Halaman 126-135. Adapun informasi lain yang didapat dari luar buku tersebut dicantumkan dalam catatan kaki.

 

Sebelumnya

Shalahuddin Al Ayyubi (3): Penaklukan Yerusalem

Catatan kaki:

[1] Lihat, http://islamidia.com/sejarah-lengkap-kehidupan-shalahuddin-al-ayyubi-dari-lahir-sampai-meninggal-dunia/, diakses 13 Desember 2017

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*