Shalahuddin Al Ayyubi (3): Penaklukan Yerusalem

in Tokoh

Last updated on April 26th, 2018 03:40 pm

 Shalahuddin kemudian menyeret mayat Raynald ke hadapan Guy Lusignan yang saat itu sudah gemetar ketakutan. Melihat keadaan Guy, Shalahuddin dengan tersenyum berkata bahwa “seorang raja tak akan membunuh raja yang lain. Ia (Raynald) dipenggal karena kejahatannya yang begitu besar.”

—Ο—

 

Mungkin sebagian kita pernah menonton film “Kingdom of Heaven”, yang dibintangi oleh Orlando Bloom, dan disutradarai oleh Ridley Scott. Film yang rilis pada tahun 2005 ini menceritakan saat terakhir kota Yerusalem jatuh ke tangan pasukan Shalahuddin Al Ayyubi. Secara umum cerita film ini relatif objektif untuk masing-masing versi (Islam dn Kristen). Hanya saja yang tidak diceritakan, adalah penyebab terjadinya pengepungan kota Yerusalem itu sendiri, yang sebenarnya merupakan inti dari semua cerita dalam film ini.

Kisah dimulai ketika Shalahuddin Al Ayyubi berhasil mendirikan dinasti Ayyubiyah di Mesir menggantikan Dinasti Fatimiyah. Kisah keberhasilannya menyebar kemana-mana. Satu persatu wilayah di sekitar Mesir jatuh, demikian juga dengan wilayah di sepanjang pesisir laut merah dan sebagian jazirah arab, bahkan hingga Damaskus di Syiria. Penaklukan Syiria ini dilakukan setelah pada tahun 1174, Nuruddin atasan Shalahuddin sebelumnya di Damaskus, meninggal dunia. Ia mewariskan keturunan yang lemah untuk memimpin wilayah tersebut. Atas pertimbangan inilah, Shalahuddin kemudian mengambil alih kekuasaan di sana.[1]

Di Mesir sendiri basis kekuatan Shalahuddin terus di sempurnakan. Salah satu ancaman terbesar setelah jatuhkan dinasti Fatimiyah adalah dari kelompok Assassin yang masih menyimpan amarah atas jatuhnya dinasti Fatimiyah. [2] Mereka melakukan teror dalam kekuasaan Shalahuddin. Setidaknya dua kali ancaman pembunuhan serius dialami oleh Shalahuddin dari kelompok ini. Karena merasa tidak nyaman, dia memutuskan untuk menghancurkan markas kelompok ini yang berada benteng Alamut, Iran. Pada saat itu, Khalifah Abbasiyah telah mengakui kedaulatan wilayah Ayyubiyah. Namun dalam perjalanannya, suatu peristiwa mengejutkan terjadi. Ketika bangun dari tidurnya, ia mendapatkan belati beracun tergeletak di sisinya, dengan pesan agar ia mengurungkan niatnya ke Alamut. Melihat kenyataan ini, Shalahuddin menyadari bahwa ia sesungguhnya sudah mati bila kelompok ini menghendakinya. Ia kemudian memutar pasukannya kembali ke Mesir, dan mengajukan perdamaian dengan kelompok Assassin.[3]

Setelah menyelesaikan semua urusan dalam negerinya, Shalahuddin kemudian menyatukan semua wilayah Muslim ke dalam satu kesatuan kekuasaannya. Sehingga untuk pertama kalinya, setelah cukup lama berlalu, Umat Islam di wilyah barat dan Afrika berada dalam satu naungan kekuasaan yang solid.

Supremasi kekuasaan Shalahuddin ini ternyata secara perlahan mulai mengganggu eksistensi kekuasaan pasukan Salib yang berkuasa di Yerusalem. Mereka sudah menguasai kota suci ini tak lama sejak Paus Urban mendeklarasikan perang Salib tahun 1095 di Clermont, Selatan Perancis. Sejak saat itu, mereka nyaris menguasai semua wilayah di sekitar Yerusalem, termasuk jalur-jalur perdagangan di wilayah tersebut. Tapi situasi berubah sejak berdirinya dinasti Ayyubiyah. Belum pernah sebelumnya, mereka di kelilingi wilayah-wilayah Muslim yang bersatu. Sedang di sisi lain, perpecahan yang parah juga terjadi di internal kubu pasukan Salib yang menguasai Yerusalem.

Kontak antara pasukan Salib dengan Shalahuddin terjadi pertama kali pada tahun 1177 M, dalam pertempuran Montgisard. Dalam pertempuran ini pasukan Shalahuddin mengalami kekalahan, dan berakhir dengan perjanjian damai dengan Raja Baldwin IV, yang menderita kusta. Dengan kekalahan ini, jalur perdagangan di wilayah sekitar Israel (sekarang) dikendalikan oleh pasukan Salib. Jalur ini adalah jalur penting, karena setiap tahun kaum Muslimin berangkat Haji melalui jalur ini.

Namun usia perjanjian ini tidak berlangsung lama. Pada tahun 1185 Baldwin IV meninggal dunia. Kematiannya menandai kekisruhan hebat di dalam tubuh kekuasaan pasukan Salib di Yerusalem.  Baldwin V naik tahta di usianya yang sangat belia. Dan hanya setahun berkuasa ia pun meninggal dunia tanpa meninggalkan keturunan. Kedudukannya kemudian digantikan oleh Guy Lusignan suami dari ibu Baldwin V, Sibylla. Atas hak Sibylla-lah sebenarnya Guy Lusignan menguasai tahta ini. Dan ini menuai kecaman yang luas dari para saingannya.

Salah satu pendukung setia Guy Lusignan adalah Raynald dari Chatillon (Raynald of Chatillon), yang ternyata membawa petaka bagi seluruh kekuasaan pasukan Salib di Yerusalem. Ia dengan sengaja melanggar perjanjian antara Shalahuddin dengan Baldwin IV dengan mengganggu kaum Muslimin yang berangkat haji. Ia menjarah, serta melakukan penyiksaan, dan membunuh para peziarah Muslim di Hijaz, atau barat jazirah Arab. Atas perbuatan Raynald ini, penguasa Yerusalem kemudian mendahului memohon maaf dan memperbaharui perjanjian dengan Shalahuddin. Tapi lagi-lagi, Raynald mengkhianati kesepakatan ini dengan menyerang kafilah peziarah lainnya. Ia membunuh adiknya Shalahuddin, bahkan mengancam akan menyerang Mekkah dan menghancurkan tanah suci. Atas perbuatan ini, Shalahuddin tidak bisa mentolelir lagi.

Fokusnya saat ini hanya ke Yerusalem. Pada tahun 1187, dia bergerak dengan kekuatan sekitar 30.000 pasukan infanteri dan 12.000 pasukan kaveleri, menuju Yerusalem. Sedang pasukan Salib yang ada di Yerusalem waktu itu diperkirakan hanya berjumlah 20.000 personil. Secara taktis sebenarnya pasukan Salib mudah untuk memilih strategis bertahan di dalam benteng Yerusalem sebagai cara terbaik bertahan hidup. Hanya anehnya, mereka memilih untuk menghadapi pasukan Shalahuddin di luar Yerusalem, dan keluar dari benteng-benteng mereka. Bahkan diceritakan, mereka keluar tanpa persiapan yang matang, dan dengan logistik yang terbatas.[4]

Skema pertempuran Hattin. Sumber gmbar: awesomestories.com

Setelah berjalan satu hari penuh, pasukan Salib akhirnya bertemu dengan pasukan Shalahuddin di wilayah perbukitan yang dikenal dengan tanduk Hittin. Sekarang wilayah ini terletak di kawasan Teberias, Israel.[5] Tanpa persiapan yang matang, ditambah minimnya logistik yang dimiliki, dan jumlah pasukan yang terbatas, mudah sekali bagi pasukan Shalahuddin menghancurkan pasukan Salib. Setibanya di Hittin, pasukan ini langsung dikepung dan dibombardir dengan panah. Kehausan dan frustasi membuat pasukan Salib tidak terkoordinir baik. Eamonn Gaeron menyebut ini lebih sebagai pembantaian daripada sebuah pertempuran. Akhinya mudah ditebak, pasukan Salib menyerah dengan hanya menyisakan 3000 personil lagi, termasuk Guy Lusignan raja Yerusalem, dan Raynald.[6]

Ilustrasi lukisan Shalahuddin Al Ayyubi dan Pasukan Salib, pasca pertempuran Hattin 1187. Sumber: commons.wikimedia.org

Shalahuddin kemudian memerintahkan untuk mengeksekusi sekitar 200 orang Ksatria Templar, sedang sisanya di bawa ke Damaskus sebagai tawanan. Shalahuddin menetapkan sejumlah bayaran sebagai tebusan atas mereka. Adapun kepada Raynald, ia tanpa ampun langsung di eksekusi dengan cara di penggal oleh Shalahuddin sendiri. Setelah itu, ia menyeret mayat Raynald ke hadapan Guy Lusignan yang saat itu sudah gemetar ketakutan. Melihat keadaan Guy, Shalahuddin dengan tersenyum berkata bahwa “seorang raja tak akan membunuh raja yang lain. Ia (Raynald) dipenggal karena kejahatannya yang begitu besar.” Ungkapan ini begitu terkenal sebagai bentuk kemuliaan hati Shalahuddin. Dan dicatat dengan tinta emas oleh para sejarawan baik di timur maupun di barat.[7]

Raja Guy kemudian dibawa ke Damaskus dan tak lama kemudian dibebaskan. Sedang Shalahuddin terus melanjutkan ekspedisinya menaklukkan Yerusalem. Dengan hilangnya kekuatan inti pasukan Salib di pertempuran Hittin, Yerusalem pun ini menyerah tanpa syarat kepada pasukan Shalahuddin, setelah pengepungan beberapa hari. Pada 2 Oktober 1187, praktis 52 kota dan istana di sekitar Yerusalem dikuasi oleh Shalahuddin. (AL)

Bersambung…

Shalahuddin Al Ayyubi (4): Lahirnya Seorang Legenda

Sebelumnya:

Shalahuddin Al Ayyubi (2): Lahirnya Dinasti Ayyubiyah

 

Catatan kaki:

[1] Lihat, https://www.thoughtco.com/saladin-hero-of-islam-195674, diakses 5 Desember 2017

[2] Untuk lebih jauh mengetahui tentang kelompok Assassin ini, lihat,

[3] Lihat, https://www.thoughtco.com/saladin-hero-of-islam-195674, Op Cit

[4] Lihat, Eamonn Gearon, Turning Points in Middle Eastern History; Course Guidebook, United States of America, The Teaching Company, 2016, Hal. 128

[5] Medan pertempuran ini disebut tanduk karena ciri geografisnya dengan kontur berbukit ganda.  Wilayah ini terletak di sisi suatu lintasan pegunungan utara antara Tiberias dan jalan dari Akko menuju timur. Jalan Darb al-Hawarnah, dibangun oleh bangsa Romawi, berfungsi sebagai pelintasan timur-barat yang utama antara arungan-arungan Sungai Yordan, Danau Galilea dan pantai Mediterania. Lihat, https://id.wikipedia.org/wiki/Pertempuran_Hittin, diakses 5 Desember 2017

[6] Lihat, Eamonn Gearon, Op Cit, Hal. 129

[7] Lihat, http://www.republika.co.id/berita/ramadhan/ibrah/13/07/04/mpe2sl-hari-ini-di-1187-salahuddin-mengalahkan-guy-dari-lusignan, diakses 5 Dsember 2017

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*