“Pada umumnya pada masa kini orang-orang menggunakan sikat gigi sintetis modern untuk membersihkan gigi. Namun, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) malah pernah merekomendasikan Siwak karena dinilai murah dan efektif.”
–O–
Dengan meningkatnya kejadian penyakit mulut yang disebabkan oleh kebersihan mulut yang buruk, penghapusan plak gigi secara mekanis menggunakan sikat gigi modern dari bahan sintetis telah dianggap sebagai cara yang efektif dalam pencegahan karies gigi dan penyakit periodontal.[1] Penggunaan sikat gigi sintetis saat ini umum digunakan oleh mayoritas orang di berbagai belahan dunia.
Sebagaimana telah dibahas pada artikel sebelumnya, kegiatan membersihkan gigi dan mulut sebenarnya adalah sebuah tradisi yang sudah berlangsung selama ribuan tahun. Metode menjaga kebersihan mulut bervariasi dari budaya ke budaya, pun dari masa ke masa.
Di dalam Islam sendiri, banyak dari prinsip-prinsip kebersihan gigi dikaitkan langsung dengan Nabi Muhammad SAW. Dalam menjaga kesehatan gigi dan mulut, beliau mempertahankan dan mengembangkan tradisi Timur Tengah yang sudah berlansung sangat lama sebelum kedatangan Islam. Riwayat mengisahkan bahwa Nabi Muhammad SAW secara konstan menggunakan Siwak dari sejak setelah terbangun, setelah makan, dan sebelum membaca doa dan Al-Quran.[2]
Sementara itu dunia terus bergerak, berubah, dan berkembang, begitu pula dengan metode menjaga kesehatan gigi dan mulut, kebutuhan global terhadap metode praktek kesehatan gigi dan mulut dituntut untuk serba efektif, murah, dan efisien. Dapatkah pemakaian Siwak menjawab tantangan kebutuhan masyarakat dunia?
Penggunaan Siwak di Masa Kini
Untuk sementara ini belum didapatkan data statistik yang pasti berapa banyak orang di dunia yang menggunakan Siwak sebagai alat utama untuk membersihkan mulut dan gigi. Namun, walaupun tidak disebutkan berapa angkanya, kalangan medis mengatakan bahwa pengguna Siwak tersebar luas di dunia. Bahkan beberapa komunitas di berbagai daerah di dunia menggunakan siwak sebagai alat pembersih gigi dan mulut yang utama.[3]
Tradisi “mengunyah stik”—istilah mengunyah stik mungkin agak keliru, sebab sebenarnya mengunyah ujung stik hanya dilakukan di awal agar ujung stik tersebut menjadi lembut dan berubah bentuk menjadi serat—dari berbagai macam jenis tumbuhan ditemukan dalam berbagai budaya di dunia, di antaranya Koyoji dalam bahasa Jepang, Qesam dalam bahasa Ibrani, Damar Wangi dalam bahasa Latin, Mefaka di Amharic, dan Datun dalam bahasa Hindi.[4]
Untuk kasus di Indonesia, mungkin saat ini sangat jarang yang menggunakan Siwak sebagai alat utama untuk menjaga kebersihan mulut. Berapa orang anggota keluarga anda yang menggunakannya secara konstan? Berapa rumah dari tetangga anda yang pakai? Sekali lagi, secara statistik belum pernah ada penghitungan secara resmi, namun secara sekilas nampaknya siapa saja yang menggunakannya Siwak dalam sehari-sehari jumlahnya sedikit apabila dibandingkan dengan orang yang menggunakan sikat gigi sintetis modern buatan pabrik.
Kembali ke tradisi Islam, beberapa Imam Madzhab berbeda pendapat mengenai penggunaan Siwak ini, mereka menafsirkan Siwak dengan definisi yang berbeda. Menurut mazhab Syafi’i dan Maliki, hakikat Siwak adalah fungsinya, yakni dapat membersihkan mulut, bukan benda yang digunakan. Sehingga, seseorang yang membersihkan gigi menggunakan sikat gigi modern pun, mendapatkan keutamaan bersiwak seperti yang disebutkan dalam hadist.[5]
Sementara menurut madzhab Hanafi dan Hambali, hakikat Siwak adalah benda yang dipergunakan. Sehingga, yang mendapatkan keutamaan bersiwak adalah hanya mereka yang mempergunakan kayu Siwak dalam membersihkan gigi.[6]
Sebagian besar penduduk Indonesia adalah penganut madzhab Syafi’i, karena berdasarkan catatan sejarah, sebagian besar ulama-ulama yang pertama kali menyebarkan Islam di Indonesia bermadzhab Syafi’i.[7] Di atas telah disebutkan, bahwa Imam Syafi’i dalam hal penggunaan Siwak lebih menekankan kepada fungsi, bukan bendanya. Sehingga, dengan umumnya sikat gigi modern digunakan sebagai pengganti Siwak (dalam arti tanaman) mestinya bagi masyarakat Indonesia itu tidak menjadi persoalan.
Meskipun demikian, di luar perdebatan mengenai hukum Islam, sebagaimana telah dibahas pada artikel sebelumnya, nyatanya Siwak mengandung banyak sekali zat yang bermanfaat bagi kesehatan. Perlu diketahui, penelitian ilmiah mengenai kandungan di dalam Siwak belum lama dilakukan. Hasilnya, dunia medis malah merekomendasikan penggunaan Siwak karena itu baik bagi kesehatan.[8]
Bahkan, menurut Aziza al-Mubarak, salah satu dokter gigi dari King Saud University, mengatakan bahwa pada tahun 1986, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pernah merekomendasikan penggunaan siwak untuk membersihkan gigi dan mulut.[9] WHO merekomendasikan dan mendorong penggunaan Siwak sebagai alat kebersihan mulut yang murah dan efektif di area yang lazim. Ketersediaannya yang mudah, harganya yang murah, kesederhanaannya, dan penggunaannya telah dipelajari secara ekstensif di berbagai daerah di seluruh dunia di mana Siwak dapat memainkan peran penting dalam menjaga kebersihan mulut.[10] Jadi, anda pilih yang mana? (PH)
Selesai.
Artikel Sebelumnya:
Catatan Kaki:
[1] Basil H. Aboul-Enein, The miswak (Salvadora persica L.) chewing stick: Cultural implications in oral health promotion, (The Saudi Journal for Dental Research (2014) 5, 9–13), hlm 9.
[2] Aziz SR. Dentistry during the golden age of Islam. J N J Dent Assoc 1992;63(4):49–51; Herschfeld JJ. Dentistry in the writings of Albucasis during the golden age of Arabian medicine. Bull Hist Dent 1987;35(2): 110–4; dalam Basil H. Aboul-Enein, Ibid., hlm 10.
[3] Basil H. Aboul-Enein, Loc. Cit.
[4] Aziz SR, Loc. Cit., dalam Basil H. Aboul-Enein, Loc. Cit.
[5] Ahmad Anshori, “Sikat Gigi Apakah Termasuk Siwak?”, dari laman https://konsultasisyariah.com/30276-sikat-gigi-apakah-termasuk-siwak.html, diakses 14 Januari 2018.
[6] Ibid.
[7] Kabul Astuti, “Mengapa Umat Islam Indonesia Bermazhab Syafi’i? Ini Jawabannya”, dari laman http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/16/06/02/o84jwk320-mengapa-umat-islam-indonesia-bermazhab-syafii-ini-jawabannya, diakses 14 Januari 2018.
[8] Sofrata A, Brito F, Al-Otaibi M, Gustafsson A. Short term clinical effect of active and inactive Salvadora persica miswak on dental plaque and gingivitis. J Ethnopharmacol 2011;137(3):1130–4, dalam Basil H. Aboul-Enein, Loc. Cit.
[9] Retno Wulandhari, “Siwak, Warisan Rasulullah yang Diakui WHO”, dari laman http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/islam-digest/16/10/19/ofafg2313-siwak-warisan-rasulullah-yang-diakui-who, diakses 14 Januari 2018.
[10] Basil H. Aboul-Enein, Ibid., hlm 9.