“Para politisi korup di Nigeria tidak bisa menghentikan penyebaran Islam dengan cara membunuh pengikut Islam sejati. Bagaimanapun, Islam sesungguhnya menyebar sekarang tidak hanya di Nigeria, tapi juga di semua negara Afrika Barat. Segera, warisan Syeik Ibrahim Zakzaky akan mendominasi tidak hanya Nigeria, tapi juga semua negara di Afrika Barat.”
—Ο—
Syeik Ibrahim Zakzaky merupakan seorang Ulama mahzab Syiah. Awalnya, dakwah beliau tidak secara vulgar mendeklarasikan identitas mahzabnya. Namun sejak didirikannya Islamic Movement of Nigeria (IMN) pada tahun 1999, warna dakwahnya mulai terang-terangan terlihat. Sejak itu, semakin hari dukungan terhadap IMN semakin besar. Hal ini terlihat dari jumlah pengunjung yang datang ketika terjadi acara-acara peringatan hari besar Umat Islam Syaiah seperti Asyura, Idul Ghadir, dan lain sebagainya. Tapi sebaliknya, represi pemerintah juga semakin keras terhadap Syeik Ibrahim Zakzay dan kelompoknya. Di setiap peringatan hari-hari besar ini pula penjagaan dari aparat kian diperketat dari waktu ke waktu.
Secara demografis, jumlah penduduk Nigeria berjumlah sekitar 180 juta jiwa. Sekitar 50% diantaranya beragama Islam, dan hanya sebagian kecil yang menganut mahzab Syiah. Namun demikian, kelompok Islamic Movement of Nigeria (IMN) yang dipimpin oleh Syeik Ibarahim Zakzaky memang kelompok yang paling populis dan sangat menonjol di Nigeria. Sehingga sangat wajar bila setiap rezim yang berkuasa selalu mengkhawatirkan setiap gerakan dan protes yang dilakukan oleh kelompok ini.[1] Padahal menurut banyak kesaksian kelompok, baik pendukungnya maupun kelompok lainnya, bahwa apa yang diserukan Syeik Ibrahim Zakzaky tidak lain merupakan dakwah yang sewajarnya digaungkan oleh setiap ulama yang sesungguhnya (menyeru pada kebenaran dan memusuhi kebathilan).[2]
IMN, yang dikenal anggotanya dengan “yan broda” atau Persaudaraan Kaum Muslimin (Muslim Brothers), adalah kelompok oposisi pemerintah yang paling vokal di Nigeria. Bahkan meski Nigeria dipimpin oleh rezim militer, kelompok ini tidak pernah surut menyuarakan protesnya. Sejak awal berdirinya, gesekan dan benturan dalam bentuk kecil kerap terjadi antara kelompok ini dengan aparat keamanan bahkan militer. Meski begitu, kelompok IMN nyaris tidak pernah terlibat dalam urusan politik praktis, seperti mengikuti ajang pemilihan umum.[3]
Sebaliknya, mereka justru lebih aktif dalam bidang sosial keagamaan. Kelompok ini memberikan prioritas yang tinggi pada peningkatan mutu pendidikan, serta mendirikan sejumlah besar sekolah Islam bertipe modern dan dengan mata pelajaran sekuler modern. Disamping itu, mereka tetap rajin menggelar majelis-majelis ilmu di masjid (ta’alim). Di bidang sosial lainnya, kelompok ini juga mengelola sejumlah klinik dan rumah sakit dengan praktisi medis terlatih, termasuk dokter, yang merawat korban krisis dan bencana, yang seringkali bebas biaya. Terkait dengan hal ini, Syeik Ibrahim Zakzaky bahkan pernah mendapatkan sertifikat pujian dari Klub Donor Darah Sukarela Nigeria di Jos.[4]
Aktivitas penting lainnya dari IMN adalah kegiatan yang bernama usbu’il wahda (persatuan minggu). Kegiatan ini semacam forum diskusi publik yang bertujuan untuk menyatukan pandangan umat Islam dengan mengundang para ilmuwan dan ulama dari berbagai kelompok dan aliran seperti Sunni, sufistik, modernis hingga tradisionalis. Masing-masing dari mereka akan diberi kesempatan untuk menyampaikan ceramah dan menjelaskan tema-tema keIslaman dari berbagai perpsektif Mahzab. Tak urung kaum perempuan juga terlibat dalam kegiatan-kegiatan ini. Mereka datang dengan mengenakan jilbab tertutup ataupun dengan busana modern biasa. Biasanya, kaum Muslimah inilah yang akan menjadi panitia penyenggara dalam even-even penting seperti acara nasional peringatan hari kelahiran (Maulud) Sayyidah Fatimah Zahra.[5]
Diantara banyak kelompok gerakan Islam lainnya, kelompok Syeik Ibrahim Zakzaky merupakan yang terbesar dan memiliki kemampuan meraup partisipasi paling luas, mulai dari kalangan kelas menengah ke bawah hingga elit intelektual. Latar belakang kaum intektual inipun beragam, mulai dari yang berpendidikan barat hingga yang tradisional; baik yang berkiprah di kota, hingga para pengajar di pedesaan. Ini juga salah satu hal yang membuat partisipasi masyarakat terhadap seruan Syek Ibrahim Zakzaky berakumulasi begitu cepat dari waktu ke waktu.[6]
Dalam hal publikasi, IMN juga memiliki kemampuan membangun jaringan dengan banyak komunitas di luar negeri. Mereka memiliki website resmi yang ditulis dalam berbagai Bahasa mulai dari Inggris hingga Arab; beberapa diantaranya, http://islamicmovement.org/, http://www.harkarmusulunci.org/, dan http://www.alharka.net/ (versi Arab). Lebih dari itu, Syeik Ibrahim Zakzaky bukanlah orang yang pasif, ia selalu bergerak ke mana saja. Ia bahkan memiliki beberapa pengajian rutin – semacam kelompok belajar – yang tak pernah absen ia kunjungi, mulai dari Lagos, Ibadan, Enugu, Abakaliki, dan Port Harcourt.[7]
Saat ini ia telah menghabiskan lebih dari 18 tahun waktu hidupnya untuk berdakwah dan membesarkan IMN. Oleh pemerintah, dan kelompok lain yang memusuhinya, ia dianggap sebagai sosok yang radikal. Organisasi yang dipimpinnya disejajarkan dengan kelompok radikal Boko Haram yang kerap melakukan aksi teror ke berbagai wilayah di Nigeria. Untuk alasan inilah, dia telah menghadapi banyak kekejaman dari setiap rezim di Nigeria, baik sipil maupun militer. Meski begitu, Syaik Ibrahim Al-Zakzaky tidak pernah menganjurkan kekerasan dalam bentuk apapun, walaupun kekerasan yang diterimanya telah merenggut tidak hanya kebebasannya, namun juga nyawa anak-anaknya, dan juga keselamatan pengikutnya.
Saat ini, pengikut Syeik Ibrahim Zakzaky diperkirakan berjumlah 3 juta orang. Kian hari pamornya kian mentereng, tidak hanya di Nigeria, tapi juga di kawasan Afrika barat, dan bahkan di dunia. Namanya pun kian distigmakan sebagai ancaman oleh penguasan setempat. Stigmatisasi ini tidak hanya sebatas di Nigeria, tapi juga di kalangan masyarakat yang tidak menyetujui visi politiknya baik yang berada di dalam dan di luar negeri. Pemberitaan tentang dirinya kian hari kian tidak seimbang, dan umumnya terbelah dalam dua kubu yang saling kontradiktif dalam memberikan informasi. Tak jarang ia dianggap sebagai perpanjangan tangan dari kepentingan Republik Islam Iran di Afrika, dan menerima sejumlah sumbangan dari Negara tersebut untuk membantu gerakan politiknya. Namun anggapan ini berkali-kali ditepis oleh Syeik Ibrahim Zakzaky dan pengikutnya.
Sekarang, nama Syeik Ibrahim Zakzaky semakin terang pamornya di dunia, terlebih setelah dua peristiwa brutal yang dilakukan oleh aparat milliter kepadanya di tahun 2014 dan 2015. Peristiwa pertama, terjadi pada 25 Juli 2014. Ketika itu Syeik Ibrahim Zakzaky dan pengikutnya berkumpul dalam peringatan hari Al-Quds sedunia. Aksi yang semula damai ini tiba-tiba merubah menjadi bentrokan fatal antara pendukung Zakzaky dengan aparat keamanan. Menurut tim pencari fakta dari Islamic Human Rights Commission (IHRC) yang berlokasi di Inggris, korban tewas dalam peristiwa ini mencapai 35 orang. Tiga orang diantaranya termasuk anak-anak Syeik Ibrahim Zakzaky. Diantara mereka yang terbunuh itu, umumnya mengalami kekerasan (disiksa) terlebih dahulu. Sedangkan yang mengalami luka ringan hingga berat jumlahnya mencapai 100 orang.[8]
Adapun peristiwa kedua terjadi pada 12-14 Desember 2015, di Zaria. Sebagaimana sudah dibahas terlebih dahulu dalam edisi pertama artikel ini, Syeik Ibrahim Zakzaky mengalami penganiayaan berat dalam peristiwa ini. Menurut pemerintah Nigeria, korban tewas dari pendukungnya Zakzaky berjumlah 347 orang. Namun angka ini dibantah oleh banyak pihak termasuk diantaranya Amnesty Internasional.[9] Diduga korban yang jatuh pada waktu itu jauh lebih besar dari yang dikabarkan oleh pemerintah Nigeria. Hal ini mengingat masih cukup banyak orang yang hilang hingga hari ini belum diketemukan sejak peristiwa berdarah tersebut. Dalam peristiwa kedua ini, lagi-lagi, Syeik Ibrahim Zakzaky kehilangan putranya.
Ia dan istrinya dijebloskan ke penjara tanpa ada satu persidangan yang adil. Pada bulan Desember 2016, ia diputuskan bebas oleh Kepolisian Negara Nigeria ( Department of State Services (DSS)), dan Negara diminta menganti rugi terhadap Zakzaky sebesar 50 juta Naira atau $ 164.052.[10] Namun hingga setahun kemudian keputusan ini seperti tidak digubris oleh pemerintah setempat. Alih-alih, para pendukungnya tidak tau-menau tentang keberadaan pemimpin mereka di penjara. Pada awal januari 2018, kabar duka menyeruak di masyarakat, yang menyatakan bahwa Syeik Ibrahim Zakzaky meninggal dunia di penjara. Isu ini mendorong lahirnya protes secara luas di masyarakat, bukan hanya di Nigeria, tapi juga hingga keluar negeri.
Namun isu ini berhasil dibantah oleh pemerintah Nigeria. Pada tanggal 13 Januari 2018, untuk pertama kalinya setelah 2 tahun menghilang, Syeik Ibrahim Zakzaky muncul di video dan menyatakan dirinya baik-baik saja. Ia muncul bersama Istrinya, dengan kondisi leher diperban dan istrinya berada di kursi roda. Dalam video tersebut beliau menyatakan bahwa pemerintah mengizinkannya untuk menemui dokternya. Namun alih-alih meredam gejolak di masyarakat, seruan untuk membebaskan Syeik Ibrahim Zakzaky kian meluas dan semakin sulit untuk dibendung. Hingga hari ini, aksi massa masih terus digelar dan tuntutan untuk membebaskan Zakzaky semakin luas di Nigeria. Tidak ada yang tau alasan pemerintah Nigeria menahan lebih lama Zakzaky. Tapi jelas, penahanan ini merupakan satu keputusan politik yang sangat tidak populis, bahkan berpotensi memicu gejolak hingga ke seluruh kawasan. Sebagaimana yang dikatakan oleh Abdelrahman Mohammed Yeddi;
“Sungguh memalukan bagi Nigeria; sebuah Negara gagal, yang memenjarakan orang tua yang tidak melakukan apapun kecuali hanya mengekspresikan keyakinannya. Sebuah Negara yang meski sudah menjadi anggota utama OPEC namun tak mampu memberi makan rakyatnya sendiri, bahkan minyaknya malah disedot keluar, (dan malah) mempermalukan rakyat mereka sendiri. Syeik Ibrahim Zakzaky adalah simbol reformasi keagamaan di masyarakat. Namun, dia menjadi korban rezim barbar di Nigeria yang tidak dapat melindungi gadis sekolahnya sendiri. dan juga tidak bersedia membiarkan orang tua mereka yang damai seperti Syeik Ibrahim Zakzaky, yang tidak memiliki tuntutan apapun, kecuali kebebasan untuk mempraktikkan iman mereka. Para politisi korup di Nigeria tidak bisa menghentikan penyebaran Islam dengan cara membunuh pengikut Islam sejati. Bagaimanapun, Islam sejati sudah menyebar sekarang tidak hanya di Nigeria, tapi juga di semua negara Afrika Barat. Segera, warisan Syeik Ibrahim Zakzaky akan mendominasi tidak hanya Nigeria, tapi juga semua negara di Afrika Barat.” (AL)
Selesai
Sebelumnya:
Syeik Ibrahim Zakzaky (2): Asal Usul, Pendidikan, dan Awal Perjuangan
Catatan kaki:
[1] Lihat, http://www.newsweek.com/who-sheikh-zakzaky-nigerias-most-powerful-shiite-muslim-405297, diakses 18 Januari 2018
[2] Salah satu pengakuan ini justru datang dari Pastor Ebenezer Oyetakin yang mengatakan bahwa Syeik Zakzaky adalah “adalah salah satu orang yang paling damai dan selalu ingin berdamai (peaceful and peaceable man) yang pernah saya temui di Nigeria.” Lihat, Seri pertama tulisan di link berikut: https://ganaislamika.com/syeik-ibrahim-zakzaky-1-the-peaceful-and-peaceable-man/
[3] Ibrahim Haruna Hassan, An Introduction to Islamic Movements And Modes of Thought in Nigeria,” PAS/ISITA Working Papers Number 1, Illinois U.S.A. 2015, Hal. 24
[4] Ibid, Hal. 26
[5] Ibid
[6] Ibid, Hal. 27
[7] Ibid, Hal. 25
[8] Lihat, Nigeria Report: The Zaria Massacres And The Role Of The Military, http://www.ihrc.org.uk/publications/reports/11219-nigeria-report-the-zaria-massacres-and-the-role-of-the-military, diakses 18 Januari 2018
[9] Lihat, https://www.amnesty.org/en/latest/news/2017/12/nigeria-families-of-hundreds-of-shia-muslims-killed-in-zaria-still-await-justice/, diakses 14 Januari 2018
[10] Lihat, http://www.pulse.ng/news/local/ibrahim-el-zakzaky-court-orders-dss-to-release-shiite-leader-pay-him-n50m-compensation-id5844119.html, diakses 18 Januari 2018