Tafsir Tematik – Islam, Nama Generik Semua Agama Samawi (4)

in Sejarah

Last updated on March 29th, 2018 05:42 am

 

Tinjauan Dari Perspektif Al-Qur’an, Bukan tinjauan Fiqih

Oleh: Haydar Yahya

Bagaimana dengan Surat Al-Baqarah 2: 120? [1]

وَلَنْ تَرْضَىٰ عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ……

“Tidak akan rela, legowo orang-orang Yahudi dan Nasrani itu, sehingga Engkau mengikuti jalan keyakinan mereka…dstnya” .

—Ο—

 

Ayat ini penulis anggap penting disisipkan dalam tulisan ini, agar disimak secara khusus. Ayat ini sangat populer dan banyak dihafal di kalangan muslimin secara umum. Selalu ditulis, dikutip, dalam setiap khutbah taushiyah terkait Ahlul-Kitab. Secara umum diyakini oleh sebagian muslimin, sebagai pedoman utama dalam bermu’amalat, interaksi dengan kaum Yahudi dan Nasrani.

Shodaqallahul’adzim. Maha Benar Allah dengan segala firmanNya. Ayat tersebut wajib bagi muslimin menjadikannya sebagai pedoman. Hanya saja, wajib pula bagi kita, bersungguh-sungguh mengkaji, kelompok Yahudi, Nasrani yang manakah kiranya yang dituju oleh ayat dimaksud!? Sehingga jangan terjebak mengikuti hawa nafsu, menerima ayat satu karena sesuai dengan keinginan dan mengabaikan ayat yang lain karena berbeda dengan pendapat pikiran kita. Al-Qur’an secara jelas, menyatakan bahwa dalam kelompok Ahlul-Kitab (Yahudi dan Nasrani), tidak berbeda dengan yang dianggap atau mengaku sebagai kelompok orang-orang beriman, terdapat kelompok yang baik dan terdapat pula kelompok yang buruk. Sebagaimana dapat dilihat dari ayat-ayat yang telah kami sebutkan di atas.[2] 

Akankah ayat-ayat pujian terhadap Ahlul-Kitab tersebut layak diabaikan begitu saja dengan berbagai argumen pembenaran, tafsir yang bersifat spikulatif, sementara Al-Qur’an wajib diimani sebagai menyampaikan kebenaran yang berkepastian!? Al-Qur’an juga mengingatkan, agar berlaku adil, bahkan terhadap kelompok yang tidak disukai (Surat Al-Maidah 4: 8).[3] Terlebih lagi tentunya, kepada yang Al-Qur’an menyerunya dengan penuh hormat, Yaa Ahlal-Kitab.

Dalam ayat 120 surat Al-Baqarah di atas, terdapat perbedaan nyata dengan ayat-ayat lain yang berhubungan dengan Ahlul-Kitab. Bila di ayat-ayat tersebut,[4] Al-Qur’an menggunakan sapaan “Ya Ahlal-Kitab” dengan menyertakan berbagai pujian, tidaklah demikian sebutan yang digunakan dalam ayat 120 surat Al-Baqarah.[5] Ayat ini tidak mengatakan “Tidak akan rela padamu, para Ahlul-Kitab sampai engkau mengikuti jalan keyakinan mereka..”. Melainkan menyebut sekedar orang-orang Yahudi dan Nasrani. Sebutan Orang Yahudi dan Nasrani, tidak lebih sebagai nama penunjuk sekelompok khusus orang tertentu. Berbeda dengan sebutan Yaa Ahlal-Kitab yang lebih bersifat umum, lebih bermakna, yang bagaimana mereka itu, yang Al-Qur’an sempat memujinya.[6]

Hal ini mengesankan secara kuat, kelompok yang dituju ayat ini adalah kelompok Yahudi, Nasrani yang bersikap dan berlaku buruk, membenci, memusuhi, memerangi Nabi saw dan umat Islam. Karena itu pula, agaknya Al-Qur’an enggan menyebut mereka dengan sebutan Ahlul-Kitab. Tidak ada pujian Al-Qur’an disitu. Terhadap kelompok dimaksud, Al-Qur’an tidak memberinya kehormatan yang layak dengan sebutan Yaa Ahlal-Kitab.

Sebagaimana kita saksikan, meski Rasulullah Muhammad saaw telah diutus sebagai rahmat bagi alam semesta, membawa Kitab Allah Al-Qur’an yang merupakan pesan terakhir, peringatan, huda, petunjuk jalan keselamatan bagi seluruh umat manusia, tetap saja, Allah Maha Pengasih Maha Penyayang, memberikan kebebasan memilih jalan, memanjakan khalifahNya. FirmanNya dalam surat Al-Maidah 5 : 99 dan Al-Kahfi 18 : 29.[7]

Pada saat petunjuk, teguran, peringatan, ancaman Al-Qur’an diabaikan dan terjadi perselisihan diantara sesama para pengikut agama Allah, juga sesama umat manusia, maka Allah menyatakan, kelak Allahlah yang akan menetapkan apa-apa yang diperselisihkan itu.

Sesuai ayat-ayat Al-Qur’an diatas,[8] beban tanggungjawab sebagai hakim pemutus, siapa di jalan lurus, siapa di jalan menyimpang, siapa salah, siapa benar,  siapa berada di jalan setan, siapa di jalan Tuhan, diambil alih Allah swt.  Agaknya, tugas itu melampaui kemampuan manusia untuk mengembannya.

Surat Al-Fatihah 1: 6,[9] ihdinash-shiratal mustaqim (tuntunlah kami senantiasa berada di jalan lurus), menjadi lebih mudah dipahami. Karena siapapun para pengikut Ahlul-Kitab, bisa salah jalan. Termasuk yang telah disebut dan mengaku sebagai kaum beriman, muslimin.

Sejujurnya, tidak ada agama apapun dalam perjalanan sejarah perkembangannya yang terbebas sepenuhnya dari distorsi. Bahkan, termasuk agama Islam, meskipun sebagai agama termuda dan terakhir.

Benar, Al-Qur’an selayaknya wahyu, kalam ilahi, dipercaya terbebas dari distorsi sekecil apapun sebagai kewajiban keimanan seorang muslim (Surat Al-Hijr 15 : 9).[10] Namun, sebagaimana diketahui, pedoman utama keimanan seorang muslim, adalah Al-Qur’an dan As-Sunnah. As-Sunnah, disepakati oleh seluruh muslimin dari kelompok madzhab aliran yang ada, sebagai keterangan, penjabaran, implementasi dari apa yang terkandung dalam Al-Qur’an. Keduanya, tak terpisahkan. Ibarat syahadatain dua kalimat syahadat. Keduanya, merupakan sumber utama seluruh ajaran Islam. Bila keyakinan atas kesucian, kemurnian Al-Qur’an terbebas dari distorsi, didasarkan pada keimanan, juga petunjuk pendukung bukti fakta sejarah, lalu siapa bisa mengingkari tidak terjadi distorsi pada As-Sunnah!?

Sama sekali bukan maksud penulis, ingin mengatakan tidak ada kebenaran di sana (inkarus-sunnah?). Melainkan, ibarat orang percaya di Sungai Martapura itu banyak intan. Dan memang benar. Namun banyak pula, kerikil, beling, berbagai bebatuan yang tak jelas namanya, ikan pemangsa, bahkan ular berbisa. Sewajarnya cermat dan waspada, mesti melengkapi peralatan memadai bila menyelam di sana, sehingga intan yang dicari bisa didapatkan. Tuntunan Al-Qur’an dan Al’Aqlus-Salim (Akal Sehat) akan membawa dimana intan yang dicari.

Bahkan terkait Al-Qur’an, dapat dipastikan telah terjadi distorsi dalam pemahamannya, menyangkut sangat banyak hal kecil maupun besar. Bukankah, pemahaman terhadap Al-Qur’an selama ini, senantiasa merujuk kepada As-Sunnah?! Meski banyak yang percaya, bahkan mengimani, bahwa distorsi dalam As-Sunnah telah ditangkal sejak ratusan tahun kemudian sepeninggal Rasulullah Saw dengan adanya kodifikasi kitab kumpulan hadits yang dilabeli sebagai ashohhul-kutub ba’dal-Qur’an (Kitab paling benar setelah Al-Qur’an).  Tetap saja kitab dimaksud hanya diterima oleh sebagian muslimin dan ditolak oleh sebagian muslimin yang lain dengan alasan telah terjadi distorsi. Itulah pula, kajian kritis atas As-Sunnah dalam berbagai kitab kumpulan hadits dari berbagai kelompok, sepanjang sejarahnya, terus dilakukan oleh para ulama dan cendekiawan muslim sampai hari ini. Itu pula yang kemudian melahirkan berbagai catatan, predikat pada as-sunnah, ahadits (plural dari hadits) dengan berbagai sebutan menunjuk pengertian dan peringkat akurasinya seperti,  hadits dho’if, shohih, qudsi, ahad, hasan, mutawatir (ma’nawi /‘amali), maqbul, mauquf, palsu, isra’iliyyat dll. Sementara Al-Qur’an menyatakan bahwa Rasulullah tidaklah berkata-kata mengikuti kehendaknya sendiri, melainkan wahyu yang diwahyukan Allah (Surat An-Najm 53: 3, 4).[11] Seyogyanya, ahadits tidak memerlukan peringkat akurasi seperti yang kita kenal.

Bersambung…

Tafsir Tematik – Islam, Nama Generik Semua Agama Samawi (5)

Sebelumnya:

Tafsir Tematik – Islam, Nama Generik Semua Agama Samawi (3)

Catatan kaki:

[1] Surat Al-Baqarah 2 : 120

وَلَنْ تَرْضَىٰ عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ ۗ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَىٰ ۗ وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ ۙ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ

Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.

[2] Surat Ali Imran 3 : 75

وَمِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ مَنْ إِنْ تَأْمَنْهُ بِقِنْطَارٍ يُؤَدِّهِ إِلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَنْ إِنْ تَأْمَنْهُ بِدِينَارٍ لَا يُؤَدِّهِ إِلَيْكَ إِلَّا مَا دُمْتَ عَلَيْهِ قَائِمًا ۗ ذَٰلِكَ بِأَنَّهُمْ قَالُوا لَيْسَ عَلَيْنَا فِي الْأُمِّيِّينَ سَبِيلٌ وَيَقُولُونَ عَلَى اللَّهِ الْكَذِبَ وَهُمْ يَعْلَمُونَ

Di antara Ahli kitab ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya harta yang banyak, dikembalikannya kepadamu; dan di antara mereka ada orang yang jika kamu mempercayakan kepadanya satu dinar, tidak dikembalikannya kepadamu kecuali jika kamu selalu menagihnya. Yang demikian itu lantaran mereka mengatakan: “tidak ada dosa bagi kami terhadap orang-orang ummi. Mereka berkata dusta terhadap Allah, padahal mereka mengetahui.

Surat Ali Imran 3 : 113

لَيْسُوا سَوَاءً ۗ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ أُمَّةٌ قَائِمَةٌ يَتْلُونَ آيَاتِ اللَّهِ آنَاءَ اللَّيْلِ وَهُمْ يَسْجُدُونَ

Mereka itu tidak sama; di antara Ahli Kitab itu ada golongan yang berlaku lurus, mereka membaca ayat-ayat Allah pada beberapa waktu di malam hari, sedang mereka juga bersujud (sembahyang).

Surat Ali Imran 3 : 114

يُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَيَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَيُسَارِعُونَ فِي الْخَيْرَاتِ وَأُولَٰئِكَ مِنَ الصَّالِحِينَ

Mereka beriman kepada Allah dan hari penghabisan, mereka menyuruh kepada yang ma’ruf, dan mencegah dari yang munkar dan bersegera kepada (mengerjakan) pelbagai kebajikan; mereka itu termasuk orang-orang yang saleh.

Surat Ali Imran 3 : 115

وَمَا يَفْعَلُوا مِنْ خَيْرٍ فَلَنْ يُكْفَرُوهُ ۗ وَاللَّهُ عَلِيمٌ بِالْمُتَّقِينَ

Dan apa saja kebajikan yang mereka kerjakan, maka sekali-kali mereka tidak dihalangi (menenerima pahala)nya; dan Allah Maha Mengetahui orang-orang yang bertakwa.

Surat Al-Maidah 5 : 69

إِنَّ الَّذِينَ آمَنُوا وَالَّذِينَ هَادُوا وَالصَّابِئُونَ وَالنَّصَارَىٰ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَعَمِلَ صَالِحًا فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ

Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, Shabiin dan orang-orang Nasrani, siapa saja (diantara mereka) yang benar-benar saleh, maka tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.

[3] Surat Al-Maidah 5 : 8

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُونُوا قَوَّامِينَ لِلَّهِ شُهَدَاءَ بِالْقِسْطِ ۖ وَلَا يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَىٰ أَلَّا تَعْدِلُوا ۚ اعْدِلُوا هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَىٰ ۖ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۚ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ

Hai orang-orang yang beriman hendaklah kamu jadi orang-orang yang selalu menegakkan (kebenaran) karena Allah, menjadi saksi dengan adil. Dan janganlah sekali-kali kebencianmu terhadap sesuatu kaum, mendorong kamu untuk berlaku tidak adil. Berlaku adillah, karena adil itu lebih dekat kepada takwa. Dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

[4] Lihat, Surat Ali Imran 3 : 75; Surat Ali Imran 3 : 113; Surat Ali Imran 3 : 114; Surat Ali Imran 3 : 115; dan Surat Al-Maidah 5 : 69

[5] Surat Al-Baqarah 2 : 120

وَلَنْ تَرْضَىٰ عَنْكَ الْيَهُودُ وَلَا النَّصَارَىٰ حَتَّىٰ تَتَّبِعَ مِلَّتَهُمْ ۗ قُلْ إِنَّ هُدَى اللَّهِ هُوَ الْهُدَىٰ ۗ وَلَئِنِ اتَّبَعْتَ أَهْوَاءَهُمْ بَعْدَ الَّذِي جَاءَكَ مِنَ الْعِلْمِ ۙ مَا لَكَ مِنَ اللَّهِ مِنْ وَلِيٍّ وَلَا نَصِيرٍ

Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: “Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)”. Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.

[6] Lihat, Surat Ali Imran 3 : 75; Surat Ali Imran 3 : 113; Surat Ali Imran 3 : 114; Surat Ali Imran 3 : 115; dan Surat Al-Maidah 5 : 69

[7] Surat Al-Maidah 4 : 99

مَا عَلَى الرَّسُولِ إِلَّا الْبَلَاغُ ۗ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تُبْدُونَ وَمَا تَكْتُمُونَ

Kewajiban Rasul tidak lain hanyalah menyampaikan, dan Allah mengetahui apa yang kamu lahirkan dan apa yang kamu sembunyikan

Surat Al-Kahfi 18 : 29

وَقُلِ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكُمْ ۖ فَمَنْ شَاءَ فَلْيُؤْمِنْ وَمَنْ شَاءَ فَلْيَكْفُرْ ۚ إِنَّا أَعْتَدْنَا لِلظَّالِمِينَ نَارًا أَحَاطَ بِهِمْ سُرَادِقُهَا ۚ وَإِنْ يَسْتَغِيثُوا يُغَاثُوا بِمَاءٍ كَالْمُهْلِ يَشْوِي الْوُجُوهَ ۚ بِئْسَ الشَّرَابُ وَسَاءَتْ مُرْتَفَقًا

Dan katakanlah: “Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu; maka barangsiapa yang ingin (beriman) hendaklah ia beriman, dan barangsiapa yang ingin (kafir) biarlah ia kafir”. Sesungguhnya Kami telah sediakan bagi orang orang zalim itu neraka, yang gejolaknya mengepung mereka. Dan jika mereka meminta minum, niscaya mereka akan diberi minum dengan air seperti besi yang mendidih yang menghanguskan muka. Itulah minuman yang paling buruk dan tempat istirahat yang paling jelek.

[8] Surat Al-Maidah 5 : 48

وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ ۖ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ ۖ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ عَمَّا جَاءَكَ مِنَ الْحَقِّ ۚ لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا ۚ وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَٰكِنْ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آتَاكُمْ ۖ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ ۚ إِلَى اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ

Dan Kami telah turunkan kepadamu Al Quran dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu; maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kamu semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu,

[9] Surat Al-Hujuraat 49 : 13

يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّا خَلَقْنَاكُمْ مِنْ ذَكَرٍ وَأُنْثَىٰ وَجَعَلْنَاكُمْ شُعُوبًا وَقَبَائِلَ لِتَعَارَفُوا ۚ إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ خَبِيرٌ

Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal-mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.

[10] Surat Al-Hijr 15 : 9

إِنَّا نَحْنُ نَزَّلْنَا الذِّكْرَ وَإِنَّا لَهُ لَحَافِظُونَ

Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.

[11] Surat An-Najm 53 : 3

وَمَا يَنْطِقُ عَنِ الْهَوَىٰ

dan tiadalah yang diucapkannya itu (Al-Quran) menurut kemauan hawa nafsunya.

Surat An-Najm 53 : 4

انْ هُوَ إِلَّا وَحْيٌ يُوحَىٰ

Ucapannya itu tiada lain hanyalah wahyu yang diwahyukan (kepadanya).

4 Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*