WS Rendra (4): Penghayatan terhadap Islam

in Mualaf

Last updated on October 21st, 2017 08:45 am

Derajat keislaman seseorang ketika sudah memeluk agama Islam tidak serta merta langsung menuju tingkatan yang kaffah. Begitu pula dengan Rendra, dia melewati fase-fase tertentu dalam perjalanan keislamannya. Untuk fase awal, sewaktu beliau belum masuk ke Islam, dengan latar belakangnya sebagai penyair, pemain teater, seniman, dan juga budayawan, beliau sudah memiliki wawasan yang luas, filosofi kehidupan yang mendalam, serta kepekaan dan kekritisan terhadap lingkungan sosial. Singkatnya, beliau memahami betul mengenai hakikat-hakikat kemanusiaan.

Sehingga ketika dihadapkan dengan ayat-ayat Al-quran yang berbicara mengenai hakikat manusia, atau mengenai persoalan sosial, jiwa Rendra langsung berosenansi dengan ayat-ayat tersebut. Walaupun pada waktu itu beliau belum masuk Islam. Sebagaimana diungkapkan oleh Rendra sendiri ketika membaca surat Al-Ma’un:

 “Ya, surah ini sungguh luar biasa, tidak hanya mengungkap soal hubungan manusia dengan Tuhannya yang diekspresikan dalam ibadah shalat, tetapi juga berbicara soal pentingnya memerhatikan anak-anak yatim dan orang miskin. Orang yang shalat pun akan celaka bukan hanya karena ia lalai dengan shalatnya, tetapi juga karena ia menghardik anak yatim dan melupakan orang-orang miskin.

Dalam konteks yang demikian itu manusia tidak hanya membangun hubungan  dirinya dengan Tuhannya, tetapi juga dengan sesama manusia.”[1]

Surat lainnya yang membuat Rendra terkesan adalah surat Al-‘Asr. Menurut beliau, tidak ada kitab suci mana pun selain Al-Quran yang mengatakan bahwa manusia akan selalu merugi dalam perkara waktu. “Lihat. Apa pun bisa kita budayakan, termasuk ruang. Tetapi kita tidak bisa membudayakan waktu. Apa bisa kita menghentikan hari? Dengan teknologi setinggi apa pun, magic setinggi apapun, tidak bisa kita membuat hari Rabu tidak menjadi Kamis. Termasuk saya, tidak bisa menolak kelahiran saya. Saya tidak bisa memilih untuk lahir pada abad ke-22 atau lahir zaman Majapahit,” jelasnya.[2]

Kemudian setelah Rendra memeluk Islam, beginilah penilaiaannya terhadap Islam:

“Jika ada agama yang sanggup memberikan kepuasan intelektual dan spiritual kepada saya, agama itu adalah agama Islam.

Saya berani mengatakan demikian karena saya punya pengalaman memeluk banyak agama dan bahkan pernah tidak beragama, dalam pengertian hanya percaya pada adanya Tuhan yang maha kuasa.

Islam itu agama yang sempurna. Secara teologis kepuasaan saya terhadap agama Islam saya temukan dalam surah Al-Ikhlas.

Apa sebab saya berkata demikian? Sebab hanya agama Islamlah yang dengan tegas mengatakan bahwa Allah SWT itu Maha Esa, tidak beranak dan tidak pula diperanakkan. Alasan lain bagi saya, karena Islam bisa menjawab persoalan pokok yang terus menghantui saya selama ini: kemerdekaan individual sepenuhnya. Saya bisa langsung beribadah kepada Allah tanpa memerlukan pertolongan orang lain. Sehingga saya merasa hak individu saya dihargai, seperti yang disampaikan Al Qur’an yang menyatakan bahwa Allah lebih dekat dari urat leher seseorang.

Keyakinan saya tentang ini tidak bisa ditawar lagi. Saya ikhlas memeluk agama Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW. Saya bersyukur kepada Allah SWT yang telah memberikan hidayah, rahmat, dan karunia-Nya kepada saya untuk memeluk agama Islam.”[3]

 

Berhenti Minum Alkohol

Namun, dalam hal pelaksanaan syariat, Rendra pada awalnya masih belum bisa sepenuhnya membuang kebiasaan lamanya sewaktu belum memeluk agama Islam. Kesungguhan Rendra masuk Islam, menurut kesaksian Ajip, terlihat dalam menjalankan syariat sehari-hari seperti shalat, “walaupun dia tidak segera meninggalkan kebiasaannya minum-minuman keras. Ketika dia berkunjung beberapa hari ke rumah saya di Osaka pada tahun 1988 misalnya dia masih minum bir. Tapi saya kira kebiasaan itu pun kemudian ditinggalkannya.”[4]

WS Rendra. (Sumber:https://islaminindonesia.com/tag/ws-rendra/)

Meskipun telah menjadi Muslim, Rendra masih suka menenggak minuman keras, kebiasaannya sejak lama. Dia menganggap kebiasannya itu sebagai hal biasa. Bahkan, sambil berseloroh, dia mengatakan, ”Kalau saya membaca bismillahirrahmanirrahim, maka minuman keras menjadi air.”[5]

Ada kisah menarik bagaimana pada awal mulanya Rendra meninggalkan minuman keras. Ketika Rendra menunaikan ibadah haji bersama Setiawan Djody, dia mendapatkan pengalaman unik yang tak bisa dilupakannya. Setiap kali minum air atau apa saja yang diminumnya, dia merasa seperti minum minuman keras, Chevas Regal, “minum di sini, minum di sana, rasanya seperti minuman keras. Bahkan, air zamzam pun rasanya seperti Chevas Regal, sampai saya bersendawa, seperti orang yang selesai meminum minuman keras,” kisahnya.[6]

Dengan lirih, Rendra kemudian memohon kepada Allah SWT, “aduh, ya Allah, saya ini sudah memohon ampun. Ampun, ampun, ampun, ya Allah,” ucapnya. ”Saya betul-betul merasa takut, kecut, malu, dan juga marah, sehingga saya ingin berteriak, ‘Bagaimana, sih? Apa maksud-Mu? Jangan permalukan saya, dong!’”[7]

Rendra baru bisa terbebas dari rasa itu ketika usai menjalankan ibadah Haji. Dia baru bisa benar-benar merasakan air minum dalam penerbangan dari Jeddah ke Amsterdam. “Alhamdulillah! Saya betul-betul bersyukur. Setelah ini, saya tidak akan meminum minuman keras lagi.”[8]

Niels Mulder, penulis buku Di Jawa Petualangan Seorang Antropolog, di dalam bukunya menulis mengenai kesungguhan Rendra masuk Islam, “tampaknya Rendra bersungguh-sungguh dalam hal ini, dia berhenti minum-minuman keras dan tidak lagi makan daging babi.”[9]

Menurut Rachel, salah seorang putri Rendra, memang gaya Ayahnya itu hobi melucu, “dia selalu joke (bercanda) terus untuk bicara masalah agama. Dakwahnya itu, saya tertarik.” Masih kata Rachel, mulai tahun 1990-an, Rendra serius dengan ajaran Islam, “tahun 1990-an, dia benar-benar shalat. Dia serius dengan pilihannya. Dia tidak suka melakukan hal mistis. Dia hanya shalat dan meditasi. Semua anak dilatihnya. Dia bilang, kalau cepat marah dan emosi, coba meditasi. Kalau susah tidur jangan minum obat tidur, meditasi saja,” kenang Rachel.[10] (PH)

Bersambung ke:

WS Rendra (5): Akhir Hayat

Sebelumnya:

WS Rendra (3): Mengucap Syahadat

Catatan kaki:

[1] “Rendra: Agama Islamlah yang dengan tegas mengatakan bahwa Allah SWT itu Maha Esa”, dari laman: http://oasemuslim.com/rendra-agama-islamlah-yang-dengan-tegas-mengatakan-bahwa-allah-swt-itu-maha-esa/, diakses 10 Oktober 2017.

[2] “Rendra Tertarik dengan Alquran”, dari laman http://www.republika.co.id/berita/shortlink/67740, diakses 10 Oktober 2017.

[3] “Rendra: Agama Islamlah yang dengan tegas mengatakan bahwa Allah SWT itu Maha Esa”, Loc. Cit.

[4] Hendri F. Isnaeni, “Kisah Si Burung Merak Masuk Islam”, dari laman: http://historia.id/persona/kisah-si-burung-merak-masuk-islam, diakses 9 Oktober 2017.

[5] Budi Raharjo, “Ketika WS Rendra Pergi Haji: Air Zamzam Serasa Chevas Regal”, dari laman http://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/mualaf/10/08/24/dunia-islam/mualaf/10/08/24/dunia-islam/mualaf/10/08/24/dunia-islam/mualaf/10/08/24/dunia-islam/mualaf/10/08/24/dunia-islam/mualaf/10/08/24/dunia-islam/mualaf/10/08/24/dunia-islam/mualaf/10/08/24/dunia-islam/mualaf/10/08/24/dunia-islam/mualaf/10/08/24/131566-ketika-ws-rendra-pergi-haji-air-zamzam-serasa-chevas-regal, diakses 10 Oktober 2017.

[6] Ibid.

[7] Ibid.

[8] Ibid.

[9] Hendri F. Isnaeni, Loc. Cit.

[10] Tomi Tresnady, “Naik Haji, WS Rendra Minum Air Zamzam Rasa Wiski”, dari laman https://celebrity.okezone.com/read/2009/08/07/33/246036/naik-haji-ws-rendra-minum-air-zamzam-rasa-wiski, diakses 10 Oktober 2017.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*