Yusuf Islam (1): Perjalanan Transformatif Dari ‘Star Syndrome’ Hingga Bergelut Melawan Penyakit Mematikan

in Mualaf

Last updated on May 29th, 2023 12:13 pm

“Saya kembali ke bumi, terjebak di rumah sakit dan itu adalah pelajaran besar … Saya punya banyak waktu untuk merenung. Kematian yang ada di pikiran saya.”

Sumber: rollingstones.com

Ketika manusia berada di titik nadir, di saat itulah ia mencari makna dalam hidupnya. Pencarian yang tak kunjung habis, akan mencapai satu titik di mana seseorang menemukan jawaban di hati kecilnya. Hal ini yang dialami oleh Cat Stevens. Seorang pemusik tenar di era 70-an yang melabuhkan pencarian arti hidup pada agama Islam. Ia memutuskan menjadi muslim, setelah mengalami pergolakan batin yang cukup besar. Kini ia dikenal dengan nama Yusuf Islam.

Pengaruh Musik di Masa Kecil

Lahir pada tanggal 21 Juli pada tahun 1948 di kota London dengan nama Steven Demetre Georgiou, Yusuf Islam sudah mengenal multi agama sejak usia dini. Ayahnya berkebangsaan Cyprus, dan menganut agama Ortodok Yunani, sedangkan sang Ibu yang berkebangsaan Swedia memeluk agama Baptis. Akan tetapi, Yusuf Islam disekolahkan oleh orang tuanya di sebuah sekolah Katolik Roma.[1]

Sejak kecil, Yusuf Islam memang memiliki ketertarikan pada musik. Awalnya karena dia sering melihat pertunjukan musical – ia dan keluarga tinggal berseberangan dengan gedung pertunjukan Prince’s Theatre. Lalu ia mulai belajar memainkan piano secara otodidak.

Kemudian setelah mendengar The Beatles, dia menekuni belajar gitar. Salah satu musik yang cukup berpengaruh bagi Yusuf Islam muda adalah West Side Story. Menurut pengakuan Yusuf Islam, mendengar musik West Side Story memberi ia cara pandang yang berbeda.

Secara akademik Yusuf Islam tidak memiliki sesuatu yang spesial, kecuali di bidang seni. Di umur ke-17, ia sempat mengecap pendidikan di Hammersmith School of Art selama satu tahun. Pertunjukan musik pertamanya di muka publik, di waktu ia mengenyam pendidikan di sekolah seni tersebut.

Semenjak itu ia rutin melakukan performa di pub-pub kampus dan klub di sekitar Soho. Meskipun ia menyukai menggambar dan menjadi kartunis, tetapi dorongan hatinya justru condong ke arah musik. Akhirnya Yusuf memutuskan untuk tidak meneruskan pendidikannya di Hammersmith School of Art, dan lebih memilih menjadi seorang pemusik.[2]

Menapaki Industri Hiburan

Tidak butuh waktu lama, nama Steve Adams—nama panggung pertama yang digunakan Yusuf Islam—terdengar oleh produser musik lokal. Yusuf Islam menapaki industri musik setelah menandatangani kontrak dengan Decca Records, yang diproduseri oleh Mike Hurst. Ia pun mengganti nama panggung Steve Adams menjadi Cat Stevens, karena terdengar lebih catchy.

Pada tahun 1966, lagu pertamanya “I Love My Dog” menjadi hit. Disusul dengan lagu-lagu lainnya yang diterima oleh banyak orang. Yusuf Islam yang semula hanya ingin menuliskan musik untuk artis-artis lain, menjadi bintang baru yang bonafit.

Sosok Yusuf Islam yang introvert mendadak terkenal di umur 18 tahun. Terjun ke dunia yang disibukkan dengan produksi, pertunjukan, dan wawancara tanpa henti, membuat Yusuf Islam muda goyah.

Lalu di tahun 1967, ia memulai tur bersama Jimi Hendrix yang memperkenalkannya pada gaya hidup hedonis. Yusuf Islam mulai merokok, mengkonsumsi alkohol, dan narkoba. Dalam sebuah wawancara di tahun 2020 dengan The Guardian, Yusuf Islam mengaku bahwa demi meredakan demam panggung yang ekstrim ia minum alkohol. “And the only to do that was to be intoxicated.” (Dan satu-satunya cara untuk melakukannya adalah dengan mabuk).[3]

Mengalami Sakit Parah

Bukan rahasia lagi bahwa star syndrome merupakan satu sindrom yang sering dialami oleh artis baru dan mendadak terkenal. Gaya hidup hedonis adalah yang Yusuf Islam terapkan selama beberapa tahun kemudian dalam kesehariannya. Hingga di tahun 1968 ketika ia berusia 20 tahun, ia mulai merasakan efek fatal dari itu semua.

Bertahun-tahun menforsir tubuhnya, merokok, mengkonsumsi minum-minuman keras, dan tertekan oleh pertarungan hukum dengan label rekaman terdahulu, ia pun jatuh sakit. Berat badan Yusuf Islam menurun drastis, ia pun terjangkit sakit batuk yang tak kunjung sembuh. Bahkan kondisinya semakin memburuk hingga ia mengalami batuk darah, lalu ia putuskan untuk mencari pertolongan medis.

Hasil rekaman medis sangat mengejutkan. Yusuf Islam didiagonis menderita tuberkulosis stadium lanjut, yang menyebabkan paru-parunya mengalami kolaps, juga penyakit pneunomia parah. Bahkan dokter memvonis, kemungkinan besar harapan hidupnya hanya tinggal beberapa minggu lagi.

“Saya kembali ke bumi, terjebak di rumah sakit dan itu adalah pelajaran besar … Saya punya banyak waktu untuk merenung. Kematian yang ada di pikiran saya,” akunya kepada Chris Charlesworth dalam bukunya: “Cat Stevens: The Definitive Career Biography.”[4]

Selama tiga bulan ia dirawat secara intensif untuk menjalani prosedur paru-paru yang menyakitkan. Dibutuhkan satu tahun untuk pulih dari penyakit yang mengancam jiwanya tersebut. (TR)

Bersambung …

Catatan kaki:


[1] CNN Larry King Live, Interview with Yusuf Islam, Formerly Cat Stevens, pada laman https://transcripts.cnn.com/show/lkl/date/2004-10-07/segment/01 diakses pada 23 Mei 2023

[2] Yusuf Lifeline, pada laman https://web.archive.org/web/20090211022357/http://www.yusufislam.org.uk/lifeline/0/bdf531e09252cc4c73fc5d84c4138cb3/ diakses pada 23 Mei 2023

[3] Becky Stephenson, The Tragic Story of Cat Stevens, pada laman https://www.grunge.com/1220559/the-tragic-story-of-cat-stevens/ diakses pada 23 Mei 2024

[4] Ibid.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*