Beberapa Muslimah Hebat dari Abad Pertengahan

in Tokoh

Last updated on December 23rd, 2017 02:36 am

Sedikit catatan dalam rangka menyambut hari Hari Ibu.”

—Ο—

 

Ibu adalah predikat mulia yang hanya bisa disandang oleh kaum perempuan. Cinta seorang Ibu adalah kisi-kisi agung yang memantulkan cinta Ilahi. Di sanalah pijar-pijar Ar Rahman dapat dihayati dengan ringan oleh setiap tingkatan jiwa. Tidak tanggung-tanggung, bahkan Tuhan alam semesta-pun meletakkan ridho-Nya pada diri mereka. Maka tidak mengherankan bila setiap bangsa di dunia memiliki waktu khusus yang disediakan untuk diperingati sebagai Hari Ibu.

Khusus di Indonesia, kita memperingati Hari Ibu pada Tanggal 22 Desember. Keputusan untuk menjadikan tanggal 22 Desember sebagai hari Ibu tidak lahir dari kekosongan historis. Tanggal 22 adalah tanggal dimulainya Kongres Perempuan Indonesia yang pertama di Yogyakarta, yang berlangsung pada 22-25 Desember 1928. Kongres ini adalah gema dari semangat Sumpah Pemuda yang diselenggarakan dua bulan sebelumnya, 28 Oktober 1928. Salah satu keputusannya adalah pembentukan satu organisasi federasi yang mandiri dengan nama Perikatan Perkoempoelan Perempoean Indonesia (PPPI).

Melalui PPPI tersebut, diharapkan terjalin kesatuan semangat juang kaum perempuan bersama-sama dengan kaum laki-laki dalam rangka meningkatkan harkat dan martabat bangsa Indonesia menjadi bangsa yang merdeka. Dan yang tak kalah penting, berjuang bersama-sama kaum perempuan untuk meningkatkan harkat dan martabat perempuan Indonesia menjadi perempuan yang maju.

Dalam rangka menyambut hari Ibu, berikut ini kami sajikan sejumlah catatan tentang beberapa Muslimah hebat dari abad pertengahan. Orang-orang Eropa kerap menamai periode ini sebagai “zaman kegelapan”. Alih-alih, di dunia Islam, periode ini dikenal dengan zaman keemasan. Tidak hanya kaum Adam yang berkiprah pada era ini, kaum ibu pun turut berkerja nyata mambangun peradaban. Hebatnya, sebagian dari hasil karya mereka, bahkan masih kita rasakan hingga sekarang.

Jumlah Muslimah yang hebat di rentang abad pertengahan ini tentu saja sangat banyak. Karena keterbatasan yang kami miliki, maka kami hanya memilih secuil dan dari jutaan mereka. Berikut ini beberapa diantaranya:

Zubaida binti Jafar al-Mansur

Kita yang berada di Indonesia, mungkin tidak banyak yang mengenal jalan raya penghubung antara Kufah dan Mekkah, yang bernama Darb Zubaidah (Arab: درب زبيدة‎). Jalan raya ini lebarnya sekitar 18 meter, yang membentang sejauh 1500 Km, dan sudah melayani perjalanan haji jutaan kaum Muslimin selama berabad-abad.[1]

Darb Zubaidah. Sumber gmbar: aramcoworld.com

Adalah Zubaida binti Jafar al-Mansur sosok yang menjadi penggagas dibuatnya jalur ini. Ia adalah istri dari Khalifah kelima dinasti Abbasiyah, Harun al-Rasyid (786-803). Zubaida juga merupakan cucu dari khalifah kedua dinasti Abbasiyah, Abu Jafar Abdullah bin Muhammad Al Mansur. Kelak, setelah Harun al-Rasyid wafat, kedudukan Khalifah Abbasiyah digantikan oleh Muhammad al-Amin, yang tidak lain adalah putra kandung Zubaidah. Setelah Al Amin mangkat, kedudukannya kemudian digantikan oleh putra tiri Zubaidah yang sudah dididiknya sejak kecil seperti anak sendiri, Abdullah al-Ma’mun.

Meski lingkaran kehidupan Zubaidah dikelilingi oleh manusia-manusia raksasa, namun tidak membuatnya manja dan kehilangan orientasi. Ia tidak menyia-nyiakan kedudukannya sebagai permaisuri maupun sebagai ibu suri dari dinasti kekhalifahan Islam yang paling berpengaruh pada masanya. Konon, istana Zubaidah selalu ramai, “terdengar seperti sarang lebah”, karena sekitar 100 para pembantu wanita Zubaidah selalu berkumpulnya untuk menghafal Al Quran.[2]

Kiprahnya mulai dikenal ketika ia melaksanakan haji untuk kelima kalinya. Kebetulan pada saat itu wilayah-wilayah dilaluinya dari Baghdad ke Mekkah sedang ditimpa musim panas yang parah. Hal ini sangat memberatkan perjalanan jamaah haji yang melintas pada tahun itu. Bahkan Mekah dan wilayah sekitarnya pun tak urung dilanda kekeringan yang sangat parah. Sumber mat air satu-satunya adalah sumur Zamzam, yang kapasitas airnya-pun sudah cukup mengkhawatirkan.

Melihat kondisi ini, ia kemudian memerintahkan sumur Zamzam untuk diperdalam, sekaligus memperbaiki persediaan air di Makkah dan provinsi sekitarnya. Konon untuk proyek ini saja, ia menghabiskan dana hingga lebih dari 2 juta dinar. Tidak sampai di situ, ia bahkan memerintahkan untuk membangun saluran air dari Baghdad hingga Mekkah. Ketika para arsiteknya mengingatkannya soal biaya, ia mengatakan untuk proyek ini, ia sama sekali tidak peduli dengan biaya. Dengan dana jutaan dinar, proyek saluran air pun berhasil dirampungkan. Sejak saat itu, tak ada lagi rakyatnya yang khawatir kekurangan air bersih ketika melakukan perjalanan dari Baghdad ke Makkah untuk menunaikan ibadah haji.[3]

Tidak sampai disitu, Zubaida juga membangun jalan sepanjang 1.500 kilometer yang terbentang dari Kufah di selatan Baghdad menuju Makkah. Di sepanjang jalan tersebut, ia membangun sumur-sumur air dan menara api untuk memberi penerangan ketika malam tiba. Para khalifah dari kekhalifahan Abbasiyah sangat peduli terhadap jalur ini, dengan membangun sejumlah fasilitas, seperti pembangunan tangki air, penggalian sumur, pembangunan kolam, pembangunan menara dan lain sebagainya. Mereka bahkan mengangkat wali yang bertanggungjawab atas perbaikan dan pengembangan jalur ini.

Sekarang, jalur ini sudah tidak digunakan. Kondisinya pun sudah sangat mengkhawatirkan dan sulit dikenali rangka aslinya. Namun artefak-artefak pemberhentian (semacam rest area) di sepanjang jalur ini masih bisa ditemui di beberapa tempat. Pada tahun 2015 pemerintah Arab Saudi mendaftarkan Darb Zubaidah sebagai Situs Warisan Dunia kepada UNESCO.[4]

Kondisi Darb Zubaidah saat ini. Sumber gambar: expeditionportal.com

 

Biqat Al Khutba, salah satu rest area di jalur Darb Zubaidah. Sumber gambar: aramcoexpats.com

 

Fatimah al-Fihri

Perempuan hebat satu ini adalah penggagas salah satu lembaga terpenting yang menopang kehidupan umat manusia hingga hari ini, Universitas. Ya.., Fatimah al-Fihri adalah pendiri Universitas Qairouan di kota Fes, Maroko pada tahun 859 M. UNESCO dan The Book Guinness World Records, telah menyatakan Universitas Qairouan sebagai Universitas pertama di dunia. [5]

Fatimah al-Fihri bermigrasi dengan ayahnya Mohamed al-Fihri dari Qayrawan di Tunisia ke Fes. Ia dibesarkan bersama saudara perempuannya di sebuah keluarga berpendidikan dan memiliki kemahiran dalam bidang fiqh dan hadist. Ketika ayahnya wafat, Fatimah mewarisi sejumlah uang yang akhirnya ia gunakan untuk membangun sebuah masjid.[6]

Masjid ini tidak hanya diperuntukkan bagi kegiatan beribadah saja, tapi juga sebagai tempat berkumpulnya komunitas ilmiah, dan juga sekolah. Lama kelamaan masjid yang didirikannya bertransformsi menjadi Universitas yang memiliki metodenya sendiri, struktur belajarnya sendiri, dan tradisinya sendiri. Salah satu tradisi dari universitas ini yang masih digunakan oleh peradaban modern adalah sistem pemberian gelar dan ijazah bagi lulusannya.[7]

Universitas Qairouan di Maroko. Sumber gambar: http://mvslim.com

Salah satu lulusan Universitas Qairouan yang paling berpengaruh di Eropa adalah Gerbert d’Aurillac. Dunia kemudian mengenalnya dengan nama Sylvester II, yang diangkat menjadi Paus (pemimpin spiritual tertinggi umat Katholik) pada tahun 946 M.[8] Sylvester II adalah orang yang memperkenalkan sistem desimal dan angka Arab ke Eropa. Sistem desimal dan angka Arab inilah yang kemudian menggantikan sistem angka Romawi kuno yang telah ada selama lebih dari 1.000 tahun. Hampir semua pengetahuan ini ia dapatkan saat bersekolah di Universitas Qairouan. Sistem desimal dan angka Arab kini secara umum digunakan di seluruh dunia.[9] (AL)

Bersambung…

Beberapa Muslimah Hebat dari Abad Pertengahan (2): Para Ilmuwan dan Seniman

Catatan kaki:

[1] Lihat, http://forum.expeditionportal.com/threads/60251-Darb-Zubaidah-Iraq-To-Mecca-In-Land-Rover-Defenders, diakses 20 Desember 2017

[2] Lihat, https://en.wikipedia.org/wiki/Zubaidah_bint_Ja%60far, diakses 20 Desember 2017

[3] Lihat, http://www.republika.co.id/berita/koran/khazanah-koran/16/05/02/o6jfg24-sumbangsih-muslimah-dalam-peradaban-islam, diakses 18 Desember 2017

[4] Lihat, https://id.wikipedia.org/wiki/Darb_Zubaidah, diakses 20 Desember 2017

[5] Lebih lengkap mengenai kehidupan Fatimah al-Fihri, lihat https://ganaislamika.com/fatimah-al-fihri-wanita-muslim-pendiri-universitas-pertama-di-dunia/.

[6] Lihat, http://www.1001inventions.com/womensday, diakses 15 Desember 2017

[7] Lihat, https://ganaislamika.com/sejumlah-sumbangan-dunia-islam-bagi-peradaban-modern-9/

[8] Lihat, https://ganaislamika.com/universitas-qairouan-universitas-pertama-di-dunia/, Op Cit

[9] Ibid

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*