“Komunitas religus terbesar di Bosnia adalah Muslim, Serbia Orthodok, Katholik Roma, dan komunitas kecil Yahudi. Bila dibandingkan dengan agama-agama dunia, perbedaan antara Yahudi, Kristen, dan Islam sangatlah remeh, sedangkan kesamaan mereka begitu luas, sebab itu mereka bisa berbagi sejarah, geografis, bahkan hubungan teologis.”
–O–
Bosnia adalah keajaiban yang terjadi di Eropa. Sebelum konflik etnis era modern berkobar, setelah Perang Dunia II, pengamat sering salah persepsi dan memandang keliru tentang orang, komunitas, masyarakat, negara, bangsa yang berdiam di sebelah Barat Semenanjung Balkan – Eropa ini.
Publikasi Bosnians Cultural Profiles 2006 memberi definisi atas istilah Bosnia, Bosnian (orang Bosnia), Bosniak dan orang Bosnia di Kroasia.
Bosnia adalah istilah yang merujuk pada nama geografis tua pada suatu wilayah. Nama itu saat ini tetap digunakan sebagai kependekan dari negara Bosnia dan Herzegovina (B&H)[1].
Orang Bosnia atau Bosnian dalam bahasa Inggris merupakan istilah yang merujuk pada orang yang lahir di wilayah Bosnia dan Herzegovina yang membawa identitas Bosnia asli.
Jadi orang bosnia bisa memiliki nasionalitas yang beragam. Sehingga dalam hal agama, orang Bosnia juga bisa memeluk agama Katholik, Islam, Gereja Serbia Orthodok, Yahudi, dan agama lainnya, atau Ateis. Orang Bosnia mengidentifikasi diri mereka sendiri melalui pertalian darah (keluarga dan sanak famili), kesamaan tempat (warga asli, tradisi, atau peninggalan keluarga), dan komunitas keagaamaan.
Bosniak merupakan anggota dari negara Bosniak (Bosnia dan Herzegovina). Mayoritas Bosniak adalah Muslim. Afiliasi religiusitasnya adalah Islam yang kemudian menjadi bagian tradisi mereka, termanifestasi dalam beberapa hal; seperti nama, puasa, atau hidup dalam aturan keagamaan yang ketat.
Orang Bosnia di Kroasia adalah sebuah kelompok yang masih membawa karakteristik budaya daerah asalnya. Namun semenjak mereka mendiami daerah yang memiliki karakteristik budaya yang berbeda maka terjadi akulturasi budaya. Mereka mengikuti kebiasaan dan norma-norma yang berlaku mayoritas di daerah baru tersebut.
Gelapnya perihal Bosnia sebagai sebuah nilai, sejarah, kultur, person maupun teritorial membuat pundit Inggris mengira telah terjadi “perang suku” perihal perang Bosnia kala itu, bahkan salah satu sejarawan militer ternamanya mengatakan, kalau dia telah menemukan kunci konflik Bosnia manakala membaca buku tentang Era Batu Suku Indian di Hutan Amazon.[2]
Sejatinya, seperti perang modern lainnya, letupan senjata dan mortir itu dicetuskan oleh politisi melalui telepon dari belakang meja dan tentara yang dia komandoi.[3]
Sejarawan dan akademisi Inggris Noel R Malcoml[4] mengatakan Masyarakat Bosnia tidak semuanya tribal. Walaupun cara hidup orang Bosnia sangat berbeda dari daerah pedesaan lain di Selatan Eropa: Italia Selatan atau Portugal Utara. [5]
Noel menjelaskan, ada dua hal yang tidak biasa bila dibandingkan dengan negara-negara lain di Selatan Eropa yaitu pertama, Bosnia terdiri dari tiga agama, serta komunitas etnis, dan fakta bahwa satu dari tiga komunitas itu adalah Muslim.
Bosnia adalah rumah dari beragam etnis. Tiga etnik besar[6] yang menghuni rumah itu adalah Bosniaks, Serbs, dan Croats. Buku Bosnians-Cultural Profiles menerangkan, komunitas religus terbesar di Bosnia adalah Muslim, berikutnya Serbia Orthodok, Katholik Roma, terakhir komunitas kecil Yahudi. Para imigran dari Kroasia didominasi Katholik dan sebagian besar Muslim, sementara Serbia Orthodok dan Yahudi sangat sedikit. Bila dibandingkan dengan agama-agama dunia, perbedaan antara Yahudi, Kristen dan Islam sangatlah remeh, sedangkan kesamaan mereka begitu luas, sebab itu mereka bisa berbagi sejarah, geografis bahkan hubungan teologis.[7]
Menurut Britannica.com, komposisi Etnik pada Tahun 2013 tercatat sebagai berikut: Bosniak 48.4%, Serb 32.7%, Croat 14.5%, lainnya 4.3%. Sedangkan Komposisi pemeluk agama pada tahun 2009 tercatat 45% Muslim, 36% Gereja Serbia Orthodok, 15% Katholik Roma, Nonreligius 3%, dan Protestan 1%.
Jika ditelurusi ke hulu sejarah, tiga etnik besar itu sebenarnya membagi kesamaan peninggalan sejarah South Slav. [8] Sedangkan perbedaan budaya diantara mereka adalah afiliasi keagamaan yang ditularkan dari Kekaisaran Otoman yang menganut Islam. Sementara “Serb” dan “Croats” merujuk pada dua orang suku South Slav, hingga pada abad 19 gerakan nasionalisme di Balkan mendorong orang Bosnia yang mempraktikkan Gereja Serbia Orthodok sebagai Serbia dan orang Bosnia yang mempraktikkan Katholik sebagai Kroasia[9].
Noel melanjutkan, dua faktor itu membantu menjelaskan mengapa komentator Barat gagal paham. Itu sebabnya sebagian Pengamat Barat menggunakan istilah “suku” untuk “komunitas”, lebih jauh, karena menyerap tuduhan-tuduhan miring tentang Islam, mereka berfikir sebagian negara Muslim pasti lebih “primitif”.
Satu-satunya alasan yang mungkin bisa diterima terkait pengamatan itu, menurut Noel disebabkan tidak tersedianya bahan-bahan tertulis dalam bahasa Inggris tentang bentuk umum kehidupan pedesaan orang Bosnia dan identitas Muslim mereka. Ia melanjutkan, rujukan tentang Bosnia pernah ditulis seorang Muslim Eropa bernama William Lockwood sekitar lebih dari dua puluh tahun lalu, mungkin yang dilakukan oleh William Lockwood ini satu-satunya studi yang serius dilakukan oleh Anthropolog sosial Barat, namun sayang tulisan itu dikonsentrasikan pada hubungan sosial-ekonomi, hanya sedikit yang membahas tentang Islam.
Sampai akhirnya pada 1995, terbit sebuah buku monumental yang menjelaskan kedua hal tersebut – kehidupan pedesaan Bosnia dan lingkungan Muslim. Noel mengisahkan, buku ini ditulis oleh Tone Bringa berjudul Being Muslim the Bosnian Way. Ditulis selama lima belas bulan pada tahun 1987-1988. Tone Bringa adalah Anthropolog muda Norwegia dan peneliti Barat pertama yang diijinkan oleh otoritas. Dia tinggal di sebuah desa campuran Katholik dan Islam (lebih dominan Muslim) di Bosnia Tengah bernama Dolina. Dua jam perjalanan darat ke arah Utara Sarajevo.
Sebelum melakukan penelitian, dia meminta izin kepada penguasa di Sarajevo untuk mempelajari “Perempuan dan Modernisasi” namun saat mendapat kepercayaan dari penduduk desa ia mengatakan bahwa ketertarikan utamanya adalah mempelajari “Tradisi Muslim”. Hasilnya, penelitian yang dijadikan buku itu berisi beragam informasi, bukan saja praktik religius muslim tapi juga tentang struktur perikehidupan desa, perempuan, dan modernisasi.
Masih dalam review buku Being Muslim the Bosnian Way, Noel menceritakan Tone Bringa tinggal disatu keluarga Muslim layaknya anak perempuan adopsi, ia belajar tentang Islam Bosnia dari sudut pandang perempuan. Bringa menceritakan tentang khitan sebagai elemen kunci kehidupan muslim laki-laki. Lebih jauh, Bringa membeberkan tentang Bula, figur yang sejak kecil telah ditulis di Barat: dia adalah perempuan yang tugasnya memberikan arahan religius dan memandikan jenazah perempuan. Bula juga menjadi pemegang otoritas Zenki Tehvid, sebuah acara doa untuk orang meninggal yang dihadiri perempuan dan diselenggarakan di rumah biasa. Isi utama buku ini adalah hubungan antara perempuan, rumah tangga, dan identitas muslim religus. Bringa memberikan perhatian khusus pada perkawinan dan dampak sosial-religius.
Sebetulnya ada juga resistensi perkawinan campuran di komunitas tradisional. Namun begitu Muslim bisa tetap menikmati pertemanan dekat dan bertetangga dengan Katholik. Ada perbedaan sedikit dalam berpakaian, etika rumah tangga dan lain-lain antara dua kelompok sekadar membantu untuk mengetahui identitas masing-masing. Ketidaksediaan melakukan pernikahan campuran bukan berarti “kebencian etnik”; itu hanya merefleksikan betapa sulit memadukan dua identitas sosial yang berbeda dalam satu rumah tangga. Berbeda dengan di kota, ketika kondisi modernitas telah menanggalkan konteks sosial dan kekeluargaan, kawin campuran sangat biasa dan tidak menjadi persoalan. (LJ)
Bersambung….
Catatan Kaki:
[1] Bosnia and Herzegovina (B&H) merujuk pada keseluruhan negara dan entitas yang sah (legal). Bosnians-Cultural Profiles, Institute for Anthropological Research, Zagreb 2006. Disebarluaskan dalam bentuk PDF di http://www.fp6migratoryflows.uniba.it/html/BosnianCulturalProfile_En.pdf
[2] Review buku Tone Bringa, Being Muslim the Bosnian Way: Identity and Community in a central Bosnian Village, Princeton University Press, Princeton and London, 1995, oleh Noel Malcoml yang diterbitkan pertama kali di The Times Literary Supplement pada 28 Juni 1996. Lalu dimunculkan ulang di http://www.bosnia.org.uk/ about/bi_books/long_reviews.cfm?book=116
[3] sebuah konflik bersenjata internasional yang terjadi pada Maret 1992 dan November 1995. Perang ini melibatkan beberapa pihak. Konflik ini melibatkan Bosnia dan Republik Federal Yugoslavia (kemudian berganti nama menjadi Serbia dan Montenegro) begitupula Kroasia.
[4] https://en.wikipedia.org/wiki/Noel_Malcolm
[5] http://www.bosnia.org.uk/ about/bi_books/long_reviews.cfm?book=116
[6] https://www.britannica.com/place/Bosnia-and-Herzegovina
[7] Bosnians-Cultural Profiles, Institute for Anthropological Research, Zagreb 2006. Disebarluaskan dalam bentuk PDF di http://www.fp6migratoryflows.uniba.it/html/BosnianCulturalProfile_En.pdf
[8] Slav, member of the most numerous ethnic and linguistic body of peoples in Europe, residing chiefly in eastern and southeastern Europe but extending also across northern Asia to thePacific Ocean. Slavic languages belong to the Indo-European family. Customarily, Slavs are subdivided into East Slavs (chiefly Russians, Ukrainians, and Belarusians), West Slavs (chiefly Poles, Czechs, Slovaks, and Wends, or Sorbs), and South Slavs (chiefly Serbs, Croats, Bosnians, Slovenes, Macedonians, and Montenegrins). Bulgarians, though of mixed origin like the Hungarians, speak a Slavic language and are often designated as South Slavs. (See Bulgar.). https://www.britannica.com/topic/Slav#ref221386
[9] https://www.britannica.com/place/Bosnia-and-Herzegovina