Dinasti Abbasiyah (83): Abu Ishaq Al-Muktasim (14)

in Sejarah

Last updated on August 29th, 2019 06:44 am

Dalam ekspedisi militer ke Bizantium, Al-Muktasim melengkapi pasukannya dengan segala atribut terbaik yang belum pernah digunakan oleh para khalifah sebelumnya, baik dalam hal senjata, peralatan militer, busana, hingga kantung air dan kuda tunggangan.

Gambar ilustrasi. Sumber: hobby57.com

Sebagaimana sudah dikisahkan terdahulu, bahwa Al-Muktasim lahir di daerah bernama Zibatrah,[1] tempat yang baru saja dihancurkan oleh tentara Bizantium. Maka tidak mengherankan bila dia langsung murka ketika mendengar tanah kelahirannya dibakar sampai habis dan penduduknya dibunuh. Sayangnya, ketika dia dan pasukannya tiba di Zibatrah, Kaisar Theophilus dan tentaranya sudah kembali ke Bizantium. Mendapati hal tersebut dia berguman,”Zibatrah adalah tanah kelahiran ku. Kaisar Romawi sudah menghancurkannya. Sebagai pembalasannya, aku akan menghancurkan tanah air mereka.”[2]

Kemudian dia bertanya pada pada penasehatnya, “Tempat mana di Bizantium yang paling sulit ditembus dan paling kuat sistem pengamanannya?” ada yang menjawab, “Ammuriyyah![3] Tak ada satupun Muslim yang pernah menyentuh wilayah tersebut sejak datangnya Islam. Itulah jantung, dan inti dunia Kristen. Dalam pandangan masyarakat Kristen, tempat itu bahkan lebih berharga dari Konstantinopel.”[4] Mendengar itu, Al-Muktasim langsung mengarahkan pasukannya untuk Ammuriyyah. Secara kebetulan, Ammuriyyah juga merupakan tanah kelahiran Kaisar Theophilus.[5]

Dikisahkan oleh Tabari, bahwa Al-Muktasim melengkapi pasukannya dengan segala atribut terbaik yang belum pernah digunakan oleh para khalifah sebelumnya, baik dalam hal senjata, peralatan militer, busana, hingga kantung air dan kuda tunggangan. Al-Muktasim memerintahkan pada Ashinas, seorang jenderal Turki yang sejak dulu menjadi kepercayaannya, untuk mengkoordinir semua keperluan logistik perang tersebut.[6]

Pada kesempatan ini, Al-Muktasim sudah mulai membagi divisi pasukannya menjadi beberapa bagian. Selain pasukan Turki, ada juga divisi pasukan gabungan dari kawasan Afrika dan Yaman, yang dikenal dengan nama Al-Maghribah.[7]

Disebabkan luasnya areal wilayah yang akan ditaklukkan, dan mereka tidak mengetahui pola gerakan pasukan Bizantium di wilayah tersebut, Al-Muktasim memecah pasukannya ke dalam beberapa kontingan yang dikirim ke sejumlah penjuru.  Dia menempatkan jenderal Turki bernama Aytakh di sayap kanannya, Jafar bin Dinar bin Abdullah al-Khayyat di sayap kirinya, dan Ujayf bin Anbasah di tengah.[8] Kedua nama terakhir ini sempat muncul dulu pada masa Al-Makmun melakukan agresi ke Bizantium. Keduanya adalah veteran perang Abbasiyah yang berhasil menaklukkan Benteng Sinan (sekarang Turki).

Adapun Al-Afshin, yang sudah berprestasi menaklukkan Babak Khurmi, diperintahkan untuk terlebih dahulu menembus jalur ke wilayah Bizantium melalui Saruj (dekat Harran, Suriah), lalu bergerak ke arah Tarsus (sekarang Turki). [9]

Rencananya, kota Tarsus ini akan dijadikan sebagai pangkalan militer pertama mereka dalam ekspedisi tersebut. Pada waktu hampir bersamaan, Al-Muktasim juga memerintahkan pada Ashinas agar memilih jalur berbeda menuju Tarsus. Setelah pasukan perintis sudah bergerak dan mengamankan jalur, barulah Al-Muktasim bersama pasukan yang lain bergerak menuju Tarsus.[10]

Di Tarsus, Al-Muktasim mengambil alih seluruh pasukannya. Lalu memecah kembali pasukannya ke dalam dua kontingen besar. Pertama dipimpin oleh Al-Afshin. Dia ditugaskan mengambil jalan memutar ke utara. Tujuannya adalah ke Kota Damizon. Kota ini menjadi penting Bizantium, karena salah satu jalur penting perdagangan, dan sumber aliran logistik mereka.

Sedang pasukan yang satu lagi dipimpin langsung oleh Al-Muktasim. Kemudian dengan menggunakan jalur berbeda, mereka bergerak mengambil jalan ke utara, ke gerbang Capadocia. Setelah berhasil menguasai gerbang tersebut, mereka bergerak lagi ke arah barat untuk terlebih dahulu menghancurkan Kota Ancyra.[11] (Lihat peta)

Peta kronoligis pertempuran antara Abbasiyah dan Bizantium di tahun 223 H/837-838 M. Sumber gambar: wikipedia

Sulit dipastikan berapa jumlah pasukan yang dibawa Al-Muktasim dalam pertempuran kali ini. Tapi sebagaimana sejarah menyebutkan, nyaris di setiap seri pertempuran, pasukan Abbasiyah selalu berhasil memenangkannya.

Di tempat berbeda, berita tentang adanya agresi pasukan Abbasiyah ke wilayah Bizantium, baru sampai ke telinga Kaisar Theophilus ketika Al-Muktasim dan Al-Afshin sudah bergerak ketujuan mereka masing-masing. Dia segera mempersiapkan pasukannya. Tapi dia lebih memilih untuk menuju Kota Damizon. Alasannya, kota tersebut adalah nadi kehidupan Bizantium.

Tapi malang bagi Theophilus, dengan mudah Al-Afshin berhasil mengalahkannya, dan membuatnya harus menyelinap melarikan diri ke Konstantinopel. Dengan kekalahan ini, jalan penaklukkan pasukan Abbasiyah ke Ammuriyya makin terbuka lebar.

Sedang di sisi lain, masyarakat Kota Ancyra yang mendengar rencana kedatangan pasukan Al-Muktasim, memilih meninggalkan kota. Sehingga ketika tiba di sana, kota itu sudah kosong. Tak lama kemudian, Al-Afshin dan pasukannya tiba ke Ancyra dengan membawa berita kemenangan. Al-Muktasim kemudian menjadikan Ancyra sebagai pangkalan militer untuk menyerang Ammuriyya. Masyarakat Ammuriyya pun bersiap. (AL)

Bersambung…

Sebelumnya:

Catatan kaki:


[1] Tentang asal usul Al-Muktasim, bisa mengakses link berikut: https://ganaislamika.com/dinasti-abbasiyah-70-abu-ishaq-al-muktasim-1/

[2] Lihat, Akbar Shah Najeebabadi, The History Of Islam; Volume Two, (Riyadh: Darussalam, 2000), hal. 448

[3] Wilayah ini terletak di pusat Anatolia (Turki sekarang), dan sejak lama sudah menjadi salah satu pusat peradaban bangsa Romawi.

[4] Lihat, The History of al-Tabari (Tarikh al-rusul wa l-muluk), VOLUME XXXIII, Storm and Stress along the Northern Frontiers of the `Abbasid Caliphate, translated and annotated by C. E. Bosworth, (New York: State University of New York Press, 1991), hal. 97

[5] Lihat, Syeed Ameer Ali, A Short History Of The Saracens,(London: MacMillian And Co., Limited ST. Martin’s Street, 1916), hal. 284

[6] Lihat, The History of al-Tabari (Tarikh al-rusul wa l-muluk), VOLUME XXXIII, Op Cit

[7] Menurut Syed Ameer Ali, personil divisi ini juga umumnya adalah budak. Mereka umumnya berasal dari dataran tinggi Yaman dan Afrika, sehingga disebut Al-Maghriba (orang barat). Lihat, Syeed Ameer Ali, Op Cit, hal. 282

[8] Lihat, The History of al-Tabari (Tarikh al-rusul wa l-muluk), VOLUME XXXIII, Op Cit, hal. 98

[9] Tarsus adalah kota tua di pesisir selatan Asia Kecil. Di kota inilah dulu kisah Cleopatra dan Marc Anthony digelar. Dan yang juga penting, di kota ini pula jasad Al-Makmun dikebumikan.  

[10] Lihat, The History of al-Tabari (Tarikh al-rusul wa l-muluk), VOLUME XXXIII, Op Cit, hal. 99

[11] Ibid. lihat juga, Battle of Dazimon, 838, http://asiaminor.ehw.gr/forms/fLemmaBodyExtended.aspx?lemmaid=7921&boithimata_State=&kefalaia_State=#chapter_3, diakses 20 Agustus 2019

[12] Ibid, hal. 100-103

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*