Dinasti Utsmaniyah, Aura kebangkitan Turki Utsmani (2): Periodesasi Penguasa Dinasti Utsmaniyah

in Sejarah

Last updated on May 27th, 2018 06:44 am

Khalifah Bani Utsmaniyah telah tercatat dalam sejarah memiliki kurang lebih sekitar 38 orang Khalifah, yang bermula dari abad 10 H, atau abad ke – 16 M, dalam kurun waktu kekuasaannya yang sangat lama yaitu sekitar 625 tahun.

–O–

 

Dinasti Utsmaniyah muncul pada saat dunia Islam mengalami fragmentasi kekuasaan pada periode kedua dari pemerintahan Abassiyah. Sebelum itu, sekalipun telah ada kekuasaan bani Umayyah di Andalusia dan bani Idris pada bagian Barat Afrika Utara, fragmentasi tersebut semakin menjadi-jadi sejak abad ke–9 M. Munculnya berbagai dinasti pada abad ke–9 M seperti Aghlab, di Kairawan, bani Thulun di Mesir, bani Saman di Bukhara, dan bani Buwaih di Baghdad dan Syraz. Dinasti Utsmaniyah berkuasa secara meluas di Asia kecil.[1]

Hampir selama 7 abad masa pemerintahan Dinasti Utsmaniyah 1299 M – 1924 M, Daulah Utsmaniyah meneruskan peradaban yang telah dibangun oleh daulah sebelumnya dan melanjutkan dengan membangun peradaban yang maju dalam berbagai bidang. Raja-raja Turki Utsmani bergelar Sultan dan juga sekaligus sebagai Khalifah, Sultan memiliki konotasi penguasa yang menguasai kekuasaan duniawi, sedang Khalifah, berkuasa dalam bidang agama dan spiritual.[2] Mereka mendapatkan kekuasaan secara turun temurun yang diberikan kepada keturunan atau saudara-saudara mereka. Tidak harus diberikan kepada putra pertama, bahkan dapat diwariskan kepada seorang saudara.

Khalifah Bani Utsmaniyah telah tercatat dalam sejarah memiliki kurang lebih sekitar 38 orang Khalifah, yang bermula dari abad 10 H, atau abad ke – 16 M. Dalam kurun waktu kekuasaannya yang sangat lama yaitu sekitar 625 tahun, tidak kurang dari 38 Sultan yang pernah menjadi penguasa dan memerintah Turki Utsmani. Pada masa setiap penguasanya, dapat dibagi ke dalam lima periode [3] Pada periode pertama, diawali tahun 1229 M hingga 1402 M. Periode ini dimulai semenjak berdirinya dinasti Utsmaniyah, dimulainya perluasan wilayah untuk pertama kalinya hingga kehancuran sementara yang ditimbulkan dari serangan Timur Lank. Pada periode ini, Sultan-sultan yang memimpin adalah Utsman I, Orkhan, Murad I, serta Bayazid I.

Periode Kedua, berlajut dari tahun 1402 M hingga 1556. Pada periode ini ditandai dengan restorasi kerajaan dan begitu cepatnya pertumbuhan dan perkembangan hingga ekspansi yang terbesar khususnya pada masa Sultan Salim I putra dari Bayazid II yang berhasil menguasai daerah Syiria, Afrika Utara, dan Mesir yang pada saat itu wilayah Mesir masih diperintah oleh kaum Mamluk dengan pemimpin tertingginya bernama al-Mutawakkil ‘Ala Allah pada tahun 1517 M. Sultan-sultan yang memimpin pada periode ini adalah Mehmed (Muhammad) I, Murad II, Muhammad II, Bayazid II, Salim I dan Sulaiman I al-Qanuni.[4]

Sulaiman the Magnificent, Sumber gambar  hidayatullah.com/files/bfi_thumb/Sulaiman-The-Magnificeint1-2y7rz7pzrf9okbbar726f4.jpg

Pada masa periode tersebut, Dinasti Turki Utsmaniyah mencapai masa-masa kegemilangannya. Dimasa pemerintahan Sulaiman I al-Qanuni, wilayah kekuasaannya meliputi daratan Eropa hingga Austria, Mesir, Afrika Utara, Al Jazair, Asia hingga ke Persia. Selain itu juga melingkupi Laut Arabia, Laut Hindia, Laut Tengah, Laut Hitam, dan Laut Merah. Julukan al-Qanuni yang disandangnya adalah karena ia memberlakukan aturan berupa Undang-undang di negerinya. Orang Barat menyebutnya The Magnificent (Sulaiman yang Agung),[5] sebutan itu dikarenakan al-Qanuni yang menyebut dirinya sendiri dengan sebutan Sultan dari segala Sultan.

Periode ketiga berlanjut dari tahun 1556 M hingga 1699 M, periode ini ditandai dengan kemampuan militer yang berusaha mempertahankan wilayahnya dikarenakan sedang terjadi kondisi peperangan terus-menerus karena masalah domestik, selain itu juga gempuran dari luar yang datang membuat semaraknya peperangan dalam periode ini. Adapun Sultan-sultan yang memimpin pada periode ini adalah Sultan Salim II, Murad III, Muhammad III, Ahmad I, Mustafa I, Utsman II, Mustafa I (yang kedua kalinya), Sultan Murad IV, Ibrahim I, Muhammad IV, Sulaiman III, Ahmad II, dan Mustafa II.[6]. Pada periode keempat yang dilanjutkan dari tahun 1699 M hingga 1839, ditandai dengan mulai bersurutnya kekuatan kerajaan dan terpecahnya wilayah di tangan para penguasa wilayah. Sultan-sultan yang memimpin pada masa periode ini adalah, Sultan Ahmad III, Sultan Mahmud I, Utsman III, Mustafa III, Abdul Hamid I, Salim III, Mustafa IV, dan Mahmud II.

Kemudian pada masa periode yang kelima dan terakhir, dimulai pada tahun 1839 M hingga 1922 M ini ditandai dengan bangkitnya sistem administratif dan kultural yang telah dipengaruhi oleh ide-ide Barat. Para Sultan yang memerintah pada periode ini adalah, Abdul Majid I, Abdul Aiz, Murad V, Abdul Hamid II, Muhammad V, Muhammad VI, dan terakhir Abdul Majid II yang tidak memiliki gelar sultan, dan hanya disebut sebagai Khalifah, tanpa Sultan yang berakhir dengan diturunkan pula dari jabatan sebagai Khalifah.[7]

Lukisan Sultan Muhammad al-Fatih pada 29 Mei 1453, Sumber gambar putrahermanto.files.wordpress.com/2012/04/edirne_kusatma_zonaro.jpg

Momentum kontak pertama yang dilakukan Turki dengan dunia Barat yang disebut sebagai era baru  adalah jatuhnya Konstantinopel, Ibu kota Bizantium  ke tangan pasukan Turki Utsmani dibawah kepemimpinan Sultan Muhammad II (al-Fatih) pada tahun 1453.[8] Konstantinopel yang selanjutnya diganti menjadi Istanbul, adalah suatu kota Metropolis yang berada di benua Eropa dan Asia. Ini merupakan titik awal masa keemasan Turki Utsmani yang terus melaju hingga abad ke-18 dengan memiliki batas wilayah yang sangat luas membentang dari Hongaria Utara di Barat hingga Iran di bagian Timur, dari Ukraina di bagian Utara, hingga Lautan India di wilayah Selatan.(SI)

Bersambung..

Dinasti Utsmaniyah, Aura kebangkitan Turki Utsmani (3): al-Qanuni The Magnificent

Sebelumnya:

Dinasti Utsmaniyah, Aura kebangkitan Turki Utsmani (1): Buah Kekalahan Dinasti Seljuk, Munculnya Dinasti Utsmaniyah

Catatan kaki:

[1] Lihat, Maimuna, Dinasti Turki Utsmani, Academia,  www.academia.edu/24507240/Dinasti_Turki_Utsmani, diakses pada tanggal 7 April 2018, hlm 19.

[2] Lihat, Syafiq A. Mughni, Sejarah Kebudayaan Islam di Turki, Jakarta, Logos, 1997, hlm 53.

[3] Ibid, hlm 54

[4] Ibid, hlm 58.

[5] Ibid, hlm 60.

[6] Ibid, hlm 62.

[7] Ibid, hlm 66.

[8] Lihat, Philip K. Hitti, Dunia Arab: Sejarah Ringkas, Terj. Usuluddin Hutagalung dan ODP Sihombing, Bandung, Umur Bandung, t.t., hlm 906.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*