Falsafah Surga & Neraka: Sebuah Kajian Teologis dan Teleologis (6)

in Studi Islam

Last updated on October 20th, 2022 09:19 am

“Surga dan neraka adalah gurun dan lahan kosong. Keduanya tercipta sejak di dunia ini. Sebagaimana kita menanam pohon-pohon di surga dengan perbuatan-perbuatan di dunia, demikian pula perbuatan-perbuatan jelek kita dapat menyalakan api untuk membakar semua kebaikan yang dengan susah payah kalian usahakan.”

Gambar ilustrasi. Sumber: portaljember.pikiran-rakyat.com

Korelasi Akhirat dengan Dunia

Sebelumnya, kami telah menelaah perbedaan-perbedaan antara tatanan dunia dan akhirat.

Sekarang, kita akan menelaah landasan-landasan korelasi antara keduanya. Jelas, ada korelasi antara kedua kehidupan ini. Korelasi itu begitu kuat sehingga bisa kita katakan bahwa keduanya merupakan dua babak dalam satu kehidupan dan dua musim dalam satu tahun.

Pada salah satu musimnya kita harus menabur benih, dan pada musim berikutnya kita akan memetik hasil dari benih yang telah kita tabur sendiri di musim sebelumnya. Pada babak pertama ada persiapan-persiapan, dan pada babak berikutnya ada capaian-capaian.

Yang pertama adalah bibit, dan yang kedua adalah buah. Oleh sebab itu, surga dan neraka akhirat tercipta sejak di dunia ini.

Dalam sebuah hadis dikatakan: “Sesungguhnya surga itu adalah taman yang kosong. Oleh sebab itu, bacaan subhânallâh (Mahasuci Allah), alhamdulillâh (segala puji bagi Allah), lâ ilâha illallâh (tidak ada yang harus dituhankan selain Allah), Allâhu Akbar (Allah Mahabesar) dan lâ haula wa lâ quwwata illâ billâh (tidak ada daya dan upaya kecuali milik Allah) diucapkan di sini sebagai tanaman di sana.”[1]

Dalam hadis Rasulullah Saw yang lain dikatakan:

“Ketika aku memasuki surga di malam mi‘raj, aku melihat malaikat sedang membangun rumah-rumah; sebagian dari emas dan sebagian lain dari perak. Di sela-sela itu mereka terkadang berhenti bekerja. Aku bertanya kepada mereka, ‘Mengapa sesekali kalian bekerja dan sesekali berhenti?’ Mereka menjawab, ‘(Kami berhenti), hingga datang bahan-bahan dari para pembangun rumah ini.’ Aku bertanya lagi, ‘Apa yang kalian maksudkan dengan bahan-bahan itu?’ Mereka menjawab, ‘Zikir orang beriman di dunia dengan ucapan subhânallâh wa alhamdulillâh walâ ilâha illa-Allâh wa Allâhu Akbar. Setiap kali kalimat itu diucapkan, kami membangun, dan setiap kali kalimat itu berhenti diucapkan, kami pun berhenti membangun’.”[2]

Dalam hadis lain dikatakan: “Untuk setiap orang yang mengucapkan subhânallâh, Allah akan menanamkan sebuah pohon di surga, dan untuk setiap yang mengucapkan alhamdulillâh, Allah akan menanam sebuah pohon di surga; dan untuk setiap orang yang mengucapkan lâ ilâha illa-Allâh, Allah menanam sebuah pohon di surga, dan untuk setiap orang yang mengucapkan Allâhu Akbar, Allah juga menanamkan sebuah pohon di surga. Maka bertanyalah seorang Quraisy kepada Rasulullah Saw., ‘Jadi, pohon kita di surga itu banyak.’ Rasulullah Saw. menjawab, ‘Ya, tetapi waspadalah, jangan sampai kalian mengirim api kepadanya sehingga membakarnya hingga ke akar-akarnya, sebagaimana difirman­kan oleh Allah: ‘Wahai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah Rasul, dan janganlah kalian batalkan perbuatan-perbuatan kalian’ (QS Muhammad [47]: 33).”

Maksudnya, sebagaimana kalian menanam pohon-pohon di surga dengan perbuatan-perbuatan di dunia, demikian pula perbuatan-perbuatan jelek kalian dapat menyalakan api untuk membakar semua kebaikan yang dengan susah payah kalian usahakan.

Dalam hadis lain dikatakan: “Sesungguhnya hasud itu memakan iman sebagaimana api membakar kayu bakar.[3] Dari situ tampak bahwa neraka adalah gurun dan lahan kosong persis seperti juga surga. Neraka dan siksaannya adalah pengejawantahan dosa-dosa yang dipantikkan oleh manusia hingga kelak mengobarkan api neraka baginya sendiri.

Ular, kalajengking, air yang mendidih, makanan zaqum yang ada di neraka Jahanam, semuanya tercipta akibat dosa-dosa dan kejahatan-kejahatan manusia; persis sebagaimana bidadari, singgasana, dan kesenangan-kesenangan abadi di surga juga tercipta akibat ketakwaan dan amal-amal saleh manusia di dunia ini.

Mengenai para penghuni neraka, Allah Swt. berfirman: Sesungguh­nya bagi mereka siksa pedih (yang berasal) dari dosa yang menyakitkan (QS Saba’ [34]: 5). Jadi, siksaan mereka sesungguhnya berasal dari penyimpangan dan kefasikan yang menyakitkan mereka sendiri.

Tiga Macam Balasan

Dua bahasan sebelumnya, “Perbedaan Alam Akhirat dengan Dunia” dan “Korelasi Akhirat dengan Dunia”, tidak lain hanyalah mukadimah untuk pokok bahasan kita sekarang, yaitu bahasan tentang macam-macam balasan.

Selanjutnya, kita ingin menegaskan perbedaan sifat hukuman di akhirat dan di dunia. Jawaban terhadap keberatan yang mengatakan ketakseimbangan atau ketaksesuaian antara dosa dan hukuman, terletak pada pemahaman yang tepat ihwal perbedaan antara keduanya.

Ada tiga macam balasan:

(1)        balasan yang bersifat konvensional (peringatan dan pelajaran).

(2)        balasan yang memiliki hubungan faktual dan alamiah dengan dosa (konsekuensi perbuatan di dunia).

(3)        balasan sebagai pengejawantahan (tajassum) dosa yang tidak terpisahkan darinya (balasan di akhirat). (MK)

Bersambung…

Sebelumnya:

Catatan kaki:


[1] Ilal Al-Syarai’ juz 1 halaman 183

[2] Tafsir Al-Ayasyi juz 2 halaman 212

[3] Dalail Al-Imamah halaman 52

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*