Mozaik Peradaban Islam

Invasi Napoleon ke Mesir (3): Pertempuran dengan Inggris

in Monumental

Last updated on June 27th, 2018 01:46 pm

“Prancis mendaratkan kapalnya di teluk Abu Kir, mereka merasa aman karena bagian belakang kapalnya terlindungi oleh daratan. Namun, justru mereka diserang Inggris dari belakang. Prancis kalah telak.”

–O–

Pertempuran besar Napoleon yang kedua di Mesir terjadi di perairan. Peristiwa ini terjadi dua minggu setelah Pertempuran Piramida. Apabila Pertempuran Piramida merupakan sesuatu yang dirayakan oleh Prancis, lain halnya dengan Pertempuran Sungai Nil, pertempuran ini justru menjadi titik terendah keberuntungan Prancis. Pasukan Prancis terdeteksi oleh Angkatan Laut Inggris menjangkar di Teluk Abu Qir, daerah timur Alexandria. Angkatan Laut Inggris waktu itu dipimpin oleh Laksamana Horatio Nelson yang legendaris.[1]

 

Incaran Inggris

Sebelumnya Pemerintah Inggris telah mendengar berita bahwa ekspedisi angkatan laut Perancis yang besar akan berlayar dari pelabuhan Mediterania Prancis di bawah komando Napoleon. Menanggapi hal ini, Pemerintah Inggris memberi perintah kepada panglima tertinggi armada Inggris, John Jervis, earl of St. Vincent, untuk melepaskan kapal-kapalnya di bawah komando Laksamana Muda Sir Horatio Nelson untuk mengintai sejak dari Toulon dan mengawasi pergerakan armada Prancis.

Armada Nelson, the Vanguard, dihantam badai pada 20 Mei 1798, beberapa frigatnya hancur lembur, dan mereka terpaksa harus kembali ke pangkalan Inggris di Gibraltar. Mengetahui hal ini, John Jervis mengirim lebih banyak lagi kapal kepada Nelson. Pada 7 Juni, ketika armada tambahan itu tiba, total kekuatan Nelson menjadi sejumlah 14 kapal perang dan 1 kapal layar.

Ekspedisi Prancis tahu bahwa Inggris mengintai, oleh karena itu mereka menghindari kapal perang mereka dan hal pertama yang mereka lakukan adalah berlayar terlebih dahulu ke Malta, wilayah yang telah direbut Prancis pada awal Juni. Setelah menghabiskan satu minggu di Malta dan memasang garnisun Prancis di Valletta, Napoleon berlayar dengan armadanya untuk tujuan utamanya, Mesir.

Sementara itu, Nelson menemukan bahwa Toulon telah kosong dan dugaan dia benar, Prancis sedang menuju Mesir. Tetapi karena Inggris tidak memiliki frigat pengintai, maka mereka kehilangan armada Prancis. Inggris terlebih dahulu mencapai Mesir, di sana mereka menemukan bahwa pelabuhan Alexandria masih kosong. Oleh karena itu mereka buru-buru kembali ke Sisilia untuk mengisi ulang perbekalan armada.

Nelson bertekad untuk menemukan armada Prancis, dia kembali berlayar ke Mesir sekali lagi, dan pada tanggal 1 Agustus ia melihat armada utama Prancis yang terdiri dari 13 kapal perang dan 4 frigat, sedang bersauh di teluk Abu Qir, mereka dipimpin oleh Laksamana François-Paul Brueys d’Aigliier.[2]

 

Jalannya Pertempuran

Di ujung timur Teluk, ada sebuah kota yang terletak di mulut Sungai Nil yang mempunyai nama lokal “Rashid”, atau oleh orang Barat dikenal dengan nama Rosetta. Maka, pertempuran ini selain disebut sebagai Pertempuran Sungai Nil juga kadang-kadang disebut Pertempuran Rashid/Rosetta.[3]

Sebelum perang dimulai, Nelson memberikan beberapa kalimat untuk memberi inspirasi ke bawahannya, “saya memiliki kebahagiaan untuk memimpin sekumpulan keluarga,” ujarnya. Setelah peperangan berakhir, dia juga mengirim surat kepada Richard Howe, 1st Earl Howe, pimpinan tertinggi Angkatan Laut Inggris, “…. oleh karena itu, malam adalah untuk keunggulan saya,” kata Nelson.[4]

Pada waktu itu, ratusan kapal logistik Prancis telah pergi jauh, sehingga kedua belah pihak berada dalam kekuatan yang seimbang. Mereka saling berhadapan dengan 13 kapal perang di setiap sisi, ditambah beberapa frigat yang lebih kecil. Orang Prancis – berpikir bahwa bagian belakang mereka dilindungi oleh sisi darat di tepi pantai – berasumsi bahwa mereka hanya dapat diserang di satu sisi dan, akibatnya, mereka merasa berada di posisi yang aman dan menguntungkan.[5]

Tetapi Prancis tidak memperhitungkan kecerdikan Nelson, dia meninggalkan separuh dari armadanya di belakang dan mengambil jalan memutar. Maka ketika pertempuran dimulai, Nelson memerintahkan dua bagian armadanya untuk menyerang dalam sekali waktu. Prancis diserang dari dua sisi sekaligus, bagian depan oleh armada Nelson yang mengejar langsung, dan bagian belakang oleh armada Nelson yang tadi mengambil jalan memutar.[6]

Lukisan yang menggambarkan penghancuran armada Prancis oleh Inggris. Dilukis oleh George Arnald (1763 – 1841). Koleksi National Maritime Museum, London.

Penembakan dimulai pada pukul 18.28 dan pada pukul 19.00 langit sudah sangat gelap sehingga kapal-kapal Inggris mesti memasang deretan lampu putih di puncak mizzen (salah satu jenis layar) agar mereka dapat membedakan satu sama lain dari musuh.[7] Inggris jelas-jelas sudah mempersiapkan segala sesuatunya dengan matang.

Meskipun peperangan tercatat berlangsung selama tiga hari, namun kerusakan terbesar justru terjadi pada beberapa jam pertama dari sejak perang itu dimulai. Pada tanggal 3 Agustus 1798, personel pasukan Prancis yang masih hidup menyerah. Di pihak Inggris, korban yang tewas berjumlah lebih dari 200 orang, sementara itu di pihak Prancis mencapai lebih dari 3.500 orang. Sisanya yang masih hidup, yang berjumlah 3.500 lebih, dijadikan tawanan oleh Inggris.[8] (PH)

Bersambung ke:

Invasi Napoleon ke Mesir (4): Ali Bonaparte, Khalifah dari Eropa

Sebelumnya:

Invasi Napoleon ke Mesir (2): Pertempuran Piramida

Catatan Kaki:

[1] Eamon Gearon, Turning Points in Middle Eastern History, (Virginia: The Great Courses, 2016), hlm 236.

[2] “Battle of the Nile”, dari laman https://www.britannica.com/event/Battle-of-the-Nile, diakses 20 Juni 2018.

[3] Eamon Gearon, Loc.Cit.

[4] Richard Cavendish, “Battle of the Nile”, dari laman https://www.historytoday.com/richard-cavendish/battle-nile, diakses 20 Juni 2018.

[5] Eamon Gearon, Loc.Cit.

[6] “Battle of the Nile”, Ibid.

[7] Richard Cavendish, Ibid.

[8] Eamon Gearon, Ibid., hlm 236-237.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*