Setelah dimatikan selama 100 tahun dan dihidupkan kembali, Uzair kembali pada kaumnya. Tapi Bani Israil tidak mengenalinya. Maka mereka meminta Uzair agar memperbaiki Taurat. Maka Uzair melakukannya dan mengajarkannya kepada Bani Israil. Sejak itu, “Orang-orang Yahudi berkata: ‘Uzair adalah anak Allah.’
Setelah cukup panjang menjelaskan mengenai latar kisah yang dialami oleh uzair berdasarkan tafsir QS. Al-Baqarah: 259, Ibnu Katsir lebih jauh menceritakan mengenai hal yang dialami Uzair setelah dibangkitkan kembali dari kematian selama seratus tahun.
Berdasarkan riwayat dari Ishak bin Bashar, setelah bangkit dari kematian, Uzair menaiki keledainya untuk mendatangi kampungnya.
Allah SWT berkehendak untuk menjadikan Uzair sebagai tanda-tanda kebesaran-Nya kepada masyarakat dan mukjizat yang hidup yang menjadi saksi atas kebenaran kebangkitan dan hari kiamat. Uzair memasuki desanya pada waktu Maghrib. Dia tidak percaya melihat perubahan yang terjadi di desanya di mana rumah-rumah dan jalan-jalan sudah berubah, begitu juga manusia dan anak-anak yang ditemuinya. Tak seorang pun di situ yang mengenalinya. sebaliknya, dia pun tidak mengenali mereka. Uzair meninggalkan desanya saat beliau berusia empat puluh tahun dan kembali kepadanya dan usianya masih empat puluh tahun. Tetapi desanya sudah menjalani waktu seratus tahun sehingga rumah-rumah telah hancur dan jalan-jalan pun telah berubah dan wajah-wajah baru menghiasi tempat itu.
Kemudian dia bertolak dengan penuh kebimbangan hingga akhirnya dia mendatangi rumahnya, tiba-tiba di rumahnya itu terdapat seorang nenek yang sudah sangat tua, yang usianya sudah 120 tahun lebih. Ketika Uzair pergi dari kaumnya, wanita itu berumur 20 tahun dan benar-benar mengenal dan mengetahuinya. Kini, usia pembantu itu mencapai seratus dua puluh tahun di mana kekuatannya sudah sangat merosot dan giginya sudah ompong dan matanya sudah lemah.
Uzair pun bertanya kepadanya, “Wahai ibu tua, apakah ini benar rumahnya Uzair?”
“Ya benar, ini rumah Uzair,” jawab wanita tua itu.
Kemudian wanita itu pun menangis seraya berkata, “Aku tidak pernah menemukan seorang pun setelah bertahun-tahun yang masih ingat Uzair, sedangkan dia sudah tidak diingat oleh orang-orang.”
Kemudian Uzair pun berkata, “Ini aku adalah Uzair. Allah SWT telah mematikanku selama seratus tahun dan kemudian membangkitkanku kembali.”
Wanita itu berujar, “Mahasuci Allah. Sesungguhnya kami telah kehilangan Uzair sejak seratus tahun yang lalu dan kami sama sekali tidak pernah mendengar namanya.”
“Sesungguhnya aku ini Uzair,” paparnya.
Wanita itupun berkata, “Sesungguhnya Uzair itu seorang yang doanya senantiasa terkabul. Dia senantiasa mendoakan kesembuhan bagi orang yang sedang sakit. Maka doakan aku supaya Allah SWT menyembuhkan dan mengembalikan pandanganku kembali sehingga aku dapat melihat mu, jika engkau benar-benar Uzair yang pernah aku kenal.”
Maka Uzair pun – lanjut Ishak – berdoa kepada Tuhannya dan kemudian mengusapkan tangannya ke kedua matanya hingga akhirnya kedua matanya itu sembuh. Lalu Uzair memegang tangan wanita tersebut seraya berkata, “Bangunlah dengan izin Allah.”
Kemudian Allah menyembuhkan kedua kakinya hingga dia dapat berdiri tegak seolah-olah dia baru lepas dari ikatan. Lalu dia melihat seraya berkata, “Aku bersaksi bahwa engkau memang benar Uzair.” Lalu wanita tadi pergi ke tempat perkumpulan orang-orang Bani Israil sedang mereka tengah di tempat perkumpulan mereka.
Anak Uzair adalah seorang yang telah berusia seratus delapan belas tahun sedang cucunya adalah pemuka di dalam majelis (perkumpulan) tersebut. Wanita tadi menyeru mereka seraya berkata, “Inilah Uzair telah datang kepada kalian.”
Namun mereka mendustakannya. Wanita dari berkata, “Saya adalah Fulanah, seorang budak wanita kalian. Uzair telah berdoa kepada Allah sehingga Allah mengembalikan pengelihatanku dan menyembuhkan kakiku. Dan dia juga mengaku bahwa Allah telah mematikannya selama seratus tahun, lalu menghidupkannya kembali.”
Kemudia orang-orang di majelis itu bangkit dan bergegas berdatangan menemui Uzair. Putra Uzair berkata, “Ayahku memiliki tanda hitam di antara kedua pundaknya.” Uzair pun membuka bagian di antara kedua pundaknya, dan ternyata dia memang benar-benar Uzair.
Lalu orang-orang Bani Israil berkata, “Sesungguhnya tidak ada seorang pun di antara kami yang lebih hapal Taurat melebihi Uzair. Sebagaimana diceritakan, bahwa Bucktanashar telah membakar Taurat dan tidak ada sedikit pun yang tersisa kecuali yang dihapal oleh beberapa orang. Karenanya, tuliskanlah Taurat untuk kami.”
Di masa Bucktanashar, ayahnya Uzair yang bernama Sarukha, telah menyembunyikan Taurat dengan cara ditanam di suatu tempat yang tidak ada yang mengetahui kecuali Uzair. Maka Uzair pergi bersama orang-orang Bani Israil ke tempat tersebut, lalu menggali dan mengeluarkan Taurat dari dalam tanah. Tapi kertas Taurat tersebut telah membusuk dan tulisannya sudah terhapus. Uzair pun mengetahui mengapa Allah SWT mematikannya selama seratus tahun dan membangkitkannya kembali.
Kemudian Uzair duduk di bawah pohon rindang sedang Bani Israil duduk di sekelilingnya. Lalu Uzair memperbaiki Taurat tersebut untuk mereka. Lalu tiba-tiba ada dua cahaya turun dari langit dan masuk ke dalam kitab tersebut. Lalu dia mengajarkan Taurat kepada Bani Israil.
Dalam redaksi yang agak berbeda dikatakan, bahwa ketika Uzair sedang duduk di bawah pohon rindang, tiba-tiba ada dua anak panah dari langit masuk ke dalam mulut Uzair. Setelah itu, dia pun mampu menyebutkan seluruh isi Taurat dan memperbaikinya untuk Bani Israil. Lalu dia mengajarkan isi kitab tersebut kepada mereka, dan Uzair juga mengurusi semua kebutuhan Bani Israil.
Kemudian tersebarlah berita tentang mukjizat Uzair di tengah-tengah Bani Israil. Mukjizat tersebut membawa fitnah yang besar bagi kaumnya. Mula-mula mereka membandingkan antara Musa dan Uzair dan mereka berkata: “Musa tidak mampu mendatangkan Taurat kepada kita kecuali di dalam kitab sedangkan Uzair mampu mendatangkannya tanpa melalui kitab.” Setelah perbandingan yang salah ini, mereka menyimpulkan sesuatu yang keliru di mana mereka menisbatkan kepada nabi mereka hal yang sangat tidak benar. Dari sanalah “Orang-orang Yahudi berkata: ‘Uzair adalah anak Allah.’” (QS. at-Taubah: 30)
Maha Suci Allah dari semua itu: “Tidak layak bagi Allah mempunyai anak, Maha Suci Dia.” (QS. Maryam: 35). (AL)
Bersambung…
Sebelumnya:
Catatan: Artikel ini adalah adaptasi dari kitab karya Ibnu Katsir, Qashashul Anbiya. Terjemahan Bahasa Indonesia berjudul “Kisah Para Nabi”, (Jakarta: Pustaka Azzam, 2005), hal. 594-595 n functi