Mozaik Peradaban Islam

Kosmologi Islam dan Dunia Modern oleh William C. Chittick (4): Musnahnya Sebuah Warisan (4): Peran Tradisi Intelektual (2)

in Pustaka

Last updated on December 24th, 2021 02:46 pm

Jika Muslim ingin mengikuti “jalan yang lurus” (shirâth al-mustaqim), maka mereka perlu menggunakan pikiran mereka, kesadaran, dan berpikir dengan cara yang selaras dengan Allah, Sang Realitas sejati.

Foto ilustrasi. Kredit: Yaimsa

Jadi, apakah tujuan Islam? Secara umum, tujuan Islam adalah membawa orang ke dalam keharmonisan dengan segala sesuatu sebagaimana adanya. Dengan kata lain, Islam membawa manusia kembali ke hadirat Allah, yang dari-Nya semua berasal pada mulanya.

Bagaimanapun, semua orang akan kembali ke hadirat Allah dalam hal apa pun, jadi masalahnya adalah bukan kembali per se, tapi bagaimana cara orang sampai di sana. Melalui Al-Quran dan Sunnah, Allah membimbing manusia kembali kepada-Nya dengan cara yang akan menjamin kebahagiaan abadi mereka.

Jika mereka ingin mengikuti “jalan yang lurus” (shirâth al-mustaqim), jalan yang akan mengarah kepada keseimbangan dan kebahagiaan dan bukan untuk ketidakseimbangan dan kesengsaraan, maka mereka perlu menggunakan pikiran mereka, kesadaran, dan berpikir dengan cara yang selaras dengan Allah, Sang Realitas sejati.

Jika mereka menyibukkan diri dengan ilusi dan ketidaknyataan, maka mereka akan mengikuti jalan yang bengkok dan kemungkinan besar tidak berakhir di tempat yang mereka ingin tuju.

Sejarah ekspresi intelektual Islam ini diwujudkan dalam berbagai bentuk yang umat Islam adopsi dari waktu ke waktu dalam usaha untuk berpikir benar dan tepat. Lantaran tradisi intelektual begitu kokoh dan aktif, maka perbedaan pendapat tentang cara terbaik untuk mengungkapkan temuan-temuan itu menjadi lumrah.

Meskipun demikian, dalam semua aliran pemikiran yang berbeda yang telah muncul dalam sejarah Islam—entah mereka berhubungan dengan ilmu intelektual ataukah ilmu nukilan—ada satu prinsip yang selalu disepakati: Tuhan itu satu, dan Dia adalah satu-satunya Sumber kebenaran dan realitas. Dia adalah asal segala sesuatu, dan segala sesuatu kembali kepada-Nya. Ini adalah tawhîd, “menyatakan Keesaan Allah”.

Hal ini diungkapkan secara singkat dalam paruh pertama kalimat Syahadat, kesaksian keimanan: “Tidak ada tuhan selain Allah”. Pernyataan ini secara umum dikenal sebagai kalimat al-tawhîd, “kata-kata yang menyatakan keesaan”.

Berpikir secara Islami adalah mengakui keesaan Tuhan dan menghasilkan konsekuensi yang tepat. Perbedaan pendapat yang muncul menyangkut konsekuensi-konsekuensi yang tepat, bukanlah fakta bahwa Tuhan adalah satu.

Konsekuensi-konsekuensi yang orang tarik dari tawhîd sangat tergantung pada pemahaman mereka mengenai Tuhan. Pada umumnya, umat Islam telah berusaha memahami Tuhan dengan merenungkan implikasi-implikasi dari nama-nama dan sifat-sifat Tuhan sebagaimana dinyatakan dalam Al-Quran dan Sunnah.

Jika Allah dipahami sebagai Pemberi hukum, orang akan menarik kesimpulan yang berkaitan dengan pelaksanaan Syariah yang tepat.

Jika Dia dipahami sebagai Maha Pemurka, mereka akan menyimpulkan bahwa mereka harus menghindari murka-Nya.

Jika Dia dipahami sebagai Maha Pengasih, mereka akan berpikir bahwa mereka harus mencari welas asih-Nya.

Jika Dia dipahami sebagai Mahaindah, mereka akan mendapati diri-Nya sebagai yang dicintai dan didambakan.

Tentu saja, Tuhan mempunyai “sembilan puluh sembilan nama”—setidaknya—dan setiap nama memakai cahaya berbeda pada apa hakikat Tuhan yang sebenarnya, apa yang sebenarnya bukan hakikat-Nya, dan bagaimana sebenarnya manusia harus memahami-Nya dan berhubungan dengan-Nya.

Tentu saja, kaum Muslim yang berpikir selalu memahami Tuhan dalam banyak jalan, dan mereka telah menarik kesimpulan yang berbeda-beda berdasarkan cara pemahaman masing-masing.

Keragaman pemahaman ini di tengah-tengah tawhîd tergambar dalam doa Nabi, “Ya Allah, aku berlindung kepada rahmat-Mu dari murka-Mu, aku berlindung kepada nikmat-Mu dari murka-Mu, aku berlindung kepada-Mu dari-Mu.” (PH)

Bersambung ke:

Sebelumnya:

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*