Mozaik Peradaban Islam

Marasyi Najafi: Bibliofil dari Qom (2)

in Travel


Marasyi berwasiat, dia meminta dikuburkan di pelataran depan perpustakaan agar dia selalu menyatu dengan derap langkah dan nafas para peneliti dan pecinta ilmu.


Saat memasuki kamar direktori manuskrip di perpustakaan Marasyi Najafi, kita bisa melihat berbagai jenis kitab ditulis dari kulit hewan dan kertas kuno tentang tradisi intelektual Islam, kitab-kitab suci pelbagai agama, hadis-hadis dan ilmu pengetahuan lain seperti filsafat, geometri, astronomi, sastra, bahkan ilmu serangga. Semuanya tulisan tangan. Koleksi kitab tulisan tangan di situ sangat mencengangkan, terhampar di ruang kaca tulisan tangan kitab-kitab penting mulai dari Abad 2 Hijriah hingga sekitar 300 tahun lalu.

Marasyi Najafi mengumpulkan semua jenis manuskrip itu untuk menjaga kekayaan peradaban dan kebudayaan Islam dan pengabdian di jalan Allah sebagai tujuan utamanya. Dan sesuai wasiatnya, perpustakaan itu diwakafkan untuk umat serta siapa saja tamu asing yang ingin menggunakannya.


Berbagai jenis kitab ditulis dari kulit hewan dan kertas kuno tentang tradisi intelektual Islam, kitab-kitab suci pelbagai agama, hadis-hadis dan ilmu pengetahuan lain seperti filsafat, geometri, astronomi, sastra, bahkan ilmu serangga. Semuanya tulisan tangan. Foto:
Hertasning Ichlas

Beberapa tahun belakangan ini tamu asing yang ingin memasuki perpustakaan semakin ramai. Sehingga kini tamu asing harus terlebih dahulu membuat surat kepada kantor perpustakaan sekitar satu pekan sebelumnya. Perpustakaan ini mengalami lonjakan kunjungan mancanegara yang luarbiasa.

Di pagi itu tampak terlihat kunjungan rombongan tamu dari Jepang dan Afrika. Bekal surat akan membuat tamu asing dilayani dengan waktu khusus didampingi oleh pemandu cekatan yang menjelaskan apa saja terkait buku dan manuskrip di dalam perpustakaan.

Perpustakaan ini memiliki berbagai lantai, gedung dan direktori, mulai dari perpustakaan umum, agama, koleksi visual dan yang terpenting adalah direktori manuskrip atau kitab dengan tulisan tangan. Khusus direktori manuskrip ada sekitar 40.000 manuskrip, 20.000-an di antaranya dikumpulkan sendiri oleh Marasyi Najafi.

Menurut penuturan pustakawan yang bekerja di sini, Marasyi Najafi mengatakan ada tiga faktor yang membuat perpustakaan ini tetap berdiri meski ditempa gonjang-ganjing termasuk perang Iran-Irak yang meluluhlantakkan Kota Qom oleh puluhan rudal.

Faktor pertama karena perpustakaan itu didirikan sebagai pelayanan untuk Allah. Faktor kedua karena kerinduan Marasyi Najafi dan keluarganya kepada Hazrat Fatimah Ma’shumah, adik Ali bin Musa Al-Ridha yang dikuburkan tak jauh dari perpustakaan tersebut. Faktor ketiga, doa baik orangtuanya.

Marasyi Najafi mengenang, dahulu setiap kali ingin membangunkan orangtuanya, dia tak berani menyentuh dan mengeluarkan suara. Cara dia membangunkan mereka adalah dengan menempelkan pipinya ke kaki ayahnya agar hangat dan membuat ayahnya terbangun. Itulah yang membuat Marasyi Najafi mendapatkan doa-doa terbaik dan keridhaan orangtua.

Sebagai salah satu tokoh terkemuka di Iran, dia adalah penyokong penting revolusi Islam Iran dan Ayatullah Khomeini. Pada tahun 1964 saat Ayatullah Khomeini hijrah ke Najaf, Marasyi Najafi adalah sosok utama yang menyambut dan membuka jalan ide-ide revolusi di Najaf.

Marasyi Najafi meninggal pada 7 Safar 1411 H/29 Agustus 1990 di usia 96 tahun. Sebagaimana selama hidupnya Marasyi Najafi selalu mendahulukan ilmu dan membeli buku daripada memenuhi kepentingan-kepentingan duniawinya, ketika meninggal dia tak sempat merepotkan orang banyak, apalagi sampai menghabiskan waktu dan dana.


Makam Marasyi Najafi, dia ingin selalu dekat dengan para pecinta ilmu. Foto:
Hertasning Ichlas

Di ujung hayatnya, Marasyi Najafi memberikan wasiat yang sangat terkenal kepada keluarganya, bahwa dia tidak ingin dikuburkan di kompleks pusara Hazrat Masumah meskipun dia bertugas menjadi imam salat selama 70 tahun di situ. Dia lebih memilih dikuburkan di pelataran depan perpustakaan agar dia selalu menyatu dengan derap langkah dan nafas para peneliti dan pecinta ilmu. (Hertasning Ichlas)

Selesai.

Sebelumnya:

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*