Negus (8): Raja yang Melindungi Kaum Muslimin

in Tokoh

Last updated on February 10th, 2020 08:13 am

Jakfar bin Abu Thalib membacakan permulaan surat Maryam di hadapan Negus dan para uskupnya. Mereka semua menangis hingga jenggotnya basah oleh airmata. Negus berkata, ‘Sesungguhnya ayat tadi dan yang dibawa Isa berasal dari sumber yang sama. Pergilah kalian berdua, hai utusan Quraisy! Demi Allah, aku tidak akan menyerahkan mereka kepada kalian berdua, dan mereka tidak bisa diganggu’.”

Gambar ilustrasi. Sumber: english.alarabiya.net

Kedua Kubu Bertemu di Depan Negus

Ketika mereka tiba di tempat Negus – yang ketika itu juga memanggil para uskupnya yang kemudian menebarkan mushaf-mushaf mereka di sekitar sang raja. Negus bertanya kepada Muhajirin, ‘Apa sih sebenarnya yang berbeda agama kalian dengan agama kaum kalian, dan mengapa kalian tidak masuk ke dalam agamaku, serta tidak masuk ke dalam salah satu dari agama-agama yang ada?'”[1]

Ummu Salamah berkata, “Orang yang menjawab pertanyaan Negus ketika itu ialah Jakfar bin Abu Thalib.[2]

Dia berkata kepada Negus, ‘Wahai paduka raja, tadinya kami kaum jahiliyah. Kami menyembah patung-patung, memakan bangkai, berzina, memutus silaturahim, menyakiti tetangga, dan orang kuat di antara kami memakan orang lemah. Itulah keadaan kami hingga Allah mengutus seseorang dari kami menjadi Rasul kepada kaum kami. Kami mengenal nasabnya, kebenarannya, kejujurannya, dan kesuciannya. Dia mengajak kami kepada Allah dengan mentauhidkan-Nya, beribadah kepada-Nya, dan meninggalkan batu dan patung-patung yang dulu kami sembah dan orang tua kami menyembahnya. Rasul tersebut memerintahkan kami jujur dalam berkata, menunaikan amanah, menyambung silaturahim, bertetangga dengan baik, menahan diri dari hal-hal yang haram, dan tidak membunuh. Dia melarang kami dari perbuatan zina, berkata bohong, memakan harta anak yatim, dan menuduh berzina wanita baik-baik. Dia memerintahkan kami beribadah kepada Allah saja dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Dia juga memerintahkan kami shalat, zakat, dan puasa’.”[3]

Ummu Salamah berkata, “(selanjutnya) Jakfar menguraikan pokok-pokok agama Islam. Dia berkata, ‘Kemudian kami membenarkan Rasul tersebut, beriman kepadanya, dan mengikuti apa yang dibawanya dari sisi Allah. Kami beribadah kepada Allah saja dan tidak menyekutukan-Nya dengan sesuatu apa pun. Beliau mengharamkan kepada kami apa saja yang beliau haramkan, dan menghalalkan kepada kami apa saja yang beliau halalkan.[4]

Setelah itu, kaum kami bertindak jahat terhadap kami. Mereka menyiksa, dan menganiaya kami karena agama kami. Mereka menginginkan kami kembali menyembah patung-patung, tidak menyembah Allah SWT, dan kami menghalalkan apa yang dulu pernah kami halalkan. Karena mereka selalu memaksa kami, menyiksa kami, mempersempit ruang gerak kami, dan memisahkan kami dengan agama kami, maka kami pergi ke negerimu dan memilihmu daripada orang lain. Kami lebih suka hidup berdampingan denganmu, dan kami berharap tidak disiksa lagi di sisimu, wahai paduka raja’.”[5]

Ummu Salamah melanjutkan, “Negus berkata kepada Jakfar, ‘Apakah engkau mempunyai sesuatu yang datang dari sisi Allah?'”[6]

Jakfar berkata kepada Negus, ‘Ya, ada.’ Negus berkata kepada Jakfar, ‘Bacalah untukku!'”[7]

Ummu Salamah berkata, “Kemudian Jakfar membacakan permulaan surat Maryam.[8] Demi Allah, Negus menangis hingga jenggotnya basah oleh airmata. Para uskup juga menangis hingga airmata mereka membasahi mushaf-mushaf mereka ketika mendengar apa yang dibaca Jakfar. Negus berkata, ‘Sesungguhnya ayat tadi dan yang dibawa Isa berasal dari sumber yang sama. Pergilah kalian berdua, hai utusan Quraisy! Demi Allah, aku tidak akan menyerahkan mereka kepada kalian berdua, dan mereka tidak bisa diganggu’.”[9] (AL)

Bersambung…

Sebelumnya:

Catatan kaki:


[1] Lihat, Sirah Nabawiah Ibn Hisyam (jilid 1), Fadhli Bahri, Lc (Penj), Jakarta, Batavia Adv, 2000, hal. 256

[2] Tidak banyak catatan spesifik mengenai kisah hidup Jakfar bin Abu Thalib. Tapi umumnya sejarawan sepakat bahwa sosok ini memiliki keutamaan yang tinggi di mata Rasulullah Saw. Sebelum datangnya wahyu pertama, Jakfar dikenal sebagai pecinta kaum miskin. Itu mungkin sebabnya Nabi menamainya Abu Al-Masakin (ayah kaum miskin). Ketika wahyu pertama datang, Jakfar masuk dalam golongan pertama yang masuk Islam. Setelah itu dia hijrah ke Habsyah, dan baru kembali menghadap Rasulullah Saw setelah sesaat setelah berakhirnya perang Khaibar. Ketika Rasul bertemu Jakfar, beliau Saw langsung mencium bagian di antara kedua mata Jakfar sambil bersabda: “Aku tidak tahu, mana yang lebih menggembirakan hatiku, kemenangan atas Khaibar atau bertemu dengan mu.”

Menurut O. Hashem, kecintaan Rasulullah Saw pada Jakfar bin Abu Thalib sebenar bisa dimaklumi. Selain karena akhlaqnya yang mulia, Jakfar juga merupakan sosok yang paling mirip dengan Nabi (secara fisik). Dia juga adalah salah satu keluarga dekat Nabi Saw yang sejak awal menyertai perjuangan beliau. Memang ada sejumlah kerabat Nabi lainnya yang mendukung perjuangan beliau. Namun satu persatu mereka mendapatkan syahid dalam perjuangan mereka. Setelah Ubaidah bin Harist terbunuh dalam perang Badr dan paman Nabi Hamzah bin Abdul Muthalib syahid dalam perang Uhud, praktis keluarga dekat beliau yang menemani hanya sepupunya, Ali bin Abi Thalib. Oleh sebab itu, cukup wajar bisa Rasulullah Saw begitu Bahagia ketika bertemu kembali dengan Jakfar bin Abu Thalib setelah perang Khaibar. Lihat, O. Hashem,  Muhammad Sang Nabi; Penelusuran Sejarah Nabi Muhammad Secara Detail, (Jakarta: Ufuk Press, 2007), hal 231-232

[3] Lihat, Sirah Nabawiah Ibn Hisyam (jilid 1), Op Cit, hal. 256

[4] Ibid

[5] Ibid

[6] Ibid

[7] Ibid

[8] Ada beberapa perbedaan pendapat mengenai ayat mana yang dibaca Jakfar pada permulaan Surat Maryam. Ada yang berpendapat bahwa yang dibaca Jakfar ketika itu adalah Surat Maryam:16–24 yang  menjelaskan tentang kedudukan Isa as di dalam padangan Islam. Lihat, https://kisahmuslim.com/1492-najasyi-ashhamah-bin-jabar.html, diakses 20 Januari 2020. Tapi bila melihat narasi kisah ini selanjutnya, dimana Negus menanyakan kembali tentang kedudukan Isa bin Maryam kepada Jakfar, agaknya yang dibaca Jakfar ketika itu memang permulaan Surat Maryam, yaitu ayat 1-10 dari surat tersebut, bukan ayat 16-24.

[9] Lihat, Sirah Nabawiah Ibn Hisyam (jilid 1), Op Cit

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*