“Kendati jumlah penganut Sikhisme terbilang minoritas di Pakistan modern, namun Sikhisme memiliki sejarah panjang di negara itu. Bukan hanya Guru Nanak Dev Ji – penggagas Sikhisme – lahir di Nankara Sahib, Provinsi Punjab, Pakistan, tetapi juga pada 1799 sampai 1849, para penganut Sikhisme sukses membentuk Kekaisaran dan menguasai wilayah cikal bakal Pakistan modern.”
–O–
Sikhisme berasal dari istilah Sikh dan isme. Sikh berarti murid atau pelajar, sedangkan isme adalah paham atau kepercayaan. Dengan demikian secara sederhana, Sikhisme dapat dimaknai sebagai paham atau kepercayaan murid atau kepercayaan pelajar. Namun, apabila ditinjau lebih mendalam, pengertian Sikhisme tidaklah sesederhana itu.
Sebab, secara lebih mendalam, Sikhisme memiliki kepercayaan-kepercayaan utama. Kesatu, percaya dalam satu Tuhan yang pantheistik (menyamakan Tuhan dengan kekuatan dan hukum-hukum alam dan memuja seluruh dewa dari berbagai kepercayaan). Kedua, mempercayai Sepuluh Guru Sikh serta para cendekiawan Muslim dan Hindu yang diterima yang dapat ditemukan dalam Guru Granth Sahib.
Sepuluh Guru Sikh diantaranya Guru Nanak Dev (1507-1539), Guru Angad Dev (1539-1552), Guru Amar Das (1552-1574), Guru Ram Das (1574-1581), Guru Arjan Dev (1581-1606), Guru Har Gobind (1606-1644), Guru Har Rai (1644-1661), Guru Har Krishan (1661-1664), Guru Tegh Bahadur (1665-1675), dan Guru Gobind Singh (1675-1708). Adapun Guru Granth Sahib adalah teks suci yang diyakini sebagai Guru Kesebelas mereka.
Sikhisme menjunjung tinggi logika (versi Sikhisme ), pandangan yang menyeluruh (komprehensif), dan pendekatan yang sederhana terhadap permasalahan spiritual maupun material. Dalam etika Sikhisme, tiada konflik atau pertentangan antara tugas pribadi terhadap diri sendiri dengan tugas pribadi terhadap masyarakat.
Secara kronologis, Sikhisme muncul dan berkembang di India pada abad ke-16 dan ke-17 setelah Hindu dan Islam berkembang di Asia Selatan. Oleh sebab itu, kepercayaan ini bukan hanya dipengaruhi perubahan dalam agama Hindu seperti Bhakti, monisme, metafisika Weda, guru ideal, dan bhajan, serta Islam sufi, tetapi juga berangkat dari adat-adat sosial dan struktur dalam Hindu – seperti kasta dan purdah – dan Islam.
Kini, Sikhisme merupakan salah satu agama atau – lebih tepatnya – kepercayaan terbesar di dunia. Sekarang para pengikutnya dapat ditemukan di berbagai penjuru dunia yang di dalamnya terdapat komunitas India. Di Asia Tenggara, para penganut Sikhisme bisa ditemukan di Malaysia dan Singapura. Dalam segi nama, nama prianya berakhiran Singh, sedangkan nama perempuannya berakhiran Kaur.
Kekaisaran Sikh
Sesudah muncul dan berkembang pada abad ke-16 dan abad ke-17 di level masyarakat, maka pada abad ke-18 dan ke-19, para penganut Sikhisme membentuk Kekaisaran Sikh. Pendiri pertama Kekaisaran Sikh dan beribukota di Lahore, kota terbesar kedua di Pakistan modern, ialah Ranjit Singh. Pada masa itu, orang-orang Sikh banyak yang tinggal di Lahore, Rawalpindi, dan di Faisalabad.
Dalam sejarah Sikhisme, pembentukan Kakaisaran Sikh tersebut umumnya dianggap sebagai puncak perkembangan politik Sikhisme.[1] Pada masa kekuasaannya, Kekaisaran Sikh memasukkan Kashmir, Ladakh, dan Peshawar. Hari Singh Nalwa – panglima tentara Sikh di sepanjang perbatasan barat laut – mengambil batas Kekaisaran Sikh ke mulut Khyber Pass. Lalu pemerintahan sekuler kekaisaran ini mengintegrasikan reformasi militer dengan ekonomi dan pemerintahan yang inovatif.
Kemunculan Sikhisme di Asia Selatan bersamaan waktunya dengan tengah berlangsungnya kekuasaan Kekaisaran Mughal di kawasan itu. Sebelum berkembang menjadi kekuatan politik, para pemuka Sikh banyak mendapatkan perlakuan kasar dari pemerintahan Kekaisaran Mughal. Dalam banyak kadar, bahkan pembentukan dan perkembangan kekuatan politik Kekaisaran Sikh pun acap bersinggungan dan berkonflik dengan Kekaisaran Mughal.
Namun, karena diperkuat dengan doktrin dan kekuatan militer yang cukup baik, maka orang-orang Sikh bukan hanya mampu bertahan, tetapi juga dapat mendirikan sebuah kekaisaran. Keberhasilan mereka dalam membentuk sebuah kekuatan politik sulit dipisahkan dan sangat ditentukan oleh massifnya gerakan misionaris mereka dalam menyebarkan Sikhisme di Asia Selatan.
Dalam proses pembentukan kekuatan militer awal kaum Sikh, Tegh Bahadur harus disebut sebagai sosok yang terpenting. Sebab, dialah orang kuat yang berhasil menjadikan dirinya sebagai panglima perang pertama bagi kaum Sikh dan telah berhasil memperluas pengaruh Sikhisme sampai ke berbagai wilayah India di bagian selatan bahkan sampai Ceylon.
Nama selanjutnya yang juga penting dicatat dalam pembentukan kekuatan militer dan politik kaum Sikh adalah Guru Govind Singh yang menjadi guru bagi kaum Sikh selama sekitar 33 tahun. Dia adalah putra Tegh Bahadur yang berhasil menahan diri dari rasa dendam selama dua puluh tahun terhadap orang dari Kekaisaran Mughal yang telah membunuh ayahnya.
Dalam masa menahan diri itu, dia bukan hanya mengonsolidasikan kekuatan kaum Sikh, melainkan juga menyusun rencana untuk untuk menjadikan dirinya sebagai jagoan Hindu dalam melawan penguasa Kekaisaran Mughal. Oleh sebab itu, dia berusaha melakukan berbagai cara agar pengaruh Hindu kian besar terhadap ajaran Sikhisme. Dia menulis beberapa cerita tentang dewa-dewi Hindu dan syair-syair Hindu.
Dalam segi pengorganisasian, dia menetapkan upacara Khanda-di-Pahul (pembaptisan dengan mata pedang) untuk membaptis lima murid terpilih dan memberi mereka nama Singh di akhir nama masing-masing agar setiap pemimpin Sikh memiliki keberanian seperti singa-singa di hutan. Selain itu, para murid itu diharuskan pula untuk memakai lima simbol.
Simbol yang dimaksud terdiri atas lima hal. Kesatu, Kes (rambut dan jenggot yang tidak dipotong); Kedua, Kangha (sisir); Ketiga, Kirpan (pedang); Keempat, Kach (celana panjang sampai lutut); dan Kelima, Kara (gelang yang terbuat dari baja). Dengan metode pembaptisan dan indoktrinasi simbol ini, maka para murid tadi memilih kembali para murid utama lainnya. Kelompok Sikh ini disebut sebagai Khalsa Panth.
Lama-kelamaan, kelompok ini menjelma menjadi kekuatan militer yang sangat handal. Orang-orang yang bergabung ke dalamnya terutama dari kelompok Jat, adalah mereka yang diihami oleh semangat kebencian yang mendalam terhadap Islam dan Hindu. Bagi mereka, menjadi Sikh sama artinya dengan secara terang-terangan menyatakan rasa permusuhan terhadap umat Islam dan umat Hindu.
Bukan hanya berbekal persenjataan yang kuat, tetapi juga dengan semangat perang yang benar-benar dibina – sebelumnya – oleh Guru Govind Singh, mereka pun tampak siap menghancurkan kekuatan Islam yang eksis dalam Kekaisaran Mughal. Mula-mula, mereka menyerang suatu pemerintahan raja-raja semi Hindu di bukit Shivalik yang menjadi daerah mandat Kekaisaran Mughal.
Akhirnya, nama terpenting dalam pembentukan kekuatan politik Sikh adalah Ranjit Singh, karena dialah yang mendirikan Kekaisaran Sikh yang sekuler dan berbasis di Punjab pada 1799 ketika dia sukses merebut Lahore dari Kekaisaran Mughal hingga 1849. Puncaknya pada abad ke-19, wilayah kekuasaan Kekaisaran Sikh diperpanjang dari Khyber Pass di barat ke Tibet barat di bagian timur, dan dari Mithankot di selatan ke Kashmir di utara.
Dalam setengah abad kekuasaannya, memang kekaisaran ini tidak mampu menjadikan Sikhisme sebagai agama mayoritas yang dianut oleh penduduknya. Namun, meski minoritas, akan tetapi para penguasa Kekaisaran Sikh berhasil menguasai penduduk mayoritas non-Sikh. Demografi Kekaisaran Sikh waktu itu adalah 80% kaum Muslim, 10% kaum Sikh, dan 10% kaum Hindu.[2]
Populasi penduduk kekaisaran ini sekitar 3,5 juta orang. Dalam sejarah Asia Selatan, wilayah yang dikuasai Kekaisaran Sikh ini merupakan wilayah utama terakhir dari anak benua India yang dianeksasi Imperium Inggis dan membuat Pakistan masuk ke dalam babak sejarah baru, yaitu dikuasai dan dijajah Inggris. (MDK)
Bersambung ke:
Sebelumnya:
Catatan Kaki:
[1] Jean-Marie Lafont. 2002. Maharaja Ranjit Singh: Tuan Dari Lima Sungai (Sumber-Sumber Sejarah India Perancis). USA: Oxford University Press. Hlm 23-29.
[2] Lihat K.S. Duggal. 1989. Ranjit Singh: A Secular Sikh Sovereign. Abhinav Publikasi.