“Pakistan kuno bukan hanya pernah dikuasai kekaisaran dari Persia dan Kekaisaran Macedonia dari Eropa, melainkan juga pernah dikuasai Kekaisaran Maurya dari India kuno. Oleh karena itu, babakan sejarahnya juga pernah dipengaruhi corak agama dan kebudayaan India.”
–O–
Pakistan kuno mengenal babak sejarah Kekaisaran Maurya. Pada zaman ini, Pakistan kuno dikuasai oleh Kekaisaran Maurya yang menganut Hindu dan Budha serta Jainisme. Disebut Kekaisaran Maurya, karena kekaisaran ini diperintah Dinasti Maurya yang didirikan Candragupta di daerah Pataliputra (kini Patna) di Magadha, India timur laut. Dengan kata lain, Pakistan kuno dikuasai oleh pihak luar. Sebab, kendati sama-sama berada di kawasan Asia Selatan, akan tetapi Kekaisaran Maurya berpusat di India.
Pada puncak kejayaannya, wilayah kekuasaan Kekaisaran Maurya membentang ke utara di sepanjang perbatasan alami Himalaya, dan ke timur hingga tempat yang kini disebut Assam. Ke barat, Kekaisaran Maurya menguasai wilayah yang melampaui Pakistan modern, menganeksasi Balokhistan, Iran bagian tenggara, dan sebagian besar Afganistan termasuk Provinsi Herat dan Kandahar modern.[1] Salah satu kota terkenal di Pakistan kuno yang dikuasai Maurya adalah kota Taxila. Kota ini pernah diperebutkan dan pernah dikuasai Kekaisaran Archaemenid dari Persia dan Macedonia dari Eropa.[2]
Kekaisaran Maurya terbentuk dari 322 SM sampai dengan 185 SM. Pada awal pembentukannya (322 SM), Candragupta, pendiri Kekaisaran Maurya, naik tahta sesudah berhasil mengkudeta Dinasti Nanda dan setelah Alexander Agung alias Alexander The Great meninggal dunia. Jadi, bukan hanya menguasai wilayah bekas kekuasaan Dinasti Nanda, melainkan Candragupta pun menguasai sejumlah daerah yang sebelumnya dikuasai Macedonia.
Lain dari itu, di luar fakta menguasai sejumlah daerah yang sebelumnya dikuasai Alexander Agung (Raja Macedonia), Candragupta pun berhasil menjalin hubungan baik dengan musuh Alexander Agung, yakni Seloucos Nicator, penguasa Yunani di kawasan Asia Barat. Berkat hubungan baik tersebut, maka dua penguasa ini bukan hanya menjalin kerja sama dalam beberapa hal, tetapi juga Seloucos Nicator banyak membantu Candragupta dalam menulis sejarah India.
Di masa-masa awal kekaisaran alias saat diperintah Candragupta, India – Pakistan kuno termasuk di dalamnya – mulai berinteraksi dengan bangsa asing (Eropa). Sebelum berinteraksi dengan kerajaan yang dipimpin oleh Seloucos Nicator, India dan Pakistan kuno berinteraksi terlebih dahulu dengan Kekaisaran Macedonia. Alexander Agung bersama pasukannya dan orang-orang dari Macedonia datang ke India dua tahun sebelum Candragupta naik tahta dan mendirikan Kekaisaran Maurya.
Selain politis (penguasaan wilayah), kedatangan pasukan militer dan orang-orang Macedonia di bawah kepemimpinan Alexander Agung ke India dan Pakistan kuno pun bermaksud untuk menyebarkan kebudayaan Barat (Eropa) di kawasan timur (salah satunya di kawasan India dan Pakistan kuno). Dalam catatan sejarah, dari gerakan ini munculah kebudayaan Hellenisme, yakni kebudayaan hasil paduan budaya Barat (Yunani) dengan budaya Timur.
Menurut Kitab Wisnu Purana, jumlah penguasa Kekaisaran Maurya dari Dinasti Maurya ada sepuluh. Para raja ini memerintah Kekaisaran Maurya dalam rentang 137 tahun. Mereka diantaranya Raja Candragupta; Raja Bindusara; Raja Asoka-Wardhana; Raja Suyasas; Raja Dasaratha; Raja Sanggata; Raja Salisuka; Raja Somasarman; Raja Sasadharman; dan Raja Brihadratha.
Dengan demikian, bukan hanya mengalami pengaruh tatanan pemerintahan (politik) dan kebudayaan Kekaisaran Maurya dari India yang menganut Hindu dan atau Budha serta Jainisme, akan tetapi juga Pakistan kuno pun mulai bersentuhan dengan dan dipengaruhi kebudayaan Hellenisme yang dibawa oleh Alexander Agung. Pada masa pemerintahan Candragupta, untuk pertama kalinya dalam sejarah, Pakistan kuno menyatu dengan India secara politik (di bawah pemerintahan yang sama).
Ketika berada di bawah pemerintahan Kekaisaran Maurya, sebagian penduduk Pakistan kuno bukan hanya ikut menganut agama Hindu, Budha, dan Jainisme, melainkan juga mengikuti sistem birokrasi yang dicanangkan kekaisaran tersebut. Bukan hanya mengalami interaksi kebudayaan yang semakin interns dengan India kuno, mereka juga kian intens berhubungan dagang dengan para pedagang India kuno.
Candragupta dan Asoka
Figur raja dari Kekaisaran Maurya yang paling fenomenal di antara raja-raja lainnya dalam dinasti ini adalah Candragupta (320 SM-298 SM) dan Asoka-Wardhana. Candragupta paling fenomenal bukan hanya karena sukses mendirikan kekaisaran ini, tetapi juga berhasil menyatukan hampir seluruh sub-benua India yang mana Pakistan kuno termasuk di dalamnya. Oleh karena itu, Candragupta yang menganut Hindu ini dianggap sebagai figur pertama yang mempersatukan India dan Pakistan kuno.[3]
Selain Candragupta, figur raja dari Kekaisaran Maurya lainnya yang fenomenal adalah cucunya sendiri, Asoka-Wardhana (273 SM-232 SM). Namun, berbeda dengan kakeknya yang menganut Jainisme,[4] Asoka – nama pendek Asoka-Wardhana – justru menganut Budha. Sebagai agama yang kehadirannya relatif baru dibanding agama Hindu, pengaruh Asoka yang menganut Budha tampak signifikan bagi perkembangan agama Budha.
Mirip dengan kakeknya, Asoka pun menguasai sebagian besar anak benua India. Selain menguasai wilayah yang sekarang menjadi India modern, dia pun menguasai wilayah yang kini bernama Afganistan sampai Bangladesh dan ke selatan sampai Mysore, sebuah kota di negara bagian Kamataka, India.
Menurut H. G. Wells, penulis sejarah India asal Inggris, “Dalam sejarah dunia, ada ribuan raja dan kaisar yang menyebut diri mereka sendiri ‘Yang Agung’, ‘Yang Mulia’, ‘Yang Sangat Mulia’, dan lain sebagainya. Mereka bersinar dalam waktu singkat dan – kemudian – cepat menghilang. Namun, Asoka tetap bersinar dan bersinar cemerlang seperti sebuah bintang cemerlang bahkan sampai hari ini.” Salah satu buktinya, Kapital Singa Asoka di Sarnatha dijadikan lambang nasional negara India modern. (MDK)
Bersambung ke:
Sebelumnya:
Catatan Kaki:
[1] Abhijit Rajadhyaksha. “The Muryas: Candragupta” dalam http://www.historyfiles.co.uk/FeaturesFarEast/India_IronAge_Mauryas01.htm. Diakses di Cianjur, 20 November 2018.
[2] Lihat “Taxila Kota Kuno Di Pakistan Yang Selalu Diperebutkan” dalam http://www.sejarahdk.com/2015/10/taxila-kota-kuno-di-pakistan-yang.html?m=1. Diakses di Cianjur, 20 November 2018.
[3] Hermann Kulke. 1998. A History of India. London: Routledge. Hlm 59; Roger Boesche. 2003. “Kautilya’s Arthasastra on War and Diplomacy in Ancient India”. The Journal of Military History. 67 (1): 9-37.
[4] Loc.Cit., Abhijit Rajadhyaksha…