Pasukan Salib Merebut Yerusalem (10)

in Sejarah

Last updated on February 12th, 2019 01:43 pm

Terdapat setidaknya empat kontingen yang akan menjadi kekuatan utama Pasukan Salib. Hanya saja, tidak semua dari mereka memiliki motif yang sama sebagaimana yang diinstruksikan Paus Urban II. Sebagian besar justru didorong oleh motif lain, seperti kekuasaan, harga diri, harta benda, dan lain sebagainya. Adapun mereka yang memang didorong oleh motif religius, biasanya memiliki ciri menggunakan tanda Salib di dadanya. Inilah awal mula misi pembebasan Yerusalem ini dikenal sebagai Perang Salib.

 

Pada bulan Agustus 1096, kontingen utama pasukan Salib berderap menuju Bizantium. Sebelum berangkat, mereka secara khusus sudah mendapat pengarahan dari Paus Urban II. Terdapat setidaknya empat kontingen utama yang bergerak dengan rute sendiri-sendiri menuju Bizantium.[1] Rencananya, setibanya di Kontantinopel, semua pasukan ini akan digabungkan di bawah komando langsung dari Kaisar Alexius.

Masing-masing dari keempat pasukan ini dipimpin oleh para bangsawan atau pangeran dari berbagai kerajaan di Eropa. Adapun pasukan besar yang pertama berangkat dipimpin oleh sosok bernama Godfrey dari Bouillon (Godfrey of Bouillon),[2] dan Lower Lorraine (Duke of Lower Lorraine), yang juga menjadi satu-satunya pangeran besar dari kerajaan Jerman yang terlibat dalam Perang Salib. Didampingi oleh adik-adiknya, Eustace dan Baldwin,[3] dan seorang kerabatnya, bernama Baldwin dari Le Bourcq,[4] Godfrey mengambil rute darat dan melintasi Hongaria tanpa insiden. Mereka berhasil mencapai Konstantinopel tanpa masalah serius pada 23 Desember 1096.

Pasukan kedua diorganisir oleh Bohemond, seorang Norman dan pangeran wilayah Ontranco (Italia selatan). Dia diperkirakan lahir para tahun 1050, yang artinya ketika seruan Paus Urban II datang, usianya sudah berkisar 40-an. Kontingen ini tiba di Konstantinopel pada tanggal 9 April 1097. Kedatangan kontingen ini membawa nuasa tersendiri di Bizantium. Sebagai catatan, selama beberapa tahun sebelumnya, atau selama masa pecahnya kekuatan di Eropa, Bohemon adalah sosok yang sudah berkali-kali berusaha menaklukkan Bizantium. Ketika kontingen Bohemon menyatakan ikut serta dalam upaya merebut Yerusalem, Bohemon sudah membuat persahabatan dengan Alexius, dan mendapat izin memasuki Konstantinopel. Namun demikian, akibat sudah sangat lamanya persaingan antar kedua kerajaan, membuat keduanya tetap menjaga jarak dan berhati-hati satu sama lain.[5]

Kontingen ketiga, yang juga merupakan kontingen terbesar di antara keempat kontingen utama ini, dipimpin oleh Raymond dari Saint-Gilles. Dia adalah seorang pangeran Toulouse, Prancis. Ketika tiba di Konstantinopel, usianya sudah 55 tahun. Dia adalah pangeran tertua dalam jajaran pasukan gabungan ini.

Raymond bisa dikatakan sosok pemimpin Eropa yang langsung tersentuh sisi spiritualnya ketika mendengar seruan Perang Salib. Dia langsung all-out mempersiapkan ekspedisi militernya ke Yarusalem. Bahkan dia juga membawa sejumlah anak buah, termasuk peziarah, dan rakyat biasa yang dia danai dari koceknya sendiri. Di tambah lagi, di antara pasukannya terdapat juga uskup di Le Puy (wilayah Prancis) bernama Adhémar, yang secara khusus disebut oleh paus sebagai utusan untuk Perang Salib.[6] Dengan besarnya kontingen pasukan yang dibawanya, wajar bila dia berharap diangkat menjadi komandan tertinggi pasukan gabungan tentara Salib.[7]

Rombongan ini menggunakan rute melintasi Italia utara, di sekitar kepala Laut Adriatik, dan kemudian ke selatan ke wilayah Bizantium. Hanya saja, disebabkan besarnya jumlah rombongan ini, organisasi mereka juga terbilang rapuh. Sehingga terjadi banyak masalah dan insiden dalam perjalanan mereka. Bahkan ketika akan memasuki Bizantium, kontingen ini sempat mengalami bentrok terlebih dahulu dengan pasukan Bizantium.[8]

Adapun kontingen keempat, yaitu dipimpin oleh seorang pangeran bernama Robert dari kerajaan Flanders.[9] Di dalam rombongan yang dibawanya, dia membawa tokoh-tokoh terkemuka di Eropa, di antaranya Robert dari Normandia (saudara Raja William II dari Inggris) dan Stephen dari Blois (menantu William Sang Penakluk). Dengan demikian, tidak ada satupun raja Eropa yang secara definitif terlibat ambil bagian dalam Perang Salib I ini. Dan disebabkan sebagian besar orang dalam pasukan gabungan ini menggunakan Prancis, pasukan ini kemudian dikenal oleh kaum Muslimin sebagai kaum Frank. [10]

 

Rute kedatangan empat kontinan utama Pasukan Salib . Sumber: sarahwoodbury.com

 

Dan demikianlah, diakhir tahun 1096 tersebut, hampir seluruh pasukan inti tentara Salib sudah berkumpul di Kontantinopel. Mereka mengharapkan Kaisar Alexius untuk memimpin mereka dalam perang ini. Hanya saja, sebagaimana dikatakan Philip K. Hitti, tidak semua dari mereka memiliki niat yang sama sebagaimana yang diinstruksikan Paus Urban II. Sebagian besar justru didorong oleh motif lain, seperti kekuasaan, harga diri, harta benda, dan lain sebagainya. Adapun mereka yang memang didorong oleh motif religius, biasanya memiliki ciri menggunakan salib di dadanya. Inilah awal mula misi pembebasan Yerusalem ini dikenal sebagai Perang Salib.[11] (AL)

 

Bersambung…

Pasukan Salib Merebut Yerusalem (11)

Sebelumnya:

Pasukan Salib Merebut Yerusalem (9)

 

Catatan kaki:

[1] Sebenarnya ada lima kontingen. Hanya saja kontingen kelima ini lebih kecil, dipimpin oleh Hugh dari Vermandois, saudara Raja Philip I dari Perancis. Mereka berangkat sebelum yang lain tetapi kapal yang mengangkut mereka karam saat melintasi Laut Adriatik dari Bari ke Dyrrhachium (sekarang Durrës, Albania). Lihat, Preparations for the Crusade, https://www.britannica.com/event/Crusades/Preparations-for-the-Crusade, diakses 15 Januari 2019

[2] Godfrey of Bouillon atau Godefroi de Bouillon Prancis, lahir sekitar 1060 – wafat 18 Juli 1100 di kerajaan Yerusalem (sekarang Yerusalem, Palestina). Setelah Pasukan Salib akhirnya berhasil menaklukkan Yerusalem, Godfrey didaulat menjadi penguasa wilayah tersebut pada Juli 1099. Lihat Godfrey of Bouillon, https://www.britannica.com/biography/Godfrey-of-Bouillon, diakses 15 Januari 2019

[3] Kelak setelah Godfrey of Bouillon wafat apda 1100, Baldwin dari Boulogne menggantikan kedudukannya dan dikenal sebagai Baldwin I. Dia menjadi menjadi raja Yerusalem hingga tahun 1018, dan berhasil mengukuhkan kedaulatan salibis di Yerusalem, serta memperluas wilayah kekuasaannya. Lihat, Baldwin I, https://www.britannica.com/biography/Baldwin-I-king-of-Jerusalem, diakses 15 Januari 2019

[4] Baldwin dari Bourcq, berasal dari Prancis. Kelak dia menjadi raja Yerusalem untuk periode tahun 1100-1818, dan lebih dikenal sebagai Baldwin II. Lihat, Baldwin II, https://www.britannica.com/biography/Baldwin-II-king-of-Jerusalem, diakses 15 Januari 2019

[5] Lihat, Bohemond I, https://www.britannica.com/biography/Bohemond-I, diakses 15 Januari 2019

[6] Lihat, Adhémar of Monteil, https://www.britannica.com/biography/Adhemar-of-Monteil, diakses 15 Januari 2019

[7] Lihat, Preparations for the Crusade, Op Cit

[8] Ibid

[9] Flanders atau Fandre, adalah nama sebuah kerajaan di Eropa Barat yang hidup pada abad pertengahan. Saat ini dipekirakan lokasinya masuk menjadi bagian dari tiga negara, yaitu Perancis, Belgia dan Belanda. Lihat, Flanders, https://www.britannica.com/place/Flanders-medieval-principality-and-historical-region-Europe#ref277059, diakses 15 Januari 2019

[10] Lihat, Preparations for the Crusade, Op Cit

[11] Lihat, Philips K. Hitti, “History of The Arabs; From The Earliest Time To The Present”, London, Macmillan, 1970, Hal. 636

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*