Pertempuran Talas 751 M (2): Pertempuran Dinasti Abbasiyah melawan Dinasti Tang, Kekalahan Tang

in Sejarah

Last updated on October 29th, 2018 04:18 pm

Kisah ini bermula ketika sebuah perselisihan pecah di antara dua kerajaan kecil, Ferghana dan Chach.[1] Orang-orang China mengirim pasukan untuk mendukung Ferghana, sementara Chach meminta bantuan orang-orang Muslim. Pada bulan Juli 751, tentara China dan Abbasiyah bertemu di Sungai Talas di tempat yang sekarang terletak di wilayah perbatasan antara Kazakhstan dan Kirgistan.[2]

Sebenarnya belum ada informasi yang sangat rinci tentang pertempuran ini. Bahkan wilayah yang disebut Talas  pun baru berhasil diidentifikasi setelah membandingkan informasi pada teks-teks yang bersumber dari Arab dan China.

Tentang pertempuran itu sendiri, catatan terbaik yang bisa di temukan adalah catatan dari sejarawan Kurdi, Ibn al-Athi pada abad ke-13, dan catatan  al-Dhahabi, sejarawan kelahiran Damaskus, yang ditulis pada abad ke-14. Kedua catatan sejarawan Arab ini memiliki kesesuaian dengan naskah atau catatan utama pertempuran Cina, yang dapat ditemukan dalam Sejarah Dinasti Tang, sebuah catatan peristiwa resmi China.

Kedua catatan itu sama-sama mengatakan bahwa pertempuran tersebut terjadi pada tahun 751 M, dan berlangsung selama lima hari. Tidak ada rincian lebih jauh tentang jalannya pertempuran itu sendiri, namun hasilnya terlihat jelas bahwa pasukan China kalah dengan cukup telak dalam pertempuran tersebut.

Dari catatan China, jumlah pasukan yang dibawa bangsa Arab pada waktu itu mencapai 200.000 orang. Namun menurut Eamonn Gaeron, angka-angka bombatis yang dilaporkan pada zaman itu, bila dikonfirmasi ke dalam angka real biasanya hanya berkisar 10.000 sampai 30.000 orang. Hal yang sama juga berlaku bagi data yang diinfomasikan oleh sejarawan Arab yang melaporkan bahwa pasukan China pada waktu pertempuran tersebut adalah sekitar 100.000 orang. Namun terlepas dari polemik tentang akurasi data jumlah pasukan kedua belah pihak, dari kedua laporan tersebut kita bisa memastikan bahwa kekuatan kedua belah pihak pada waktu itu relatif seimbang.

Adapun soal komposisi pasukan, kedua belah pihak masing-masing menggunakan jasa tentara bayaran. Pasukan Abbasiyah menggunakan jasa tentara Tibet yang memang sedang dalam kondisi bermusuhan dengan China. Sedang China menggunakan jasa suku Karluk yang merupakan ¾ dari total jumlah pasukan China sendiri. Suku Karluks adalah orang Turki perantauan yang pada masa itu merupakan bagian dari konfederasi besar dan menonjol di kawasan Asia Tengah. Saat ini keturunan mereka adalah orang Uigher dan Uzbekistan. Karena jumlah suku Karluk dalam barisan tentara China lebih dominan, sehingga tingkat ketergantungan China pada suku Karluk sangat tinggi. Dan dalam pertempuran Talas, ketergantungan China pada pasukan bayaran ini ternyata berujung petaka.

Berbeda dengan pertempuran modern. Lima hari, bukanlah waktu yang sebentar bagi pertempuran klasik yang menyajikan pertarungan langsung (hand-to-hand combat). Kedua belah pihak dilengkapi dengan pedang, baju zirah, dan perisai, serta setiap orang membawa anak panah dan helm pelindung. Di barisan kavaleri, pasukan Abbasiyah dilengkapi dengan pasukan unta yang memiliki ketinggian lebih dibanding kuda, meski dalam hal gerakan memang lebih lambat. Namun dengan skema kekuatan seperti ini, stamina, konsentrasi, soliditas, dan daya tahan adalah faktor penentu kemenangan.

Tidak jelas bagaimana proses detailnya, namun sejarah menyebutkan, bahwa suku Karluk yang merupakan pasukan bayaran dan menjadi kekuatan inti dari pasukan China, tiba-tiba membelot dan menyerang tuannya dari belakang pada hari kelima pertempuran. Sumber sejarah Arab tidak menyebutkan secara detail tentang aksi membelot pasukan Karluk ini. Namun sumber China mengatakan bahwa aksi ini sebenarnya sudah disiapkan jauh hari oleh pasukan Karluk sebelum terjadinya pertempuran Talas. Tapi informasi dari sumber China ini diragukan oleh Eamonn Gaeron. Sebab untuk apa mereka melakukan pertempuran secara militan selama 4 hari tanpa henti, sedang ternyata pada hari kelima mereka membelot dan sudah direncanakan sejak jauh hari?

Ilustrasi Perang Talas. Photo: weaponsandwarfare.com

Asumsi cukup logis terkait aksi pembelotan ini, menurut Gaeron, adalah bentuk keberhasilan dari muslihat perang pasukan Abbasiyah sendiri. Besar kemungkinan, di tengah pertempuran, pasukan Abbasiyah mulai mengenali peta kekuatan pasukan China yang begitu ringkih. Pasukan sebesar ini hanya diikat oleh sebuah deal pembayaran, dan tidak ada sistem nilai yang cukup kuat untuk mengikat moral pasukan selain hal itu. Ini jelas berbeda dengan pasukan Tibet yang berada di pihak Abbasiyah, selain dibayar, mereka memiliki sikap permusuhan dengan China. Dalam pasukan Abbasiyah, ada kerangka kepentingan bersama yang mereka perjuangkan dalam pertempuran ini, dimana hal ini tidak dimiliki oleh pasukan China.

Sangat mungkin, menurut Gaeron, pasukan Abbasiyah mengajukan tawaran yang jauh lebih menjanjikan dan berharga daripada yang diberikan oleh pasukan China. Salah satu tawaran yang sulit ditolak oleh suku nomaden Asia Tengah adalah hewan ternak, seperti kuda dan unta. Dan satu lagi, tawaran yang tentu sulit ditolak oleh suku Karluk, yaitu tanah kekuasaan yang merdeka.  Tercatat setelah pertempuran ini terjadi, dengan dukungan Bani Abbasiyah, bangsa Karluk mendirikan sebuah negara bebas yang pada akhir abad ke-9 bergabung dengan Kekaisaran Kara-Khanid.[3] Namun sekali lagi, ini hanyalah asumsi. Tidak ada catatan detail tentang apa yang terjadi dalam pasukan China selama durasi 5 hari pertempuran tersebut.

Setelah terjadi pembelotan suku Karluk, akhir pertempuran sudah bisa diramalkan. Pasukan China di bawah komando Jenderal Gao Xianzhi, tidak memiliki pilihan lain, selain mengakhiri pertempuran yang tidak mungkin dimenangkan ini dengan korban seminim mungkin. Diserang dari depan dan belakang, pasukan China yang hanya berjumlah sedikit akhirnya berhasil melarikan diri meskipun dengan sisa yang pasukan selamat hanya 2000 orang. Melihat pasukan China lari dari medan tempur, pasukan Abbasiyah tidak mengejar ataupun melanjutkan ekspedisinya ke Timur. Demikian juga dengan China, Dinasti Tang tidak melakukan pembalasan ke Abbasiyah terkait kekalahan di Talas. (AL)

Bersambung ke:

Pertempuran Talas 751 M (3): Produksi Kertas Skala Besar, Adaptasi Teknologi dari China

Sebelumnya:

Pertempuran Talas 751 M (1): Pertempuran Dinasti Abbasiyah melawan Dinasti Tang, Titik Balik Peradaban Islam

Catatan: Artikel ini merupakan adaptasi dan terjemahan dari buku: Eamon Gearon, Turning Points in Middle Eastern History, (Virginia: The Great Courses, 2016), chapter 7. Adapun informasi lain yang didapat dari luar buku tersebut dicantumkan dalam catatan kaki.

Catatan Kaki:

[1] Wilayah ini sekarang merupakan bagian dari negara Uzbekistan. Wilayah Ferghana pertama kali ditemukan oleh prajurit China yang bernama Zhang Qian sekitar abad ke-2 SM. Menurut laporan perjalanan Zhang Qian, kuda-kuda di tempat ini cocok digunakan untuk peperangan menghadapi suku Xiongnu yang merupakan musuh Dinasti Han pada masa itu. Maka pada tahun 101 SM, Kaisar Wudi mengutus Jenderal Li Guangli untuk melakukan ekspedisi penaklukan ke wilayah Feghana, dan berhasil dengan sukses. Lihat, https://ganaislamika.com/seputar-masuknya-islam-ke-china-1/, diakses 3 November 2017

[2] Lihat, https://jerryandgod.com/the-battle-of-talas-river-and-john-6-the-five-thousand-fed/, diakses 2 November 2017

[3] Lihat, https://id.wikipedia.org/wiki/Pertempuran_Talas, diakses 3 November 2017

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*