Safiyyah Binti Huyayy (6)

in Tokoh

Last updated on July 22nd, 2023 10:39 am

“Safiyyah berusaha sebaik mungkin untuk hidup damai dengan istri-istri Nabi lainnya. Akan tetapi, karena paras Safiyyah yang cantik membuat api cemburu di hati para istri Nabi.”

Sumber gambar: mediapakuan.pikiran-rakyat.com

Menyandang status sebagai istri Rasulullah, Safiyyah Ra mendapatkan berbagai cobaan dalam hidupnya. Salah satunya, ketidaksukaan para sahabat dan istri-istri Nabi Muhammad Saw terhadap Safiyyah yang merupakan keturunan Bani an-Nadhir.

Alasan para sahabat tidak mempercayai Safiyyah, karena ditakutkan ia akan berkhianat seperti apa yang telah dilakukan oleh Huyayy. Selain itu, terjadi percobaan pembunuhan terhadap Nabi pasca perang Khaybar yang dilakukan oleh Zainab binti Harits.

Daging Domba yang Disusupi Racun

Api balas dendam dari kabilah Bani an-Nadhir belum surut. Setelah perang di Khaybar, Zainab binti Harits datang ke hadapan Rasulullah dengan membawa daging domba yang sudah dipanggang. Yang dikatakan sebagai hadiah, bukan sedekah.

Zainab berasal dari kabilah Bani an-Nadhir dan istri dari Sallam bin Misykam. Dimana keluarganya terbunuh dalam peperangan Khaybar.

Ia sempat menanyakan kepada orang-orang, bagian daging domba mana yang disukai oleh Rasulullah? Ada yang mengabarkan padanya bahwa Nabi menyukai bagian paha. Maka Zainab menyusupkan racun lebih ke bagian tersebut.

Hadiah dari Zainab tersebut diterima oleh Nabi Muhammad. Namun, ketika Nabi menggigit dan mengunyah untuk satu kunyahan, kemudian Nabi memuntahkan daging domba tersebut dan tidak menelannya. Nabi bersabda, “Tulang ini mengabarkan kepadaku bahwa di dalam daging disusupi racun.”

Zainab mengakui perbuatannya. Ia berkata, “Aku pernah berkata sendiri ‘Kalau memang Muhammad seorang raja, maka aku ingin menghabisinya. Jika dia seorang nabi tentu akan ada pemberitahuan kepadanya’.”

Nabi memaafkan perbuatan Zainab dan dilepaskan. Namun, Bisyr bin Al-Barra yang juga memakan daging domba tersebut, meninggal karena racun. Sehingga, Zainab pun terpaksa dibunuh sebagai qishash.[1]

Kekhawatiran Abu Ayub

Di Sadul Sahbaa’ setelah walimahan. Abu Ayub berjaga semalaman berdiri membawa pedangnya, di luar kemah pernikahan Safiyyah dan Nabi Muhammad. Ia khawatir, karena kejadian yang pernah terjadi (tentang Zainab), akan berulang.

Keesokan paginya, Nabi keluar dan melihat Abu Ayub tetap berada di sana. Lalu bertanyalah Rasulullah pada Abu Ayub, mengapa ia tetap berada di sana. Abu Ayub pun menjawab, bahwa ia takut seorang gadis yang kerabat terdekatnya terbunuh dalam peperangan akan mencoba menyakiti Nabi.

Nabi Muhammad hanya tertawa dan mengucapkan kata-kata yang baik untuk Abu Ayub. Karena sahabatnya berjaga secara sukarela dan tanpa sepengetahuan Nabi, hal itu menunjukkan betapa tidak berdasarnya kekhawatiran Abu Ayub.[2]

Kecemburuan Para Istri Nabi

Tiba di Madinah, Safiyyah ditempatkan di rumah Haris bin Nu’Man. Semua keluarga Nabi, dan para perempuan di kota itu mengunjunginya. Safiyyah begitu dermawan, ia membagikan perhiasan kepada para istri dan putri Nabi—Fatimah Ra. Ia menunjukkan kebaikan dan perilaku yang lembut. Safiyyah berusaha sebaik mungkin untuk hidup damai dengan istri-istri Nabi lainnya.

Akan tetapi, karena paras Safiyyah yang cantik membuat api cemburu di hati para istri Nabi. Salah satunya riwayat dari Atha bin Yasar.[3] Ia meriwayatkan:

“Ketika Safiyyah tiba dari Khaybar (yaitu ke Madinah), ia tinggal di sebuah rumah milik Harits bin Nu’Man. Para perempuan Anshar mendengar hal ini dan datang untuk melihat kecantikannya. Aisyah Ra, salah satu dari istri Nabi juga bergabung dengan para perempuan itu karena penasaran. Namun, ia menutupi dirinya agar tidak dikenali (mengenakan cadar).

“Nabi mengenalinya. Ketika ia pergi Rasulullah bertanya kepadanya, ‘Wahai Aisyah! Apa yang engkau lihat?’. Dia berkata (Aisyah), ‘Dia hanyalah seorang Yahudi dari kalangan Yahudi’.

“Nabi kemudian berkata kepadanya, ‘Jangan katakan itu. Karena ia (Safiyyah) telah menerima Islam dan seorang muslim yang baik’.”

Meskipun Aisyah sangat dicintai Nabi karena sifat dan keutamaan yang Allah anugerahkan kepadanya, tetapi Nabi sesekali menegur Aisyah demi pelatihan moralnya.

Suatu ketika Aisyah mengacungkan jari kelingkingnya pada Safiyyah, mengejek bahwa Safiyyah bertubuh pendek. Nabi Muhammad mengetahui hal ini, lalu menegur Aisyah dan berkata, “Engkau telah mengucapkan sebuah kata yang jika dicampur oleh air lautan, ia akan membuatnya menjadi gelap.”[4]

Tak hanya Aisyah yang cemburu, Safiyyah pun pernah merasakan kecemburuan-kecemburuan dari istri Nabi yang lainnya.

Bersambung …

Sebelumnya:

Catatan kaki:


[1] Syaikh Shafiyyur-Rahman Al-Mubarakfury, Ar-Rahiqul Makhtum, Bahtsun Fis-Sirah An-Nabawiyah Ala Shahibiha Afdhalish-Shalati Was-Salam, diterjemahkan ke dalam Bahasa Indonesia oleh Kathur Suhardi, Sirah Nabawiyah (Pustaka Al-Kautsar, 2001), hlm 494

[2] Waqaar Akbar Cheema, Two Issues Around Prophet Muhammad’s Marriage With Safiyya, pada laman https://www.icraa.org/two-issues-around-prophet-muhammads-marriage-with-safiyya/#_ftn11 diakses pada 12 Juni 2023

[3] The Review of Religion, The Noble Wives of The Holy Prophetsa – Hazrat Safiyyahra Part 1, pada laman https://www.reviewofreligions.org/9733/the-noble-wives-of-the-holy-prophetsa-hazrat-safiyyahra-part-1/ diakses pada 12 Juni 2023

[4]Ibid.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*