“Salah satu warisan kebudayaan Islam bagi dunia modern adalah tradisi. Hingga sekarang tradisi ini masih dipakai, bahkan kini sudah terstandarisasi, baik di bidang kemiliteran, pendidikan, hingga ekonomi dan perdagangan.”
—Ο—
Cek (cheque)
Kita mungkin sering mendengar kata “Cek” (cheque). Sebuah metode pembayaran dengan menggunakan surat atau warkat yang berisi perintah tak bersyarat dari nasabah bank agar bank tersebut membayarkan suatu jumlah uang yang tertera pada surat itu kepada orang atau pembawanya.[1] Metode pembayaran ini sudah diakui sejak lama dalam sebuah transaksi perdagangan.
Istilah Cek atau cheque dalam masyarakat modern berasal dari istilah dalam bahasa Arab, saqq. Yaitu sebuah sumpah tertulis untuk membayar sejumlah barang saat mereka dikirim. Metode ini digunakan untuk memudahkan transaksi. Sebab membawa uang dalam jumlah besar ketika melintasi suatu daerah yang jauh dan berberbahaya sangatlah rawan.
Metode ini pertama kali diperkenalkan oleh bangsa Arab, pada masa dinasti Abbasiyah di Baghdad. Sejak abad ke-9 M, pengusaha Muslim sudah bisa mencairkan cek di China yang ditarik di banknya di Baghdad.
Universitas dan Tradisi Ijazah Pendidikan
Di era modern sekarang, mungkin istilah universitas sudah tidak asing lagi di telinga kita. Dari sinilah para ahli dari berbagai bidang keilmuan dilahirkan. Mereka bekerja membangun peradaban dan negeri di dunia. Tapi mungkin tidak banyak yang ingat, bahwa Universitas pertama yang didirikan di dunia adalah Universitas Karaouine di Fes, Maroko.[2] Menariknya, universitas ini didirikan oleh seorang muslimah bernama Fatima al-Fihri dengan modalnya sendiri.[3]
Sejumlah nama besar tokoh dunia merupakan alumni institusi terhormat ini, di antaranya adalah: Maimonides, polymath Yahudi dari zaman modern Spanyol; penulis dan ahli teori dari Tunisia, Ibn Khaldun; ekspedisionis dan penulis dari suku Berber Hassan ibn Muhammad al-Wazzan al-Fasi, yang di dunia Barat dikenal sebagai Leo Africanus, atau Leo sang Afrika. Dan yang paling fenomenal dari sejumlah nama tersebut adalah Gerbert d’Aurillac. Ia diangkat menjadi Bapa Suci (Paus) pada tahun 946 M. Dunia kemudian mengenalnya dengan nama Sylvester II, setelah ia mengubah namanya pada tahun 999.[4]
Pada awalnya Universitas Karaouine hanya mengajarkan ilmu-ilmu keislaman, seperti tafsir Al-Quran, hadist, dan fiqh. Namun seiring berjalannya waktu, Universitas ini juga mulai mengajarkan ilmu-ilmu seperti Astronomi, Fisika, Kimia, dan lain-lain. Sehingga mengundang banyak pelajar tidak hanya dari kalangan Muslim, tapi juga dari kalangan non-Muslim.[5]
Adapun salah satu tradisi Universitas Karaouine yang saat ini masih kita lihat adalah pemberian ijazah kepada siswa yang lulus, atau dianggap telah menguasai satu bidang tertentu dari bidang studi yang diajarkan. Tradisi ini kemudian menyebar cepat ke seluruh dunia Muslim, termasuk Universits Al Azhar yang didirikan pada 970 juga mengikuti tradisi ini. Tradisi kemudian mulai ditiru oleh universitas-universitas di Eropa seperti Universitas Bologna di Italia dan Oxford di Inggris yang didirikan pada abad ke-11 dan ke-12. Sertifikasi ini kemudian menjadi standar kualifikasi bagi seseorang atas keahlian tertentu.
Marching Band Militer
Hari ini, istilah Marching Band mungkin sudah tidak asing lagi ditelinga kita. Pertunjukkan ini sudah seperti tradisi di setiap acara-acara resmi kemiliteran di setiap negara di dunia. Bahkan sekolah-sekolah dan universitas pun sudah menjadikan Marching Band sebagai salah satu ekstra kulikuler yang cukup diminati.
Tradisi Marching Band berasal dari kekhalifahan Ottoman Turki pada abad ke 13 M. Dibuat pertama kali dengan tujuan untuk memompa semangat pasukan dan memberi efek gentar pada musuh sebelum melakukan pertempuran. Konon Marching Band yang dimiliki oleh Ottoman masa itu dapat terdengar hingga jarak bermil-mil. Mereka menggunakan drum dengan ukuran besar dan simbal yang menghasilkan suara gaduh namun berirama. Kekuatan militer Ottoman masa itu dapat dikatakan sebagai salah satu yang terkuat di dunia. Sehingga mampu menghadapi pasukan gabungan negara-negara Eropa sekaligus.[6]
Namun ketika pertempuran Wina tahun 1683, pasukan Ottoman mengalami kekalahan, mereka kemudian meninggalkan medan tempur, termasuk alat musik yang digunakan Marching Band. Alat-alat musik ini kemudian diambil oleh pasukan Austria, yang kemudian berhasil mempelajari dan menyempurnakannya. Di tangan bangsa Eropa, Marching Band berubah menjadi tradisi yang diajarkan secara turun-temurun dalam kemiliteran, hingga akhirnya menjadi tradisi di hampir semua bidang kemiliteran di dunia.[7] (AL)
Bersambung…
Sejumlah Sumbangan Dunia Islam Bagi Peradaban Modern (10); Notasi Musik
Sebelumnya:
Catatan kaki:
[1] Lihat, https://www.kanal.web.id/2016/10/pengertian-cek-dan-jenis-jenis-cek.html, diakses 15 Desember 2017
[2] Ulasan lengkap terkait Universitas pertama di dunia ini, Lihat, https://ganaislamika.com/universitas-qairouan-universitas-pertama-di-dunia/
[3] Lebih lengkap mengenai kehidupan Fatimah al-Fihri, lihat https://ganaislamika.com/fatimah-al-fihri-wanita-muslim-pendiri-universitas-pertama-di-dunia/.
[4] Sylvester II adalah orang yang memperkenalkan sistem desimal dan angka Arab ke Eropa. Sistem desimal dan angka Arab inilah yang menggantikan sistem angka Romawi kuno yang telah ada selama lebih dari 1.000 tahun. Hampir semua pengetahuan ini ia dapatkan saat bersekolah di Universitas Karaouine. Sistem desimal dan angka Arab kini secara umum digunakan di seluruh dunia.Lihat, https://ganaislamika.com/universitas-qairouan-universitas-pertama-di-dunia/, Op Cit
[5] Lihat, http://lostislamichistory.com/5-muslim-inventions-that-changed-the-world1/, diakses 15 Desember 2017
[6] Ibid
[7] Ibid