Mozaik Peradaban Islam

Syair Cinta Rumi untuk Ali bin Abi Thalib (5): Nubuat Nabi tentang Pembunuhan Ali (1)

in Tokoh

Last updated on November 19th, 2020 01:02 pm

Ali berkata kepada pembunuhnya, “Tidak ada kebencian dalam jiwaku kepadamu karena ini bukanlah tindakan yang engkau pilih untuk lakukan; Engkau adalah alat Allah yang dengannya Dia akan menulis.”

Kredit foto ilustrasi tercantum dalam gambar.

Nabi berkata di telinga pemegang sanggurdi Amirul Mukminin Ali: “Ali akan dibunuh oleh tanganmu, aku bersumpah kepadamu!”

Ali berkata kepada pelayan yang akan membunuhnya kelak, “Madu dari kemurahan hatiku tidak akan berubah menjadi racun jika engkau membunuhku.

“Kepada telinga pelayanku, Nabi bersabda bahwa suatu hari dia (si pelayan) akan memenggal kepalaku yang manis, Rasulullah membuatnya mengerti bahwa pada akhirnya aku akan dibunuh oleh tangannya.”

Pelayan itu kini memohon, “Bunuh aku demi diriku, agar aku tidak membuat kesalahan yang mengerikan dan keji ini!”

Aku (Ali) berkata, “Karena engkau mesti mengakhiri hidupku, bagaimana aku bisa mencoba menghindari kehendak Allah, temanku?”

Dia jatuh di hadapanku, memohon, “Tuan yang mulia, belah aku menjadi dua, demi Allah, dengan pedangmu, jadi takdir tidak akan menetapkan ini sebagai peranku, bahwa jiwaku tidak akan terbakar merindukan jiwamu.”

Aku berkata padanya, “Pergilah! Tintanya sudah mengering, pena raksasa yang digagalkan itu, yang dapat menyentuh langit.

“Tidak ada kebencian dalam jiwaku kepadamu karena ini bukanlah tindakan yang engkau pilih untuk lakukan; Engkau adalah alat Allah yang dengannya Dia akan menulis – kepada alat Allah sendiri, sekarang haruskah aku melawan?”

Prajurit itu bertanya, “Lalu tentang apa balas dendam itu?”

Ali berkata, “Ini adalah misteri yang ditetapkan Allah: Jika Dia sekarang melawan tindakan-Nya sendiri, engkau akan melihat sebuah taman tumbuh dari perubahan keputusan-Nya.

“Untuk mengubah tindakan-Nya sendiri sesuai dengan kehendak Allah karena Dia adalah satu: Dia memegang baik rahmat dan murka dalam kesatuan, Dia adalah pemerintah dalam setiap kejadian, di setiap alam Dia adalah Raja.

“Jika Dia merusak alat-Nya sendiri, Dia akan memperbaiki lagi alat yang rusak itu: Kami jadikan (manusia) lupa kepadanya[1] – pahamilah bahwa hal-hal yang lebih baik akan menggantikan mereka pada akhirnya!

“Allah membatalkan hukum demi kebaikan kita: Dia mengambil rumput tetapi memberi bunga sebagai gantinya, aktivitas siang hari berhenti di malam hari – lihatlah kini keheningan memberikan cahaya kebijaksanaan sejati, tetapi kemudian malam digantikan oleh siang hari, api yang membuat keheningan terbakar habis.

“Meskipun dalam tidur dan istirahat di kegelapan mungkin juga dapat ditemukan Air Kehidupan[2] yang berlimpah, dan bukankah pikiran disegarkan saat beristirahat di sini?

“Karena istirahat membantu suara menjadi terdengar nyaring dan jernih: Dari yang berlawanan sehingga sebaliknya menjadi bercahaya – di dalam inti kegelapan hatimu Dia memancarkan cahaya terang ini.”[3] (PH)

Bersambung ke:

Sebelumnya:

Catatan kaki:


[1] Kalimat ini diambil dari QS al-Baqarah (2): 106. Menurut tafsir Jalalain, ayat ini berbicara tentang hukum di dalam Alquran yang dihapuskan dan kemudian diganti dengan yang sebanding atau lebih baik. Namun menurut tafsir Quraish Shihab, yang dibicarakan di sini bukanlah hukum dalam Alquran, melainkan mengenai mukjizat Nabi Muhammad saw, yaitu ketika orang-orang kafir meminta Nabi Muhammad menunjukkan mukjizatnya. Selengkapnya lihat Tafsirq, “Surat Al-Baqarah Ayat 106”, dari laman https://tafsirq.com/2-al-baqarah/ayat-106, diakses 18 November 2020.

[2] Menurut Jawid Mojadeddi, maksudnya adalah Air Kehidupan Abadi: aliran atau mata air ajaib yang memberikan Kehidupan Abadi. Biasanya ditemukan dalam kegelapan dan dengan bantuan Nabi Khidir as.

[3] Disadur dari Jalal al-Din Rumi, Masnavi: Vol 1, diterjemahkan oleh Jawid Mojadeddi  (Oxford University Press: New York, 2004), hlm 234-235.

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*