Tentang Masuknya Islam ke Nusantara (2)

in Islam Nusantara

Last updated on October 22nd, 2017 04:36 am

Islam dan Manusia Nusantara sudah melekat demikian intim selama ratusan tahun, keduanya merupakan sokoguru peradaban nusantara, bahkan membidani lahirnya NKRI. Namun selama masa penjajahan kolonial Belanda, sejarah Islam dan Nusantara dibelokkan, serta ditulis ulang oleh kaum orientalis untuk kepentingan kolonialisme. Sehingga sejarah Islam Nusantara menjadi pincang dan kurang objektif. Dalam kerangka inilah upaya penelusuran kembali sejarah nusantara, khususnya Islam, menjadi sangat penting. Hal ini disampaikan oleh para tokoh dan ulama dalam Seminar Sejarah Masuknya Islam di Indonesia yang diselenggarakan di Medan pada 17 s/d 20 Maret 1963.[1] Dasar pemikiran diadakannya Seminar ini untuk menggali dan menemukan otentisitas sejarah Islam di Nusantara. Adapun hasil dan kesimpulan dari Seminar tersebut adalah sebagai berikut :[2]

 

Bismillahiromhanirohim

Sadar akan tanggungjawab untuk ikut merealisasikan ketetapan MPRS No: II/MPRS/1960 dalam sidang Metal/Kerohanian dan Penelitian; Mendesaknya keperluan akan buku-buku Sejarah Nasional umumnya dan Sejarah Islam di Indonesia khususnya untuk Universitas, Institue, Perguruan Tinggi, Akademi, Sekolah-sekolah dan Madrasah-madrasah menengah dan rendah, dan umumnya untuk masyarakat Indonesia.

Kenyataan adanya buku-buku Sejarah Indonesia umumnya dan Sejarah Islam khususnya disusun oleh Sarjana-sarjana/penulis-penulis Barat yang belum tentu sesuai dengan kepribadian Nasional  Indonesia.

Belum adanya buku-buku tentang Sejarah Indonesia umumnya, sejarah Islam khususnya yang dapat dipergunakan untuk keperluan tersebut di atas.

MAKA

Sebuah Panitia yang didukung oleh segenap masyarakat telah dibentuk di Medan untuk mengadakan ;

SEMINAR SEJARAH MASUKNYA ISLAM KE INDONESIA

Setelah seminar mengadakan sidang-sidangnya mulai hari Ahad tanggal 21 s/d 24 Syawal 1382 H. (17 s/d 20 Maret 1963);

Setelah mendengar dan memperhatikan sambutan-sambutan:

1. Kesimpulan-kesimpulan

a. Bahwa menurut sumber-sumber yang kita ketahui, Islam untuk pertama kalinya telah masuk ke Indonesia pada abad pertama Hijriyah (abad ketujuh/ kedelapan Masehi) dan langsung dari Arab.

b. Bahwa daerah yang pertama didatangi oleh Islam ialah pesisir Sumatera; dan bahwa setelah terbentuknya masyarakat Islam, maka Raja Islam yang pertama berada di Aceh.

c. Bahwa dalam proses peng-Islaman selanjutnya orang-orang Indonesia ikut aktif mengambil bagian.

d. Bahwa Mubaligh-mubaligh Islam yang lama-lama itu selain sebagai penyiar agama juga sebagai saudagar.

e. Bahwa penyiaran Islam itu di Indonesia dilakukan dengan cara damai.

f. Bahwa kedatangan Islam ke Indonesia itu membawa kecerdasan dan peradaban yang tinggi dalam bentuk Kepribadian Bangsa Indonesia.

g. Bahwa sebuah Badan Penelitian dan Penyusunan Sejarah Islam di Indonesia yang lebih luas dan tetap harus dibentuk, disarankan supaya Badan ini berpusat di Medan, sedang di tempat-tempat lain yang dipandang perlu, dibentuk pula cabang-cabangnya, teristimewa di Jakarta.

2. Anjuran-anjuran

a. Kepada pemerintah:

1) Supaya membantu Badan tersebut di dalam keputusan Nomor 7 dengan bantuan moreel dan materiel, istimewa dalam hal ini,  Departemen Reasearch Nasional, Agama, P.T.I.P., dan P.D.K.

2) Supaya pengadakan penelitian buku-buku Sejarah tentang Islam di Indonesia yang hingga kini masih dipergunakan pada lembaga-lembaga pendidikan umumnya.

b. Kepada masyarakat:

1) Supaya para Ulama, Sarjana, dan Organisasi-organisasi Islam lebih giat menyumbangkan tenaga dan pikirannya dalam Penyelidikan dan penyusunan Sejarah Islam di Indonesia.

2) Supaya masyarakat Islam Indonesia khususnya dan Indonesia umumnya lebih giat mempelajari Sejarah Islam Tanah Airnya.

Medan Seminar, 24 Syawal 1382 H.

20 Maret 1962 M.

Hasil seminar tahun 1962 ini kemudian berlanjut ke seminar berikutnya yang diadakan di Aceh pada tahun 1978. Seminar ini kemudian mendapat sambutan luas, hingga ke mancanegara seperti Malaysia, Filipina Selatan, Thailand, dan Singapura. Untuk itu pada tahun 1980, seminar serupa diadakan kembali di Aceh dengan skala yang lebih luas, yaitu se-Asia Tenggara, mengingat adanya pertalian sejarah yang cukup erat antar Negara-negara di kawasan ini.

Terdapat beberapa hal menarik yang mungkin masih bisa dikembangkan dari dihasilkan rangkaian seminar tahun 1980 ini, khususnya yang terkait dengan fase awal masuknya Islam ke Nusantara, antara lain :

  • Teori mengenai masuknya Islam pertama kali ke Nusantara menemukan gambaran besarnya pada saat hal tersebut dikontekstualisasikan dengan dinamika perdagangan global pada masa itu. Pada saat syiar Islam pertama kali dicetuskan di Mekah pada tahun 610 Masehi, jalur perdagangan global, khususnya laut, sudah berkembang sedemikian rupa hingga ke seluruh belahan dunia. Dan Mekah sendiri sudah menjadi salah satu tempat peziarahan yang masyur di Jazirah Arab pada waktu itu. Sehingga pada saat berita turunnya agama Islam datang yang membuat gempar tanah Arab, para pedagang-pedagang dari berbagai penjuru dunia, sangat mungkin mendengar berita ini. Ditambah lagi, Rasulullah SAW sendiri pada masa itu memang memerintahkan pengikutnya untuk menyebarkan kabar gembira tentang Islam ini ke seluruh dunia.
  • Sebagai bangsa pedagang, bangsa Arab tentu sudah mengenal jalur-jalur perdangan global ini. menurut Prof. MDYA DR. Wan Hussein Azmi, terdapat setidaknya dua jalur perdagang global yang menjadi akses masuknya syiar Islam ke Nusantara; Pertama, jalur laut, yang dimulai dari Adan (Teluk Aden), di selatan Semenanjung Tanah Arab menuju ke Gujarat (India), Kambey, Sailon (Sri Langka), dan dari sini bertolak ke gugusan pulau-pulau di Melayu. Kedua, jalur darat, dimulai dari Damsyik, Siria, ke Khurasan, Parsi dan dari Khurasan ke Balakh, Afganistan, dan dari Balakh ke Bamir kemudian ke Kasykar, Shina, ke Khutan, kemudian menyebrangi padang pasir Gobi menuju ke Sangtu, kemudian ke Hansyau, dan dari sini mereka itu bergerak ke gugusan pulau-pulau Melayu. Peta jalur perdagangan global ini bisa dikonfirmasi dengan peta jalur pelayaran Ibn Batutah dan Marco Polo.

Ini merupakan Rute perdagangan dua penjelajah terkenal Marco Polo, dan Ibn Batuta, Sumber: http://middleages7w.wikispaces.com/Travel+%26+Trade,diakses 14 Oktober 2017
  • Di Dunia sendiri terdapat 3 kutub besar peradaban dunia pada waktu itu, yaitu Romawi di Barat, Persia di tengah, dan China di wilayah timur. Arus deras perdagangan global pada masa itu didinamisasi oleh tiga kutub peradaban ini. Rute-rute perdagangan dunia relative sudah dikenali oleh para pelancong dan saudagar pada masa itu, seperti Jalur Sutra yang menghubungkan China dengan Romawi, hingga jalur laut yang menghubungkan China, Persia, hingga ke Mesir, kemudian ke laut Mediterania dan akhirnya ke Romawi. Adapun jalur laut, pada masa munculnya Islam memang lebih popular di banding jalur darat. Hal ini mengingat pada masa itu di sepanjang jalur perdagangan laut tersebut sudah berkembang beberapa peradaban yang cukup maju, seperti Sriwijaya, India, hingga Alexanderia (Mesir). (AL)

Bersambung ke:

Tentang Masuknya Islam ke Nusantara (3)

Sembelumnya:

Tentang Masuknya Islam ke Nusantara (1)

Catatan kaki:

[1] Prof. A. Hasjmy, “Sejarah Masuk dan Berkembangnya Islam di Indonesia”, Medan, PT. Al Ma’arif, 1993, Hal. 5

[2] Ibid, Hal. 6-8

Leave a Reply

Your email address will not be published.

*