“Usama Canon menciptakan sebuah tempat yang menyambut siapapun tanpa syarat apapun, terutama bagi para anak muda atau mualaf yang merasa dihakimi oleh non-Muslim sebagai ancaman. Selain itu, dia juga menyediakan ruang bagi mereka yang juga dihakimi di kalangan internal Islam sendiri sebagai orang yang ‘kurang Islami’.”
–O–
Usama Canon mempelajari Islam di Institut Zaytuna (sekarang Zaytuna College) di San Francisco Bay Area. Kemudian dia melanjutkan studinya ke Afrika dan Timur Tengah untuk belajar dengan ulama-ulama setempat sekaligus belajar bahasa Arab. Segera setelah serangan teroris 9/11 2001, gurunya di Zaytuna meyakinkan dia untuk memulai program merangkul pemuda. Pada tahun 2009, Ta’leef Collective menjadi organisasi non-profit terakreditasi di Fremont, Ca., dan pada tahun 2016, ia berkembang ke Chicago.
“Ta’leef lahir dan saya hanya melakukan apa yang saya tahu bagaimana untuk bergerak, yaitu merangkul orang dan berbicara kepada mereka, dan meraih mereka dengan cara tanpa menghakimi,” kata Canon.
Organisasi tersebut mengisi kekosongan di komunitas Muslim ketika mereka berhadapan dengan meningkatnya kecurigaan dan kemarahan terhadap Islam. Selepas serangan 9/11, lebih dari separuh Muslim Amerika Serikat (AS) sedang dalam masa peralihan dari usia remaja menuju dewasa, dan Canon telah membantu anak-anak muda tersebut menjawab pertanyaan tentang identitas mereka, karena pada saat itu Muslim sedang mendapat pengawasan politik yang ketat.
Dalam lanskap kehidupan Muslim Amerika, menurut Zareena Grewal, Canon adalah sosok yang unik. Grewal mengajar studi agama di Yale University dan telah banyak menulis tentang Muslim AS. “Dia mengerti adanya kebutuhan untuk dukungan, umat Islam merasa benar-benar kesepian,” kata Grewal. “Dan tekanan terhadap komunitas terwujud dalam pertikaian sesama Muslim atau perasaan terhakimi.”
Grewal kemudian mengatakan Canon adalah sedikit dari banyak pemimpin Muslim Amerika yang menciptakan ruang bagi umat Islam di AS. Muslim Amerika merupakan kelompok keagamaan yang di dalamnya sangat beragam. Dan dia telah sukses ketika banyak yang lainnya mengalami kegagalan. Canon menciptakan sebuah tempat yang menyambut tanpa syarat apapun, terutama bagi para anak muda atau mualaf yang merasa dihakimi oleh non-Muslim sebagai ancaman. Selain itu, dia juga menyediakan ruang bagi mereka yang juga dihakimi di kalangan internal Islam sendiri sebagai orang yang “kurang Islami”.
Di luar semua itu, Canon membuat Islam terlihat keren, kata Grewal, dengan cara dia berpakaian: dasi kupu-kupu, sapu tangan di saku baju, dan motif pakaian yang bercorak. Cara Canon menyampaikan sesuatu juga sangat menarik, ketika dia sedang mengajar, selain mengutip Al-Quran, dia menyelipkan tentang musik Hip-hop[1] dan kisah-kisah pribadinya.
“Dia benar-benar mencontohkan visi ekspansif tentang apa artinya menjadi seorang Muslim yang etis. Dan untuk membuktikan kesalehan anda, anda tidak perlu mengenakan sorban dan menundukkan kepala dan terdiam,” kata Grewal. “Anda bisa sedikit gokil, anda bisa eksis dalam sebuah perkumpulan, sebagaimana dia (Canon) memang seperti itu.”
Dan bagi banyak penggemarnya, Canon adalah “penyelamat’ di masa-masa sulit. Fatima Saleck bertemu Canon tahun lalu pada saat dia ragu akan keimanannya. Saat ini perempuan berusia 24 tahun tersebut merupakan seorang mentor di Ta’leef, dia terpilih karena memiliki pengalaman yang hebat saat dia memutuskan masuk Islam di kampung halamannya di Houston.
Fatima memiliki pengalaman buruk ketika mendapatkan kekerasan dari kaum ekstremis Muslim. Kejadian itu membekas dan membuatnya marah dan juga kebingungan. Kemunafikan di komunitasnya sendiri tidak dapat membantunya. Dia bertanya-tanya, kenapa ini bisa terjadi? “Saya jelas merasa tidak perlu untuk menjadi seorang Muslim. Jika hal-hal seperti ini eksis, maka itu adalah sesuatu yang saya tidak ingin menjadi bagian darinya,” serunya.
Canon membantu memulihkan keyakinannya, Fatima menceritakan ulang kata-kata yang disampaikan oleh Canon, “kita adalah manusia. Manusia memiliki kemampuan sepenuhnya untuk menjadi baik atau sepenuhnya menjadi jahat, dan kebanyakan dari kita berada di antara keduanya,” katanya.
“Itu (kekerasan) adalah sesuatu yang manjauhkan kepribadian mereka dariku, kita tidak memiliki sistem keyakinan yang sama. Tindakan mereka tidak pernah berpengaruh terhadap aku, tidak pernah relevan terhadap aku, sama seperti halnya diriku tidak pernah berpengaruh terhadap mereka,” sudut pandang Canon membuat Fatima merasa lebih baik.
“Saya mengatakan kepadanya hal-hal yang bahkan belum pernah saya ceritakan kepada ibu saya sendiri, hubungan yang dia berikan kepada kami sebagai pribadi atau bahkan secara keseluruhan sangat otentik.” Fatima menambahkan, “tanpa ada tedeng aling-aling di belakangnya, tidak ada, ‘oh, aku seorang guru dan aku sudah pernah belajar di luar negeri’. Hanya saja, ‘Hai, namaku Usama, dan aku mengerti apa yang sedang engkau bicarakan.'”
Otentisitas itu adalah daya tarik terbesarnya, kata penggemar Canon lainnya. Ini juga yang merupakan bagian dari alasan diagnosis penyakit Canon sangat membuat mereka sedih. Canon didiagnosa menderita penyakit neurologis degeneratif yang disebut ALS, usianya diprediksi hanya bertahan antara tiga sampai lima tahun lagi. (PH)
Bersambung ke:
Sebelumnya:
Usama Canon (1): Ulama Muda dari Amerika Serikat yang Membumi
Catatan, artikel ini diadaptasikan dan diterjemahkan secara bebas dari: Leila Fadel, “An American Muslim Preacher Faces His Own Mortality”, dari laman https://www.npr.org/2018/01/10/576469015/an-american-muslim-preacher-faces-his-own-mortality, diakses 12 Januari 2018. Adapun data-data dan informasi lain yang didapat dari luar artikel tersebut dicantumkan di dalam catatan kaki.
Catatan Kaki:
[1] Definisi Musik Hip-hop: “Musik hip hop, juga disebut musik rap atau rap (bicara cepat), merupakan gaya musik populer yang muncul di Amerika Serikat pada pertengahan 1970-an, dan menjadi bagian besar budaya pop modern selama tahun 1980an. Terdiri dari dua komponen utama: rap (MCing) dan DJing (audio mixing dan scratching). Seiring dengan tarian hip hop (terutama breakdance) dan seni urban, atau terutama graffiti, ini kemudian membentuk empat elemen hip hop. Hip-hop juga merupakan sebuah gerakan kultural yang diprakarsai oleh pemuda di daerah perkotaan, kebanyakan dari mereka adalah orang Amerika keturunan Afrika di New York City, terjadi pada awal tahun 1970-an.”, dari “Hip Hop Music”, dari laman https://www.urbandictionary.com/define.php?term=Hip%20Hop%20Music, diakses 12 Januari 2018.